Ber-iduladha Di Masa Pandemi

Ber-iduladha Di Masa Pandemi

Ber-iduladha Di Masa Pandemi
Ilustrasi kambing.

Suaramuslim.net – Kiranya hari raya Iduladha pada tahun ini akan sangat terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena berlangsung dalam suasana keprihatinan sebab wabah pandemi covid-19.

Namun nilai-nilai yang terkandung dalam hikmah Iduladha tidak akan pernah lekang oleh waktu dan akan terus mengalirkan inspirasinya untuk memotivasi umat Islam dalam melakukan kebaikan dan meniru teladan dari nilai-nilai itu.

Terdapat beberapa nilai penting dari rangkaian pelaksanaan Iduladha yang dapat menginspirasi kebaikan pada umat Islam.

Yang pertama, inspirasi dari kisah nabiyullah Ibrahim dan keluarganya. Ibrahim yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi melalui doa-doa yang dipanjatkannya untuk generasi masa depan. Sebagaimana diabadikan Allah subhanahu wa taala dalam surat Ibrahim ayat 35 hingga 40. Dan benarlah berkat doa-doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim maka keluarlah dari garis keturunannya para nabi sehingga Ibrahim dikenal dengan bapak para nabi.

Pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah Ibrahim ini adalah jangan jemu-jemu mendoakan anak cucu keturunan karena Allah tidak akan berutang doa kepada hamba-Nya.

Ketahuilah, setiap doa yang kita panjatkan maka di sana ada peluang untuk dikabulkan bahkan sekalipun doa tidak dikabulkan saat ini, akan menjadi simpanan kelak di akhirat. Akhlak seorang yang berdoa namun tidak juga terkabulkan, maka ia ibarat orang yang mengayuh sepeda terus mengayuh dan mengayuh maka pasti ia akan sampai di tujuan.

Kedua, menyembelih hewan kurban sebagaimana dilakukan Nabi Ibrahim adalah wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial yang dibangun atas dasar nilai spiritualitas.

Dalam realitas pandemi ini maka Iduladha memberikan pelajaran dan inspirasi tentang pentingnya tetap menghadirkan kepedulian yang tinggi selama masa pandemi. Kepedulian pada sesama dengan berbagi selalu menyertai setiap hari raya kaum muslimin.

Hal ini memberikan pesan bahwa umat Islam harus peduli terhadap sesama dalam suasana apapun sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang telah Allah limpahkan padanya.

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ

“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Al-Kautsar: 1-3).

Berkurban adalah cara mendekatkan diri kepada Allah setelah Allah memberikan nikmat-Nya yang berlimpah pada diri kita. Terlebih atas nikmat hidup sehat dan nikmat keimanan yang terus bersemayam dalam hati ini. Keimanan inilah nikmat terbesar manusia.

Ketiga, pelaksanaan ibadah haji yang menyaratakan man istathoa ilaihi sabiilaa (bagi mereka yang mampu dalam menjalankannya), menegaskan tentang tingginya perhatian syariat Islam atas penghormatan terhadap kesehatan jiwa manusia, salah satunya adalah hifzun nafs yang menjadi salah satu dari maqashid syari’ah, maksud tujuan dari diturunkannya syariat. Bahwa sekalipun ibadah wajib tetap harus lebih mendahulukan pada kesehatan atau memperhatikan keselamatan jiwa.

Inilah ketinggian ajaran Islam yang sangat menjunjung nilai-nilai mendasar dari hak asasi manusia. Pertanyaannya, adakah agama yang memberikan kepedulian tinggi terhadap jiwa manusia selain Islam?

26 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment