Suaramuslim.net – Alkisah, pada suatu hari, istri Syeikh al Imam Syaqiq Al Balkhi (wafat pada tahun 194 H./810 M) membeli semangka. Saat disantapnya, ternyata buah semangka tersebut terasa hambar. Dan, sang istri pun marah sambil menggerutu. Syeikh Al Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu, setelah selesai didengarkan amarahnya. Ia bertanya kepada istrinya dengan halus:
“Kepada siapakah kau marah wahai istriku?”
“Kepada pedagang buahnyakah?”
“Atau kepada pembelinya?”
“Atau kepada petani yang menanamnya?”
“Ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?”
Sang istri terdiam. Sembari tersenyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya, “Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik. Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula. Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik. Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang menciptakan semangka itu.”
Pertanyaan Syeikh Al Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya.
Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya, “Bertaqwalah wahai istriku. Terimalah apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya. Agar Allah memberikan keberkahan pada kita.”
Mendengar nasihat suaminya itu, sang istri pun menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha dengan apa yang telah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala tetapkan.
Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yang terucap sama saja kita tidak ridha dengan ketetapan Allah, sehingga barokah Allah jauh dari kita. Di sinilah kita belajar apa sih barokah itu.
Karena barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi: barokah adalah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.
Barokah itu bertambahnya ketaatanmu kepada Allah.
Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.
Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah.
Apa sih barokah itu? Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Mush’ab bin Umair. Dia adalah duta yang dikirim Nabi Muhammad saw ke Madinah untuk memperkenalkan Islam kepada warga setempat sebelum Nabi hijrah. Tak ada penduduk Madinah ke kemudian kecuuali sudah memeluk Islam berkat dakwah Mush’ab bin Umair.
Apa sih barokah itu? Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah, tiada banding, tiada tara.
Apa sih barokah itu? Ilmu yang barokah adalah bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah ilmu yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama Allah.
Apa sih barokah itu? Penghasilan barokah juga bukan gaji yang besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rezeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Apa sih barokah itu? Anak-anak yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, mempunyai pekerjaan & jabatan yang hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Robb-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari kita & tak henti-hentinya mendoakan kedua orang tuanya.
Semoga kita semua selalu dianugrahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapatkan keberkahanNYA. Wallahu ‘Alam Bish-showab. (tulisan ini beredar di media Whatsapp dan redaksi sulit melacak sumber pertamanya).