Ekonomi Pembangunan Bersumber Wahyu
1. Prioritas utama pembangunan ekonomi suatu negara adalah mengatasi secara serius kemiskinan di kalangan penduduk melalui berbagai program pemerintah berupa pemberian keterampilan secara masif terstruktur, pembukaan lapangan kerja, pemberian modal untuk usaha kecil dengan dana dari APBN/APBD. Itulah tugas pemerintah, beda dengan CEO korporasi yang orientasi aktivitasnya untuk cari untung.
2. Indikator utama sukses pembangunan ekonomi adalah menurunnya poverty rate dan gini ratio pendapatan, bukan income/capita, derivasi PDB yang dihasilkan oleh beberapa kapitalis belaka.
3. Pengelola ekonomi negara/birokrat harus orang-orang yang ahli/profesional sekaligus taat syariat bercirikan: ritualnya tertib, track record jujur, zuhud hidup sederhana punya rasa malu karena rakyat yang menjadi tanggung jawabnya masih miskin, siap dengan gaji terbatas, maksimal 10 kali gaji pegawai terendah.
4. Stop riba untuk mengatasi eksploitasi ekonomi terhadap sesama anak bangsa serta membiasakan budaya saling menolong sesama warga, mau saling menolong via profit sharing.
5. Ilegalkan komoditas ekonomi yang merusak masyarakat seperti judi, pelacuran, miras, pornografi, dll.
6. Mengaktifkan “ekonomi waris” di mana keluarga kaya harus mengangkat keluarga lain dalam sistem warisnya yang masih hidup miskin.
7. Pajak progresif bagi orang kaya, termasuk infak bagi orang kaya muslim.
8. Mata uang beredar harus berbasis emas dan perak untuk dipakai dalam perdagangan dalam dan luar negeri.
9. Pembangunan negara dengan prinsip tanpa utang, walau tidak berbunga, karena utang akan membuat negara terlemahkan kedaulatannya. Utang itu bernilai absolut, beda dengan PDB nasional yang sifatnya dinamis fluktuatif, bisa tiba-tiba mengalami/dibuat drop, krisis gagal bayar lalu dikooptasi-dikuasai asing.
10. Arahkan generasi muda agar berbudaya santun, taat ibadah, produktif-inovatif, tidak liar; anti agama, berbudi rendah, hura-hura, hedonis-materialistis.
Penulis: Fuad Amsyari, Ph.D
Dewan Pakar ICMI – Ketua Umum Syarikat Islam Politik
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net