BENGKULU (Suaramuslim.net) – Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan buku Fikih Informasi yang dirumuskan Majelis Tarjih dan Tajdid bersama Majelis Pustaka dan Informasi, yang diterbitkan Majalah Suara Muhammadiyah dalam Seminar Pra Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu (14/02/19).
Forum bertajuk Dialog dan Literasi Media Sosial tersebut dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir, serta Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara, dan jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, Yunahar Ilyas, Taufiqurahman, dan Dahlan Rais.
Haedar Nashir menyampaikan perlunya menggelorakan literasi pencerahan sebagai pengamalan ayat pertama yang diturunkan Allah SWT, yaitu “iqra.”
“Maka di forum tanwir ini kita juga akan menggunakan diksi “Literasi Pencerahan.” Diksi ini harus digelorakan, sebab cerah itu bagus dan Islam itu mencerahkan. Ayat pertama yang diturunkan Allah itu sangat mencerahkan,” tegasnya dalam rilis yang diterima SMNET.
Oleh karena itu, menurut Haedar, Muhammadiyah harus bekerjasama dengan pemerintah melakukan gerakan literasi yang berkeadaban, menyehatkan, melawan informasi yang membodohkan.
“Kita lawan hasrat-hasrat alamiah dan primitif seperti kebencian dan amarah. Naluri-naluri seperti ini ketika menemukan ruang maka seperti benih yang menyebar. Keburukan-keburukan itu lama kelamaan akan seolah menjadi benar,” ujarnya.
“Mengajarkan cerdas dan kritis menjadi ciri ulul albab, yaitu orang yang memperoleh petunjuk dan cerdas pemikirannya. Pada orang yang mendapat petunjuk memiliki kemampuan mengolah dan menyeleksi untuk mendiskusikan teks tanpa harus langsung mengeluarkan atau menyebarkan. Generasi milenial harus dibiasakan otaknya memamah informasi. Kalau otak kita terbiasa mengolah maka akan menjadi cerdas,” pungkas Haedar Nashir.
Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara menyambut gembira peluncuran buku Fikih Informasi. Ia berharap buku Fikih Informasi tidak hanya untuk kalangan warga Muhammadiyah.
“Buku Fikih Informasi Muhammadiyah sangat membantu saya untuk bicara ke mana-mana. Saya berharap Muhammadiyah dapat menarik gerbong masyarakat untuk lebih melek informasi yang sehat. Saya sangat berterimakasih,” sambutnya.
Sementara itu pembicara lain, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Pustaka dan Informasi, Prof. Dr. Dadang Kahmad menyampaikan Fikih Informasi dibahas dalam Fokus Grup Diskusi tahun 2016 diawali oleh Majelis Pustaka dan Informasi dan Majelis Tarjih dan Tajdid di Universitas Prof Dr. Hamka di Jakarta. Dengan adanya Fikih Informasi, Muhammadiyah memberikan panduan kepada masyarakat agar dapat menggunakan media sosial dengan lebih baik.
“Dakwah yang efektif ke depan itu melalui digital. Ini tantangan bagi Muhammadiyah. Kita harus memproduksi konten-konten ke medsos yang bisa diakses oleh anak-anak muda,” katanya.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Prof Dr. Syamsul Anwar, menyampaikan perumusan Fikih Informasi ini merupakan jawaban terhadap perlunya tuntunan hidup di era informasi yang semua berubah dengan cepat karena derasnya aliran informasi.
Dalam pandangan Muhammadiyah, Fikih bukan hanya sekadar menetapkan hukum halal dan haram. Fikih memberikan landasan hukum sebagai tuntunan dalam menghadapi kehidupan sesuai tantangan zaman.
“Maka kita membuat tuntunan agama di bidang informasi. Masyarakat hidup di tengah dunia maya, maka Muhammadiyah harus hadir memberikan tuntunan. Muhammadiyah berpartisipasi membangun masyarakat maju dan berkeadaban,” ajaknya.
Tanwir Muhammadiyah merupakan musyawarah nasional tertinggi di bawah Muktamar yang diikuti Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se Indonesia, pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah. Diselenggarakan untuk membahas masalah keagamaan dan kebangsaan.
Tanwir di Bengkulu yang diselenggarakan dari tanggal 15-17 Februari ini membahas tema Beragama Mencerahkan.
Sumber: Rilis Muhammadiyah
Editor: Muhammad Nashir