Refleksi Sumpah Pemuda: Mempersiapkan Pemuda yang Aqil Saat Mencapai Usia Baligh

Refleksi Sumpah Pemuda: Mempersiapkan Pemuda yang Aqil Saat Mencapai Usia Baligh

Refleksi Sumpah Pemuda Mempersiapkan Pemuda yang Aqil Saat Mencapai Usia Baligh
Ilustrasi pemuda

Suaramuslim.net – 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda lahir. Telah sembilan puluh satu tahun peringatan Sumpah Pemuda digelar. Mengutip kalimat Ust. Adriano Rusfi, seorang psikolog dan praktisi Home Education, pemuda kita saat itu belum teracuni oleh virus periode remaja yang muncul di barat sejak akhir abad 19 sebagai dampak Revolusi Industri.

Mereka mempertahankan sebuah mutu bahwa anak-anak Indonesia harus tumbuh menjadi pemuda, bukan remaja. Mereka keluarkan Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia pada tahun 1951: “Putra-putri Indonesia yang telah berusia 15 tahun harus mampu melaksanakan seluruh fungsi dan tanggung jawab orang dewasa”. Bung Karno pun bangga dengan mereka. Kata Bung Karno, “Berikan aku sepuluh pemuda, akan kuguncang dunia!!!”. Lalu, pemuda itu proklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Akan tetapi, perjuangan itu kini berat. Pemuda kita kini telah berganti menjadi remaja. Remaja yang kecanduan game, HP dan pornografi ada di mana-mana. Bullying terjadi hampir di setiap sekolah dan lingkungan. Mereka membuat geng motor, minum-minuman keras, memakai narkoba, melakukan pergaulan bebas, penyimpangan seksual, tawuran, hingga penculikan dan pemerkosaan.

Kebanyakan remaja saat ini belum aqil saat mencapai usia baligh. Mereka tidak menyadari tugas dan kewajibannya sebagai seorang dewasa muda. Maka, bagaimanakah mempersiapkan pemuda agar benar-benar telah aqil saat mencapai usia baligh? Agar bisa kita dapati kembali generasi sekelas HOS Cokroaminoto yang di usia 18 tahun mendirikan Sarikat Islam. Seperti Buya Hamka yang merantau ke Makkah di usia 16 tahun. Seperti Usamah bin Zaid yang di usia 17 tahun menjadi jenderal. Seperti Muhammad Al-Fatih yang di usia 22 tahun menaklukkan Konstantinopel. Simak ulasannya berikut ini.

Jangan meninggalkan generasi yang lemah

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.” (QS. An-Nisa: 9).

Ayat ini sebagai peringatan kepada orang tua agar tidak meninggalkan generasi yang lemah. Generasi yang lemah di sini tidak hanya lemah secara fisik, emosional atau finansial, tapi juga lemah dari segi iman. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menanamkan iman dalam hati anak, mengajarkan akidah yang lurus, ibadah yang benar, akhlak yang kokoh dan pemikiran yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, terlebih yang bersumber pada Al Quran dan hadis.

Islam menaruh perhatian besar tentang mempersiapkan pemuda

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Diangkatkan pena (tidak dibebani hukum) atas tiga (kelompok manusia), yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh.” (HR Abu Dawud).

Jangan sampai orang tua terlambat mempersiapkan anak menjadi seorang pemuda. Mempersiapkan pemuda yang mencapai aqil di saat baligh membutuhkan proses. Proses ini bahkan dimulai sebelum anak-anak terlahir ke dunia, yakni saat memilih pasangan. Tugas orang tua selanjutnya mendidik anak mencapai fitrah keimanan sesuai tahapan usianya.

Apa yang perlu dicapai saat anak mencapai usia baligh?

Saat anak-anak mencapai baligh, mereka diharapkan mencapai aqil. Yaitu dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, mengetahui kewajiban, memahami apa yang dibolehkan dan yang dilarang, serta mampu membedakan hal yang bermanfaat dengan hal yang tidak bermanfaat terlebih yang merusak. Dengan demikian, orang tua berharap saat anak mencapai aqil baligh mereka telah mengetahui tujuan hidupnya, memahami garis besar hukum-hukum Allah dan siap melaksanakan perintah dan larangan Allah. Namun, tidak semua anak yang baligh saat ini menjadi pemuda yang aqil. Kebanyakan anak malah tumbuh melewati fase remaja yang memberi ruang untuk labil dan melakukan kesalahan.

Berikut 11 upaya yang dapat kita lakukan agar anak tumbuh menjadi pemuda yang aqil saat mencapai baligh yang diolah berdasarkan penjelasan Teh Kiki Barkiah, seorang praktisi Home Education:

  1. Tanamkan pondasi keimanan dan ketakwaan sejak dini agar anak-anak siap melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah saat mencapai usia baligh.
  1. Kisahkan pada anak tentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para nabi, sahabat dan biografi orang-orang salih. Hal ini penting untuk membantu mematangkan proses berpikir agar saat baligh anak dapat mencapai akil dan memiliki konsep diri sebagai seorang Muslim yang baik.
  1. Berusaha menjaga anak dari segala sesuatu yang merusak fitrah seperti menjaga pandangan dan pendengaran anak dari sesuatu yang merusak akal dan hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat. Hal ini penting agar anak memiliki konsep diri sebagai seorang muslim yang kuat.
  1. Memberi pemahaman pada anak terkait fiqih yang berkaitan dengan tanda baligh, pendidikan agama dan persiapan menjalankan hukum Allah di usia baligh.
  1. Berdialog dengan anak terkait cita-cita ke depan dan membandingkan dengan kondisi umat kini. Tujuannya untuk mendorong cara berpikir kritis anak dan agar anak memiliki impian yang besar.
  1. Menjadi sahabat yang nyaman bagi anak untuk bercerita agar orang tua dapat memberikan pengarahan yang baik kepada anak.
  1. Memperkaya pengalaman masa kecil mereka dengan kegiatan baik dan bermanfaat yang sifatnya banyak, beragam dan berulang-ulang sehingga anak selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif.
  1. Meminimalkan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat. Hal ini bertujuan agar anak tidak tertarik untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat terlebih bermaksiat kepada Allah.
  1. Membantu anak mengenali potensi dan mengembangkan potensinya untuk persiapan masa depan anak kelak.
  1. Mendukung program pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi calon istri atau suami dan calon orang tua.
  2. Mengarahkan anak agar memiliki kemandirian finansial sejak muda. Hal ini penting untuk mendukung kesiapan finansial anak yang ingin menikah di usia muda.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment