Bahaya Tayangan Pornografi Bagi Otak

Bahaya Tayangan Pornografi Bagi Otak

Bahaya Tayangan Pornografi Bagi Otak

Suaramuslim.net – Belakangan, pemberitaan media massa di Indonesia kerap diwarnai dengan maraknya kasus pelecehan seksual. Parahnya lagi, korban yang disasar para pelaku kejahatan seksual tidak lain adalah anak-anak dan masih di bawah umur. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, sebagian pelaku kejahatan berasal dari kalangan pendidik alias guru.

Kejadian tertangkapnya seorang guru yang tega melakukan kejahatan seksual kepada muridnya sendiri secara tidak langsung telah menciderai profesi guru. Seorang guru yang harusnya digugu malah memberikan contoh perilaku bejatnya kepada anak didik.

Maraknya kasus kejahatan seksual pada dasarnya masih berkaitan dengan pornografi. Ketika seseorang melihat gambar atau tayangan yang mengandung unsur pornografi, maka akan timbul ransangan sel kimia dari dalam otak yang bernama dopamin.

Dopamin adalah sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain) dan bertanggung jawab terhadap pelepasan gairah seksual. Namun rangsangan berulang terhadap dopamin akan menyebabkan otak tidak akan sensitif. Otak anda akan tumpul terhadap rangsangan seksual yang ‘biasa’. Artinya otak membutuhkan lebih banyak dopamin untuk dapat merasakan level yang sama, yang membuat seseorang akhirnya menyaksikan lagi pornografi.

Jika rangsangan itu terjadi secara berulang, maka dipastikan otak kita sudah tidak sensitif lagi terhadapnya. Seorang pria misalnya, dia tidak akan tertarik dengan hubungan seksual yang dianggap ‘biasa’ karena adanya pengulangan. Melihat tayangan pornografi terus-menerus juga bisa menyebabkan otak menyusut kecil. Itu artinya, semakin sering otak kita mendapat rangsangan tayangan pornografi, maka kita akan menganggapnya sebagai suatu hal yang lumrah, dan tidak perlu diperdebatkan.

Padahal Allah SWT sangat melarang umat Islam untuk mendekati zina, apalagi sampai melakukan perbuatan paling keji itu. Dikutip dari Dailymail (1/3), pornografi punya efek ‘jahat’ terhadap otak manusia. Semakin sering Anda mengkonsumsi tayangan pornografi, maka Anda akan semakin tergantung terhadapnya.

Sebuah studi tahun 2011, yang dipublikasikan di Psychology Today, mengungkapkan bahwa terjadi lonjakan kebutuhan terhadap lebih banyak dopmain berarti bahwa seseorang akan butuh pengalaman ‘ekstrem’ agar terangsang secara seksual. Sementara dari sisi Sosiologi, pornografi akan menciptakan generasi muda yang tidak memiliki hasrat seksual bersama pasangannya.

Bahaya lain menonton tayangan pornografi adalah dapat membuat otak menyusut. Sebuah area di otak bernama striatum, yang terhubung dengan respon motivasi dan penghargaan, akan semakin kecil ukurannya setiap kali menonton pornografi.

Pecandu pornografi memiliki pikiran yang sama dengan pecandu Narkoba. Ketika seorang pecandu pornografi melihat tayangan tak senonoh, bagian otak yang kecanduan itu seolah-olah ‘menyala’. Bagian itu pula lah yang terstimulasi aktif pada pecandu Narkoba. Otak seorang pecandu pornografi akan memiliki tiga area lebih aktif dibanding area otak yang lain, yaitu ventral striatum, dorsal anterior cingulate dan amygdala. Ini sama persis dengan pecandu Narkoba.

Ventral striatum adalah bagian otak yang terlibat dalam memproses penghargaan dan motivasi. Dorsal anterior cingulate terlibat dalam mengantisipasi penghargaan dan kecanduan obat. Sementara amygdala berfungsi untuk menterjemahkan pentingnya sebuah peristiwa atau emosi.

Dengan kata lain, semakin sering otak menerima rangsangan buruk dari tayangan pornografi, maka akan menurunkan kreativitas dan motivasi seseorang. Ini akan berdampak buruk pada mental manusia. Ketika seseorang tidak memiliki motivasi hidup, maka dia sama saja berada dalam ambang kematian. Ada atau tidak adanya di dunia dinilai sama saja, tidak berpengaruh. Naudzubillah

Allah AWT melalui risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW sangat melarang ummat-NYA untuk mendekati zina, karena itu termasuk perbuatan keji dan dosa besar. Dampak perbuatan zina bukan hanya persoalan moral dan nilai agama, akan tetapi juga punya implikasi terhadap kondisi psikologi, kehidupan sosial dan fisik pelakunya sendiri.

Oleh: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment