Agar Puasa Kita Naik Kelas (2)

Agar Puasa Kita Naik Kelas (2)

Beginilah Cara Agar Puasa Kita Naik Kelas 2

Suaramuslim.net – Setelah kita mengetahui 3 tingkatan puasa, menurut Imam Ghazali di tulisan bagian 1, mari mulai belajar meningkatkan kualitas Ramadhan kita. Kalau selama ini kita merasa masih di kelas awal (shaumul umum), semoga jika Allah memberikan kita kesempatan untuk berjumpa Ramadhan kita bisa naik di kelas 2 (shaumul khusus) atau di kelas 3 (shaumul khususil khusus).

Selanjutnya, andai kita terpilih sebagai penerima anugerah itu, maka sepantasnya ada komitmen yang perlu kita ikat di hadapan-Nya. Sebagai balasan makhluk kepada penciptanya yang telah mengasihi dan mengampuni. Yaitu komitmen ketaatan dan menjaga ketakwaan. Dengan tidak lagi memperturutkan hawa nafsu. Dimana nafsu itulah yang melalaikan kita dari Allah dan berkali-kali dibodohi oleh tipu dayanya.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, ”Puasa adalah perisai (dari neraka). Maka hendaknya orang yang berpuasa jangan berkata kotor atau berbuat jahil. Jika ia diajak bertengkar atau dicaci, hendaklah ia mengatakan, ’sesungguhnya aku sedang berpuasa’”. (HR. Al-Bukhari No. 1894)

Ramadhan bukan sekedar paket pemberian pahala, yang kita bebas memilih semau kita. Ramadhan adalah pendidikan ruhani yang paketnya sudah ditetapkan satu bulan. Tidak ada pilihan bisa ambil sebagian atau setengah bulan atau sepuluh hari saja. Jadi ukurannya jelas. kalau ketaatan itu tak utuh sampai sebulan, berarti drop out alias gagal.

Namun di akhir Ramadhan, Allah juga telah mewajibkan kita untuk berzakat. Berbagi rezeki kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Sebagaimana salah satu hikmah Ramadhan, agar kita juga ikut merasakan beban penderitaan yang diuji Allah dengan kekurangan harta.

Artinya suksesnya Ramadhan tidak cukup dengan hanya membangun kesholehan pribadi, berupa hubungan kita kepada Allah. Namun kesholehan sosial juga harus terus kita tingkatkan, salah satunya hikmah dari tarbiah Allah berupa perintah berzakat.

Karena ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan serta melatih diri untuk selalu peka terhadap lingkungan.

Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir yang teramat singkat pada ayat 183 surat al-Baqarah,

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Allah subhanahu wa ta’ala, mengakhiri ayat tersebut dengan, ”agar kalian bertakwa”. Syekh Mustafa Shodiq al-Rafi’ie dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata ‘takwa’ dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme serta kodrat manusia dari perilaku layakya binatang.

Dengan puasa manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain, sekarang atau nanti. Wallahu a’lam bishawab

Baca Juga : Agar Puasa Kita Naik Kelas (1)

Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono

*Pengajar di MIT Bakti Ibu Madiun Jawa Timur

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment