Suaramuslim.net – Sebagian besar umat Islam, tentu mengenal nama Masjid Qiblatain, yaitu satu-satunya masjid di dunia yang memiliki dua arah kiblat. Kiblat pertama mengarah ke masjid al-Aqsha (baitul Maqdis), di Yerusalem (Palestina) dan kedua mengarah ke Baitullah (Ka’bah), Masjid al-Haram di Makkah.
Perubahan ini berdasarkan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 144. ”Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Secara tegas, ayat ini menerangkan perintah kepada Nabi Muhammad Sallallahi alaihi wa sallam untuk memalingkan wajah (kiblat)-nya ke arah masjidil Haram. Awalnya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah Sallallahi alaihi wa sallam menghadap ke Al-Quds (Al-Aqsha) ketika melaksanakan shalat semasa di Madinah.
Riwayat muslim menjelaskan bahwa setelah turunnya ayat tersebut di atas, berkata seseorang dari Bani Salamah, “Ketahuilah, sesungguhnya kiblat telah diganti,” maka mereka berpaling sebagaimana mereka menghadap kiblat, dan kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.
Pemugaran Masjid Qiblatain
Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fah melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.
Kini bangunan Masjid Qiblatain memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina) yang umumnya digunakan oleh Imam salat. Setelah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi, dengan hanya memfokuskan satu mihrab yang menghadap Ka’bah di Makkah dan meminimalisir mihrab yang menghadap ke Yerusalem, Palestina. Ruang mihrab mengadopsi geometri ortogonal kaku dan simetri yang ditekankan dengan menggunakan menara kembar dan kubah kembar.
Kubah utama yang Menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua adalah palsu dan dijadikan sebagai pengingat sejarah saja. Ada garis silang kecil yang menunjukkan transisi perpindahan arah. Di bawahnya terdapat replika mihrab tua yang menyerupai ruang bawah kubah batu di Yerusalem, bernuansa tradisional. Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya pada tahun 893 H atau 1543 M.
Pada saat musim Haji ataupun Umrah, Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat favorit yang dikunjungi jamaah calon Haji dari berbagai negara, termasuk jamaah asal Indonesia menunggu datangnya puncak pelaksanaan ibadah haji. Masjid Qiblatain juga merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir