Suaramuslim.net – Sebuah naskah tentang kisah keluarga sampai di meja editor Paramount Pictures, sebuah perusahaan produsen dan distributor film yang bermarkas di Hollywod, California, Amerika Serikat. Penulis naskah itu adalah seorang pemuda dari keluarga terpandang yang juga punya hubungan baik dengan pemilik Paramount Pictures.
Setelah beberapa kali membaca, sang editor merasa tidak tertarik. Naskah itu tidak akan menjadi sebuah kisah yang sukses di layar lebar. Ia kemudian menghadap pimpinan untuk menanyakan pendapatnya. Rupanya, sang pimpinan pun setali tiga uang. Mereka memutuskan menolak naskah itu.
Masalahnya, status keluarga si penulis membuat pimpinan Paramount Pictures merasa serba salah. Maka sang editor diminta untuk menyampaikan penolakan dengan cara yang baik. Bila kepada penulis lain mereka cukup mengirim surat, maka pada naskah yang satu ini sang editor sampai perlu meminta waktu bertemu untuk menyampaikannya. Tetapi meski telah memilih cara dan kalimat yang terbaik, penolakan itu tak pelak melukai perasaan sang pemuda dan keluarganya.
Beberapa tahun setelah peristiwa itu berlalu, sang editor diundang untuk hadir pada satu acara di Gedung Putih. Sang tuan rumah menemui dan menyapa semua tamunya.
“Engkau John Johnes?” sapa tuan rumah.
“Iya, Tuan Presiden,” jawab sang editor Paramount Pictures.
Sang tuan rumah kemudian tersenyum lebar sembari berkata, “Masih ingat dengan naskahku yang ditolak dulu itu?” tanyanya dengan senyum.
“Tentu masih ingat, Tuan Presiden”.
“Sungguh penolakan itu telah mengguncangkanku. Itulah saat terkelam di dalam kehidupannku”.
“Sekarang perusahaan kami pasti menyesal dulu menolak naskah dari Tuan,” ucap sang editor.
“Mungkin menurut Anda demikian. Tapi kalau saja saat itu Paramount Pictures menerima kisahku mungkin kita tidak akan pernah berbincang di Gedung Putih ini,” jawab tuan rumah.
FD Roosevelt benar. Andai saat itu naskahnya diterima oleh perusahaan film Paramount Pictures mungkin ia akan menjadi penulis naskah film atau malah jadi bintang film. Ia tidak akan menjadi presiden Amerika Serikat ke 32.
Pembaca budiman, di dalam hidup ini hal-hal yang kita inginkan kadang tercapai kadang tidak. Saat keinginan tidak tercapai maka timbul perasaan kecewa. Kita bersedih, murung, malu dan bahkan marah. Kegagalan meraih impian sering membuat segalanya terlihat menjadi buruk. Kenikmatan-kenikmatan yang lain menjadi tidak berarti lagi. Maka tidak heran ada beberapa orang yang mengakhiri hidup hanya karena gagal meraih impian.
Kisah perjalanan kehidupan FD. Roosevelt di atas memberikan pelajaran bahwa kekecewaan hari ini tidak selalu berakhir petaka di hari esok. Catatan riwayat kehidupan orang-orang sukses juga menunjukkan fakta yang sama.
Pribadi sukses bukanlah orang-orang tanpa kegagalan. Bahkan sangat banyak pribadi-pribadi sukses yang sangat akrab dengan kegagalan di masa lalu. Yang membedakan dengan manusia kebanyakan, pribadi-pribadi sukses itu tidak patah arang hanya oleh sebuah kegagalan. Mereka terus berjuang tanpa kenal lelah.
Allah subhanahu wa ta’ala menyampaikan di dalam Al Quran,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 216)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa tidak semua yang kita sukai hari ini adalah sesuatu yang terbaik untuk kita. Tidak semua impian adalah sesuatu yang terbaik untuk kita. Demikan pula sebaliknya, tidak selalu hal-hal yang tidak kita sukai adalah sesuatu yang buruk.
Mari sama-sama perhatikan dengan cermat perjalanan kehidupan yang sudah kita lalui. Bukankah ada di antara kita yang dulu bersedih karena gagal diterima bekerja di perusahaan atau instansi tertentu. Kemudian dirundung sedih berhari-hari.
Tapi hari ini kita merasa beruntung karena akhirnya diterima di perusahaan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan bakat dan minat. Juga ada yang berbulan-bulan murung karena ditolak lamarannya oleh gadis idaman. Tapi belakangan merasa bersyukur karena keburukan dari sang gadis idaman baru terungkap beberapa tahun kemudian.
Maka, kalau ada di antara kita yang merasa sedang kedatangan nasib buruk, tak perlu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Tetaplah ber-khusnu dzon bahwa ada sesuatu yang lebih baik tengah disiapkan Allah untuk kita.
Kontributor: Awang Surya*
Editor: Oki Aryono
*Penulis dan Motivator Spiritual