Bermain Bersama Ayah

Bermain Bersama Ayah

fungsi regenerasi keluarga
Misbahul Huda bersama isteri, anak, dan cucu-cucunya. (Dok. pribadi)

Suaramuslim.net – Wahai Ayah, ajaklah anakmu bermain, dengan mengoptimalkan waktu yang tidak banyak di antara kesibukanmu mencari nafkah. Sungguh, karena anakmu menanti dan menikmati kebersamaan bersamamu. Itu semua adalah peranmu. Pakar pendidikan Islam Khalid Asy-Syantut dalam bukunya “Rumah, Pilar Utama Pendidikan” menulis: “Ketika anak berusia lebih dari dua tahun, ayah hendaknya mengajak anak bermain bersama.”

Mengapa Khalid Asy-Syantut menganjurkan demikian? Apa pentingnya bermain dalam tahapan pendidikan anak? Dan mengapa harus ayah?

Banyak dari para suami yang mengira bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab istri. Suami tidak dituntut kecuali untuk memenuhi kebutuhan materi anak-anak dan istrinya. Akibatnya, suami sering menghabiskan waktunya di luar rumah bersama rekan-rekannya dan ketika kembali ke rumah langsung beristirahat di kamar sambil meminta istrinya menemani anak-anak mereka agar tidak mengganggu istirahatnya. Jika demikian keadaannya, keluarga itu jelas berada dalam keadaan bahaya.

Ayah, tidak malukah pada Rasulullah, sang pemimpin umat? Dalam kesibukannya yang tak terbayangkan, beliau tetap menyediakan waktu bercengkerama dengan anggota keluarganya, juga masih sempat meluangkan waktu mengusap kepala setiap anak yang ditemuinya. Bahkan Nabi menyempatkan diri mendidik dan bermain dengan cucu-cucunya.

Apakah kesibukan kita mengalahkan nabi sehingga tak sempat peduli dan memperhatikan anak-anak?

Ingatkah kisah bagaimana Rasulullah pernah salat sambil menggendong Umamah? Beliau memberikan keteladanan dan contoh nyata cara salat dan adabnya yang dirasakan langsung oleh si kecil Umamah, sekaligus memberikan ilmu kepada para sahabat.

Tidakkah kita ingin mencontoh kemesraan Rasulullah bersama Hasan dan Husein ketika mereka duduk dan bercanda bersama? Bagaimana Beliau menyediakan punggung dan dadanya untuk dinaiki oleh kedua cucu kesayangannya, sambil mencium dan mendoakan mereka. Lihatlah nilai yang ditanamkan dari kedekatan emosional yang dibangun Rasulullah dengan Hasan dan Husein.

Juga tidak lupa kisah ketika Rasulullah melarang Hasan memakan kurma dari sedekah. Itu penanaman nilai halal haram yang diberikan Rasul bahkan ketika si kecil sedang digendong di atas bahunya.

Tidakkah itu cara efektif menanamkan nilai keimanan? Gabungan antara kasih sayang, bermain dengan aktivitas fisik yang membangun kedekatan emosional, yang semuanya berpadu dengan ketegasan khas seorang ayah. VIP, eksklusif hanya Ayah.

Bermain dengan melibatkan aktivitas fisik dan kedekatan emosional ini menjadi sangat relevan di era kini. Betapa banyak keluarga yang secara fisik berkumpul bertemu di meja makan atau ruang keluarga, tetapi secara emosi tidak bertemu karena masing-masing asyik dengan gadget-nya masing-masing.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment