Bank Dunia Pangkas Proyek Pendidikan Kejuruan di Xinjiang Tiongkok

Bank Dunia Pangkas Proyek Pendidikan Kejuruan di Xinjiang Tiongkok

Dokumen Rahasia Soal Muslim Uighur Bocor, Ungkap Kekejaman Tiongkok
Anak-anak Uighur Ditahan di Xinjiang Foto ini diambil pada 2 Juni 2019 menunjukkan bangunan di Pusat Layanan Pelatihan Keterampilan Pendidikan Kejuruan Kota Artux, yang diyakini sebagai kamp pendidikan ulang tempat sebagian besar etnis minoritas Muslim ditahan, di utara Kashgar di wilayah barat laut Cina Xinjiang. (Foto: AFP)

XINJIANG (Suaramuslim.net) – Bank Dunia mengumumkan hari Senin (11/11), bahwa mereka mengurangi proyek pendidikan kejuruan di provinsi Xinjiang Tiongkok, meskipun penyelidikan internal tidak mendukung klaim bahwa skema itu terkait dengan penganiayaan terhadap minoritas Muslim Uighur.

Seperti dilansir VOA, Bank Dunia meluncurkan tinjauan terhadap program itu akhir Agustus lalu setelah majalah Kebijakan Luar Negeri melaporkan bahwa sekolah yang mendapat tunjangan dari pinjaman senilai 50 juta dolar bagi Tiongkok itu membeli “kawat berduri, senjata peluncur gas air mata, dan pelindung tubuh.”

Pemberi pinjaman pembangunan yang berbasis di Washington itu mengatakan hasil kajiannya “tidak mendukung tuduhan itu.”

Namun, sebagai tindak pencegahan, Bank Dunia memotong dana untuk “sekolah-sekolah mitra” dalam skema itu di seluruh provinsi Xinjiang yang menjadi sasaran tuduhan.

Dana Bank Dunia untuk lima sekolah itu yang secara langsung didukung proyek tersebut akan berlanjut, di bawah “pengawasan yang ditingkatkan.”

Perlakuan Tiongkok terhadap orang-orang Uighur – minoritas yang umumnya Muslim dan berbahasa Turki yang terkonsentrasi di wilayah Xinjiang barat laut yang diawasi ketat – telah mendapat sorotan yang semakin meningkat.

Organisasi hak asasi manusia dan para pakar mengatakan lebih dari satu juta etnis minoritas yang sebagian besar Muslim telah dimasukkan ke kamp-kamp pendidikan ulang di Xinjiang. Di sana, mereka disiksa dan dipaksa meninggalkan agama mereka.

Tiongkok pada awalnya menyangkal keberadaan kamp-kamp itu tetapi kemudian mengakuinya dan menyebutnya sebagai “pusat pendidikan kejuruan,” yang dianggap perlu untuk memerangi ekstremisme agama dan meningkatkan lapangan kerja.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment