Antara Ayam, Moeldoko dan Solusi Atasi Stunting

Antara Ayam, Moeldoko dan Solusi Atasi Stunting

Tiga Langkah Pemerintah Menyiapkan SDM Unggul
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam acara diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "SDM Unggul, Indonesia Maju" yang berlangsung di Ruang Rapat Benny S Mulyana, Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Rabu (14/8). (Foto: Istimewa)

Suaramuslim.net – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengusulkan agar satu keluarga memelihara ayam untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Ia mengatakan pemenuhan gizi anak bisa dilakukan dengan memberi asupan telur dari ayam yang dipelihara tersebut.

Mengamini usulan dari Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung gagasan tersebut yaitu agar setiap keluarga memelihara satu ekor ayam untuk mencegah stunting. Menurutnya, kebutuhan ayam nasional akan terpenuhi jika usulan itu terealisasi. Maka untuk merealisasikannya ia berpendapat harus ada gerakan nasional yang mendukung terwujudnya ide tersebut.

Munculnya ayam sebagai gagasan mengatasi masalah stunting tidak lain karena banyaknya tekanan dari berbagai pihak yang menuntut pemerintah untuk menurunkan tingginya angka stunting di Indonesia, yaitu 27,67% angka ini sudah menurun dari tahun sebelumnya, namun dinilai masih tinggi karena berada di bawah target WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yakni sebesar 20% dari total populasi balita.

Masalah stunting merupakan salah satu persoalan serius yang harus ditangani pemerintah, karena menyangkut masa depan generasi Indonesia maka upaya pemerintah dalam mengatasi masalah stunting harus benar-benar diselesaikan dari akarnya bukan solusi semu belaka yang bisa jadi malah menambah masalah. lalu mampukah gagasan ayam dari bapak Moeldoko menyelesaikan permasalahan stunting ini?

Sejatinya stunting terjadi karena masyarakat yang tidak mampu mencukupi kebutuhan gizinya. Sehingga ketika masyarakat dewasa atau para orang tua balita mengalami gizi buruk tidak ayal akan melahirkan generasi yang kemungkinan mengalami gizi buruk pula. Hal ini diakibatkan oleh kondisi ekonomi masyarakat yang lemah, yakni sulitnya lapangan kerja dan mahalnya kebutuhan pokok sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya.

Memberikan gagasan ayam sebagai solusi agaknya tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan ini. Untuk memelihara anggota keluarga sendiri saja masih kekurangan gizi apalagi ditambah memelihara ayam yang sudah pasti juga butuh makan dan tempat tersendiri. Yang ada malah menambah beban ekonomi keluarga. Sekalipun ayam tersebut menghasilkan telur yang nanti bisa dikonsumsi untuk menambah asupan gizi. Namun telur saja tidak akan cukup, masih dibutuhkan menu seimbang yang lainnya yakni sayuran dan juga buah-buahan.

Sungguh ironi memang, di tengah sumber daya alam negeri yang berlimpah masyarakatnya merana tidak dapat mencukupi kebutuhan gizinya sehingga banyak balita yang mengalami stunting, mengapa kondisi ini bisa terjadi?

Semua tidak lain karena sistem kapitalis sekuler yang diadopsi negeri ini. Para penguasa dibiarkan mengobral sumber daya alam pada para kapitalis asing dan aseng, sehingga yang mendapatkan kesejahteraan hanya mereka para pemilik modal sementara rakyatnya dibiarkan kesulitan mengais remah-remah sekadar memenuhi kebutuhannya.

Berharap kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat dalam sistem ini hanyalah mimpi belaka, ibarat pungguk merindukan bulan. Demikian pula dalam masalah stunting di negeri ini, memberikan solusi dengan satu keluarga memelihara satu ayam serta membuat gerakan nasional yang bertumpu pada keaktifan anggota masyarakat dalam melaksanakan program tersebut makin menegaskan bahwa pemerintah semakin lepas tanggung jawab dalam memenuhi kesejahteraan rakyatnya.

Seharusnya negara tidak sekadar membuat gerakan nasional yang bertumpu pada keaktifan anggota masyarakat dalam menjalaninya semata. Namun, negara juga dituntut membuat kebijakan menyeluruh yakni menghapus kemiskinan dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara benar serta  memaksimalkan pemberian layanan kebutuhan masyarakat secara mudah, gratis dan berkualitas. Sehingga tidak ada lagi keluarga miskin yang mengalami gizi buruk.

Semua ini hanya bisa terjadi tidak lain dan bukan hanya dengan menerapkan sistem Islam menyeluruh dalam mengatur kehidupan dan bernegara. Hanya dengan sistem Islam inilah para penguasa tidak akan diberi ruang untuk berlaku zalim terhadap rakyatnya, apalagi dibiarkan mengeruk sumber daya alam demi keuntungan pribadi dan para kapitalis.

Dalam sistem ini juga seluruh rakyat akan terjamin kesejahteraannya sehingga tidak perlu khawatir akan sulitnya lapangan kerja, mahalnya biaya pokok serta biaya kesehatan. Kesemuanya adalah merupakan hak rakyat yang menjadi tanggung jawab pemimpin. Tentunya dalam sistem Islam.

Khusnul Aini S.E

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment