Suaramuslim.net – Adanya tuntutan hidup gak menutup kemungkinan bisa menimbulkan gangguan psikologis. Tidak menutup kemungkinan juga anak muda rentan mengalaminya. Sayangnya, semua kecemasan dari tuntutan hidup yang sedang dialami ditutupi dengan terlihat tenang di luar. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah duck syndrome.
Istilah duck syndrome sendiri pertama kali digunakan di Standford University untuk menggambarkan orang yang tampak tenang meskipun sebenarnya mengalami gangguan kecemasan berat.
Kondisi ini dianalogikan dengan bebek yang sedang berenang. Karena, ketika bebek berenang, bagian atas tubuhnya terlihat sangat tenang dan kakinya bergerak-gerak di bawah air. Hal ini sama persis dengan orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan tetapi penampilan luarnya tampak tenang.
Mengapa duck syndrome bisa terjadi?
Melansir dari laman hellosehat, masa-masa di sekolah menengah bisa menjadi bakal munculnya duck syndrome. Bayangkan bila kamu adalah salah satu murid terbaik di sekolah. Berbagai pujian dari guru dan teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hari.
Kesuksesan tersebut pun membuatmu merasa optimis dan semakin berambisi untuk menggapai prestasi yang lebih besar saat masuk ke perguruan tinggi nanti. Ada juga semacam beban yang mendorong kamu untuk mempertahankan citra sebagai murid teladan.
Sayangnya, masa perkuliahan tak semudah yang kamu bayangkan. Sistem pendidikan yang jauh berbeda, materi pelajaran yang lebih kompleks, serta tuntutan untuk membangun pertemanan yang luas demi masa depan nanti, semua hal itu akhirnya membuat kamu mulai merasa kewalahan.
Namun, lagi-lagi karena citra diri tersebut, kamu enggan mengakuinya dan berusaha mati-matian untuk tetap terlihat tenang dan berhasil mengerjakan semuanya. Tak peduli akan keadaan diri yang sudah lelah, yang penting kamu tetap mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Hal ini kurang lebih sama dengan apa yang dirasakan oleh dewasa muda yang baru memulai kariernya. Dengan dunia yang lebih menuntut untuk tetap produktif dan menghasilkan kontribusi terbaik bagi perusahaan, mereka kerap mengenyampingkan perasaan dan terus memikirkan pekerjaan. Bahkan terkadang hal ini membuat mereka lupa akan batasan diri.
Tak ada yang mau membahas tentang bagaimana sulitnya mengerjakan suatu tugas, tak ada yang mau mengaku bahwa ada yang baru saja dimarahi atasan karena alasan yang memalukan, duck syndrome membuat mereka berlaku seakan tak pernah mengalami kegagalan.
Selain itu, faktor luar juga bisa mendorong terjadinya duck syndrome. Beberapa di antaranya adalah kecenderungan orang-orang terdekat yang kerap membangga-banggakan prestasi serta pola asuh helikopter.
Cara mengatasi duck syndrome
Dikutip dari idntimes, dibutuhkan diagnosis terlebih dahulu karena seseorang yang mengalami duck syndrome bisa saja mengalami gangguan psikologis lainnya. Lakukan terapi dengan cara mengurangi kondisi medis apa pun yang bisa memperburuk depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.
Kita bisa melakukan terapi gaya hidup, perubahan perilaku, psikoterapi, pemberian obat-obatan untuk menjaga gula darah tetap stabil, dan obat untuk menenangkan emosi yang berat.
Selain itu, kita harus berlatih untuk menerima diri sendiri dan melakukan self love. Namun, pastikan kamu konsultasi dulu dengan ahlinya, ya.