11 Pengaruh Dosa Bagi Diri, Nomor 9 Bisa Memicu Dosa yang Lain   

11 Pengaruh Dosa Bagi Diri, Nomor 9 Bisa Memicu Dosa yang Lain   

11 Pengaruh Dosa Bagi Diri, Nomor 9 Bisa Memicu Dosa yang Lain   
Ilustrasi laki-laki memegang kepala.

Suaramuslim.net – Maksiat dan dosa memiliki pengaruh berbahaya dan buruk bagi hati dan fisik di dunia dan akhirat. Hanya Allah yang mengetahui. Jika tidak bersegera berhenti, bertobat dan memohon ampun kepada Allah, maka ada sejumlah pengaruh buruk bagi si pelaku. Semoga Allah menjauhkan kita dari dosa dan maksiat. Inilah 11 pengaruh dosa bagi diri, nomor 9 bisa memicu dosa yang lain.

  1. Diharamkan Memperoleh Ilmu.

Ilmu adalah cahaya yg dikaruniakan oleh Allah swt kedalam hati, sedangkan maksiat akan memadamkannya. Imam Malik pernah terkagum-kagum denagn kecerdasan Imam Syafi’i yang saat masih muda memiliki ketajaman otak dan kesempurnaan pemahaman. Saat itu ia mengatakan, “Aku melihat Allah swt telah meletakkan cahaya dalam hatimu, karena itu jangan engkau padamkan dengan kegelapan maksiat.”

Sementara Imam Syafi’i pernah menceritakan pengalaman pribadinya dalam sebuah sya’ir,

“Saya mengadu kepada guruku Imam Waki’ tentang kualitas hafalanku yang buruk. Maka ia mengarahkanku agar aku meninggalkan maksiat. Waki’ berkata, ‘Ketahuilah ilmu adalah kemuliaan dan kemulyaan Allah tidak diberikan kepada ahli maksiat.” 

  1. Diharamkan Rezeki

Rasulullah Saw bersabda, “Sesunguhnya seorang hamba diharamkan memperoleh rezeki karena maksiat yang ia lakukan.” Sebagaimana ketaqwaan kepada Allah mendatangkan rezeki, maka kemaksiatan (lawan taqwa) akan menghilangkan rezeki. “Siapa saja bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. Ath Thalaq 2-3). Tidak ada jalan yang paling baik dalam memancing rezeki, selain harus meninggalkan maksiat.

  1. Allah Swt Akan Mempersulit Urusannya.

Orang yang bermaksiat akan selalu menemukan jalan buntu pada setiap urusannya, atau minimal menemukan kesulitan. Sebagaimana orang yang bertaqwa kepada Allah (cek surat Ath Thalaq 2-3), akan menemukan kemudahan urusannya dan sebaliknya orang yang jauh dari taqwa akan dipersulit urusannya.

  1. Kegelapan Dalam Hati.

Kegelapan itu benar-benar sangat nyata ada dalam hatinya, seperti merasakan dan melihat gelapnya malam. Hal ini karena ketaatan adalah cahaya, sementara maksiat adalah kegelapan. Semakin kuat kegelapan dalam hati, maka semakin bingung seseorang. Seperti orang buta yang berjalan sendirian di tengah malam yang gelap gulita.

Ibnu Abbas ra berkata, “Kebaikan itu meninggalkan sinar di wajah, cahaya di hati, keluasan rezeki, kekuatan fisik, dan kecintaan dalam hati orang lain (kepadanya). Kemaksiatan itu meninggalkan kegelapan di wajah, di kubur dan di hati, kelemahan di badan, kekurangan dalam rezeki dan kebencian di hati orang lain.” 

  1. Keterasingan, Sulit Tenang.

Seseorang yang melakukan kemaksiatan akan menemukan perasaan terasing antara ia dan Allah Swt dalam hatinya. Keterasingan itu tidak akan bisa diganti dan dinilai dengan kenikmatan apapun. Seandainya semua kenikmatan dunia di satukan, maka tetap tidak akan bisa mengobati perasaan keterasingan tersebut.

  1. Maksiat Melemahkan Kekuatan Hati.

Maksiat jelas akan melemahkan hati. Sementara kelemahan fisik hanyalah efek dari lemahnya hati. Artinya semakin kuat hatinya, semakin kuat pula fisiknya. Sementara pelaku maksiat meski fisiknya kuat, tapi ketika dibutuhkan dan ketika kondisi terdesak, kekuatan fisik mereka tidak lagi berdaya.

Hal ini terjadi pada orang munafik yang punya penyakit di hatinya, ada penyakit dengki, dendam, dan buruk sangka (suudzon). Karena itu, orang munafik tidak punya kekuatan fisik karena hatinya lemah. “Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal hanya kepada Allah” (QS. Ali Imron 122).

  1. Kehilangan Loyalitas (Ketaatan)

Orang yang melakukan maksiat akan kehilangan loyalitas dan ketaatan. Ia akan berat melakukan ketaatan selanjutnya dan ketaatan lainnya.

  1. Maksiat memperpendek usia

Hal ini merupakan sebuah risiko yang harus diterima oleh pelaku maksiat. Sebagaimana kebajikan akan menambah umur seseorang, maka kemaksiatan akan mengurangi umur tersebut.

Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat dalam hal memahami maksud ‘kurangnya’ umur. Ada yang memahami bahwa maksudnya adalah kehilangan berkahnya umur. Ada juga yg memahami maksudnya benar-benar berkurang umurnya (secara hakiki).

Hal ini sebagaimana Allah swt menjadikan sebab-sebab  berkahnya rezeki sehingga bertambah banyak (rezeki itu). Allah Swt. juga menjadikan berkahnya umur hingga ia menjadi semakin bertambah dan banyak.

  1. Dosa Maksiat Memicu Dosa Maksiat yang lain.

Maksiat adalah sebuah benih yang ditanam yang akan menumbuhkan maksiat yang serupa. Maksiat akan melahirkan maksiat lain hingga seorang hamba berat berpisah dan keluar dari jeratannya. Sebagian ulama salafus shalih mengatakan, “Akibat perbuatan buruk adalah keburukan yang terjadi sesudahnya dan akibat kebaikan adalah kebaikan yang terjadi setelahnya.”

  1. Maksiat Menyebabkan Meremehkan Sesuatu

Orang akan melakukan maksiat hingga ia menganggap kecil dan meremehkan maksiat itu. Hal ini adalah pertanda kebinasaan, karena semakin seorang hamba menganggap kecil sebuah dosa, maka semakin besar dosanya dimata Allah.

Ibnu Mas’ud ra berkata, “Seorang mukmin melihat dosanya seakan ia berada di bawah sebuah gunung, ia takut gunung itu meletus mengenai dirinya. Sebaliknya seorang fajir (pelaku dosa) melihat dosanya seakan lalat di depan hidungnya. Ia mengatakan, ‘ Hus…lantas lalat itu terbang’” (HR. Bukhori) .

  1. Maksiat Menyebabkan Kesialan dan Kecelakaan.

Orang lain dan semua makhluk melata di bumi akan merasakan kecelakaan akibat dosa dan kezoliman yang dilakukan oleh seseorang. Abu Hurairoh ra berkata, “Sesungguhnya seekor burung akan mati di sarangnya, karena perbuatan zolim seseorang.”

Imam Mujahid berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun ia berkata, ‘ Ini akibat maksiat yg dilakukan anak Adam.’ ” Yang paling buruk adalah kecelakaan dan kesialan di akhirat kelak”.

(Sumber: Al Jawaabul Kaafie Liman Saala ‘Anid Dawaais-syaafie, Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah).

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment