Ajaran Islam dalam Menamai Anak: Nama yang Dianjurkan dan Dihindari

Ajaran Islam dalam Menamai Anak: Nama yang Dianjurkan dan Dihindari

Ilustrasi bayi. Ilustrator: Novitasari
Ilustrasi bayi. Ilustrator: Novitasari

Suaramuslim.net – Orang tua pasti ingin memberikan nama yang terbaik untuk buah hatinya. Bahkan ada yang sudah menyiapkan nama anak sebelum menikah, apakah termasuk Kamu? Lalu sebelum menentukan pilihan nama terbaik untuk anak, sebagai muslim, sudahkah Kamu perhatikan apa saja nama–nama yang dianjurkan dan patut dihindari? Mari kita pelajari ajaran dan landasannya.

Kapan waktu penamaan bayi?

Terdapat beberapa hadis sahih yang menjelaskan bahwa anjuran penamaan bayi dilakukan pada hari kelahiran. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’idy, ia berkata, “Al Mundzir bin Abi Usaid dibawa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ia baru dilahirkan. Lalu Nabi saw. meletakkannya dipangkuan, sedangkan Abi Usaid (ayah bayi itu) duduk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bercanda dengan sesuatu dihadapannya, dan Abu Usaid pun menyuruh untuk mengambil anaknya dari pangkuan Nabi saw. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Dimana bayi itu?’ Abi Usaid menjawab, ‘Sudah kami bawa pulang, wahai Rasulullah.’ Beliau bertanya, ‘Siapa namanya?’ Ia menjawab, ’Fulan’. Beliau bersabda, ’Jangan itu, tapi namakan dia Al Mundzir.”

Selain itu, Sahih Muslim juga meriwayatkan dari Sulaiman bin Mughiroh, dari Tsabit dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tadi malam anakku lahir, lalu aku beri nama seperti moyangku, Ibrahim.”

Sementara penyusun kitab Sunan (Ashabus – Sunan) meriwayatkan dari Samurah, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Tiap anak tergadai dengan akikahnya. Hendaknya disembelihkan (hewan) untuknya di hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama dan dicukur gundul kepalanya.”

Dr Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya “Tarbiyatul Aulad: Pendidikan Anak dalam Islam” menyimpulkan, waktu pemberian nama anak bersifat fleksibel. Boleh pada hari pertama dilahirkan, diakhirkan hingga tiga hari, atau bertepatan pada hari akikah yaitu hari ketujuh. Boleh juga sebelum atau sesudahnya.

Nama yang dianjurkan

Di samping kapan waktu penamaan, justru yang patut untuk diperhatikan adalah nama-nama yang dianjurkan maupun yang dibenci Allah.

Selain anjuran memberikan nama para nabi, Rasulullah menghimbau umatnya untuk menggunakan nama yang disukai Allah. Sahih Muslim meriwayatkan dari Abdulloh bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah saw. telah bersabda;

“Sungguh, nama–nama kalian yang paling disukai Allah Azza wa Jalla adalah Abdulloh (hamba Allah) dan Abdurrohman (hamba Sang Maha Pengasih).”

Nama yang harus dihindari

1. Hindari nama yang buruk

At Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah saw. telah mengubah nama–nama yang buruk. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anha, bahwa anak perempuan Umar yang bernama ‘Ashiyah (durhaka) telah diubah oleh Rasulullah saw. menjadi Jamilah (si cantik).

Sementara Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. mengubah nama ‘Ashy (Durhaka), Aziz (Maha Perkasa), ‘Utlah (kasar), Setan, Hukm, Ghurab (gagak), Habab (sejenis ular atau setan). Beliau juga mengganti nama Harb (perang) menjadi Salim (damai), Muththaji’ (tiduran) dengan Munba’its (bangkit), Bani Zinyah (sempit) dengan Bani ar-Risydah (lurus), Bani Mugwiyah (gila) dengan Bani Risydah. Abu Daud berkata, “Sanadnya ku ringkas.”

2. Hindari nama bermakna pesimistis

Orang tua jangan sampai memberikan nama yang bermakna pesimistis agar anak terhindar dari sifat buruk nama tersebut. Sahih Bukhari meriwayatkan dari Sa’id bin Al Musayyab dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata, “Aku datang menemui Rasulullah saw. Beliau bertanya, ‘Siapa namamu?’ Aku menjawab, ‘Hazn (duka)!’ Beliau berkata, ‘Namamu Sahl (kemudahan)’. Tapi aku katakan, ‘Aku tidak akan mengubah nama yang diberikan bapakku.’” Sa’id bin Al Musayyab lalu menerangkan,”Setelah itu hidup kami selalu dalam keadaan duka.”

3. Hindari nama khusus bagi penamaan Allah

Tidak diperkenankan menamakan anak dengan Al Ahad, Ash Shamad, Al Khaliq, Ar – Razzaq dan lainnya. Sahih Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pria yang paling buruk dan paling dimurkai oleh Allah di hari kiamat adalah yang bernama Malik al – Amlak (raja di raja). Sebab, tidak ada raja selain Allah.”

4. Hindari nama bermakna anugerah kebaikan atau optimisme

Hal ini agar orang–orang yang memanggilnya tidak mengotori nama–nama tersebut. Muslim, Abu Daud dan at – Tirmidzi dari Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kata–kata yang paling dicintai Allah ada empat: subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaaha illa Allah dan Allahu Akbar. Jangan namakan anakmu dengan nama Yassar (mudah), Rabah (beruntung), Nafi’ (berguna) dan Aflah (sukses). Sebab bila engkau bertanya: apakah dia (misalnya Yassar) ada di sana? Dan ternayata ia tidak ada, maka akan dijawab :’Tidak!’ Sungguh, (perkataan yang aku sukai itu) ada empat. Maka jangan engkau tambah lagi kepadaku.”

5. Hindari nama bermakna penghambaan kepada selain Allah

Contohnya seperti Abdul Uzza, Abdul Ka’bah, Abdun Nabi dan sejenisnya. Ulama sepakat mengharamkan nama – nama seperti ini.

6. Hindari nama bermakna melunakkan, menyerupai nama anak perempuan dan sangat cinta

Misalnya huyyam (dahaga akan cinta), Hayfa (si ramping), Nihad ( si dada montok), Sawsan (bunga bakung), Mayyadah, Nariman, Ghadah (yang halus), Ahlan (impi–impian), dan yang senada.

Selain prinsip–prinsip di atas, Islam juga menyunnahkan untuk menyandarkan nama anak kepada nama ayah mereka. Seperti apa? Baca di sini.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment