Suaramuslim.net – Tak kalah dengan daerah lainnya, Sumatera juga memiliki beragam keanekaragaman budaya. Jejak Islam masa lampau banyak tertoreh di sana dalam bentuk cagar budaya.
Peninggalan Islam itu, banyak ditemui di Sumatera Barat, salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di barat pulau Sumatera. Hampir semua cagar budaya yang ada merupakan peninggalan Islam di provinsi yang menjadikan Padang sebagai ibu kotanya ini.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar, Nurmatias, mengatakan bahwa berdasarkan periodesasinya, peninggalan Islam mendominasi peninggalan cagar budaya di Sumatera Barat. “Berdasarkan periodesasi peninggalan Islam mendominasi daripada peninggalan lainnya, seperti prasejarah dan peninggalan kolonial,” katanya di Padang pada Republika.
Ia menambahkan, dari total 635 cagar budaya yang sudah terdaftar secara nasional, peninggalan tersebut didominasi oleh peninggalan Islam. Menurutnya peninggalan tersebut ada dalam beberapa bentuk seperti bangunan berupa masjid dan surau serta peninggalan lain berupa naskah-naskah kuno. Ia mengemukakan terdapat lebih dari 40 bangunan masjid dan surau yang tersebar di seluruh Sumatera Barat, belum lagi peninggalan naskah kuno yang berisi tentang ajaran agama Islam.
Masjid Tuo Kayu Jao, Salah Satu Masjid Tertua di Indonesia
Masjid Tuo Kayu Jao, terletak di kenagarian Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia karena berdiri sejak tahun 1599M. Kondisi masjid Tuo sampai saat ini masih berdiri megah, meski sudah beberapa kali direnovasi dan dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Sumatera Barat.
Dikutip dari harianhaluan.com, menjelaskan bahwa pada puluhan tahun silam, masjid Tuo Kayu Jao ini merupakan tempat penyebaran agama Islam. Tak hanya sebagai sarana ibadah dan dakwah, masjid ini juga merupakan sarana belajar mengaji bagi masyarakat di kawasan Solok dan sekitarnya. “Semasa saya masih kecil, Masjid Tua Kayu Jao merupakan satu-satunya masjid di daerah Gunung Talang yang saya tahu,” bebernya.
Masjid ini dari dulu, kata dia, tetap beratapkan ijuk dan bergonjong menyerupai rumah adat Minang. Sementara pada bangunan tersebut dibangun tanpa menggunakan paku dari besi, melainkan pakunya hanya menggunakan pasak kayu yang dibuat sedemikian rupa. Sementara warna cat masjid ini yang sebelumnya berwarna putih diganti menjadi coklat kehitaman. Keaslian Masjid Tuo sampai saat ini masih tetap terjaga, arsitekturnya sangat identik dengan masjid-masjid kuno di Nusantara.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir