Begini Sejarah Pengumpulan Al Quran

Begini Sejarah Pengumpulan Al Quran

Begini Sejarah Pengumpulan Al Quran

Suaramuslim.net – Tak semua orang mengerti bahwa tahapan turunnya Al Quran mulai dari lembaran hingga menjadi mushaf.  Bagaimana sejarah pengumpulan Al Quran?  Berikut ulasannya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Ustaimin menjelaskan ada tiga tahap proses pengumpulan Al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Tahap pertama Al Quran di turunkan adalah di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada jenjang ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan. Hal itu dikarenakan kemampuan hafalan para sahabat radhiyallahu ‘anhum begitu luar biasa, sangat kuat dan cepat. Selain itu, pada masa itu, sangat sedikit orang yang punya kemampuan bisa baca dan menulis, sarana alat tulisnya juga sangat terbatas kala itu.

Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Quran sangat banyak.

Dalam kitab Shahih Bukhari,  dari Anas Ibn Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang disebut Al-Qurra’. Mereka dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku Bani Sulaim ; Ri’i dan Dzakwan di dekat sumur Ma’unah. Namun di kalangan para sahabat selain mereka masih banyak para penghapal Al-Qur’an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah Ibn Mas’ud, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Ubay Ibn Ka’ab, Mu’adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda radhiyallahu ‘anhu.

Pengumpulan Al Quran di Zaman Abu Bakar Ash Shiddiq

Dikumpulkannya Al Quran menjadi satu di zaman Abu Bakar As Shiddiq tepatnya terjadi pada tahun 12 Hijriyah. Penyebabnya adalah, saat perang Yamamah banyak dari kalangan Al Qurra’ yang terbunuh, di antaranya Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah seorang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil pelajaran Al-Qur’an darinya.

Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan Al Quran agar tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya perang Yamamah.

Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah subhanahu wa ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit radhiyallahu ‘anhu, di samping Abu Bakar berdiri Umar. Abu Bakar mengatakan kepada Zaid, “Sesunguhnya engkau adalah seorang yang masih muda dan berakal cemerlang, kami tidak meragukannmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sekarang carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah!”

Kemudian,  Zaid berkata, “Maka akupun mencari dan mengumpulkan Al-Quran dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar radhiyallahu ‘anhuma. Diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.

Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, mereka menganggap perbuatannya itu sebagai nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar.

Pengumpulan Al Quran  Zaman Utsman Ibn Affan

Pengumpulan Al Quran pada tahap ini dimulai pada tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Quran sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya berpecah belah.

Dalam kitab Shahih Bukhari  dijelaskan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al Quran. Dia katakan, “Wahai Amirul Mukminin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah subhanahu wa ta’ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!”

Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah radhiyallahu ‘anhuma, “Kirimkan kepada kami mushaf yang engkau pegang agar kami gantikan mushaf-mushaf yang ada dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu!” Hafshah lalu mengirimkan mushaf tersebut.

Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam radhiyallahu ‘anhum untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy. Utsman mengatakan kepada ketiganya, “Jika kalian berbeda bacaan dengan Zaid Ibn Tsabit pada sebagian ayat Al-Quran, maka tuliskanlah dengan dialek Quraisy, karena Al Quran diturunkan dengan dialek tersebut!” Merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai, Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Quran selainnya.

Hasil yang didapatkan dari pengumpulan ini terlihat dengan timbulnya kemaslahatan yang besar di tengah-tengah kaum muslimin. Mushaf Al Quran tetap seperti itu sampai sekarang dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin serta diriwayatkan secara Mutawatir.

Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment