Suaramuslim.net – Kita tentu sering menemukan kejadian menangisnya si kecil saat ditinggal ayah dan ibu pergi. Dalam bahasa Jawa, kejadian ini sering disebut “klayu”. Dalam istilah ilmiahnya disebut separation anxiety. Bagaimana mengatasinya?
Ketakutan berpisah atau separation anxiety kerapkali terjadi pada anak pada fase usia sekitar 18 bulan sampai 2,5 tahun. Hal seperti ini seringkali membuat orangtua, terutama ibu menjadi tidak tenang ketika harus meninggalkan anak, kendati dia sudah bersama orang yang kita percaya akan menjaga dan mengurus mereka dengan baik.
Dikutip dari sarihusada.com menjelaskan bahwa perilaku seperti itu sebenarnya normal, dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Perasaan takut berpisah sebenarnya merupakan pertanda betapa kuatnya ikatan orangtua dengan si kecil. Namun di satu sisi, orangtua juga ingin agar si kecil dapat menjadi lebih mandiri dan terbiasa ditinggal orangtuanya, karena keadaan mengharuskan demikian.
Ketika si kecil memasuki usia 6 bulan, dia mulai menyadari bahwa orangtua (ibu) dan dirinya adalah dua individu yang terpisah. Seiring dengan perkembangannya, dia juga mulai membangun kemandirian. Namun di saat yang bersamaan dia juga merasakan ketakutan karena menyadari dia bisa melakukan sendiri, atau tanpa orangtua, sementara dia juga tidak ingin sendirian.
Berbagai Upaya Mengatasi Separation Anxiety
Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi separation anxiety yang dikutip dari melindahospital.com. Pertama, beri pengertian dan penjelasan mengapa orangtua harus pergi. Batita sudah dapat diajak berkomunikasi, oleh karena itu jelaskan padanya kenapa ayah dan ibu setiap pagi harus pergi bekerja, atau kenapa dia tidak dapat ikut. Jelaskan juga berapa lama Anda pergi, dan akan pulang pada jam berapa. Usahakan untuk menepati perkataan tersebut.
Kedua, pamit dan lambaikan tangan saat berpisah. Hindari pergi diam-diam untuk mencegah drama tangis si kecil saat orangtua pamit. Hal seperti itu akan menghilangkan kepercayaannya terhadap orangtua, dan dia akan merasa dibohongi. Hal ini dapat mengakibatkan bertambahnya ketergantungan si kecil yang sebenarnya berakar dari rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang terdekatnya.
Ketiga, latih dengan permainan atau kegiatan yang membuatnya tidak terus menerus berada di dekat Anda. Misalnya saat harus melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak, mintalah si kecil agar bermain di ruang lain, sambil sesekali menghampirinya. Hal ini untuk membiasakan si kecil agar memahami bahwa orangtua harus melakukan sesuatu sendiri, tapi mereka tetap ada untuknya.
Keempat, saat tidur juga merupakan latihan berpisah sementara. Si kecil menyadari itu, sehingga terkadang mereka menolak tidur. Ciptakan ritual sebelum tidur, misal membacakan dongeng, menasihatinya agar tidur dengan tegas namun lembut. Jangan terpancing ajakannya bermain.
Kelima, jangan berlama-lama pamit. Lakukan dengan cepat dan langsung pada tujuan. Peluk dan katakan padanya “Ibu/ayah pergi sekarang, kamu sekarang main dulu dengan mbak/tante/kakak/ atau sekolah. Nanti sore kita bertemu lagi, oke?” Setelah mengecup pipi atau keningnya, langsung pergi. Jangan hiraukan jeritan-jeritannya. Jika Anda kembali karena tidak tega mendengarnya, maka akan membuatnya bingung.
Keenam, selalu tepati janji. Usahakan agar sudah kembali sebelum si kecil tidur di malam hari agar Anda masih dapat bercengkrama dengannya.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir