Cara Kerja Pikiran Bisa Menjadi Kebiasaan, Bahkan Jadi Karakter

Cara Kerja Pikiran Bisa Menjadi Kebiasaan, Bahkan Jadi Karakter

Cara Kerja Pikiran Bisa Menjadi Kebiasaan, Bahkan Jadi Karakter
Ilustrasi laki laki sedang memikirkan sesuatu. (Foto: @jmason/unsplash)

Suaramuslim.net – Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Dan manusia adalah makhluk yang paling mulia di antara seluruh ciptaan Tuhan. Jika manusia tidak bergerak, pasti ada masalah. Bisa jadi dia sedang sakit atau ada gangguan. Akan menjadi akhir hidupnya jika ia tidak ada lagi aktivitas atau gerakan dalam organ tubuhnya. Di sinilah cara kerja pikiran bisa menjadi perbuatan kemudian jadi kebiasaan, bahkan jadi karakter.

Gerak hidup manusia selalu didahului pikirannya. Atas dasar pikiran itulah manusia melakukan perbuatan dan menjadi kebiasaan bahkan menjadi karakter. Dan tindakan atau perbuatan manusia secara umum dibagi menjadi dua: buruk dan baik. Ini berdasar firman Allah, “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS Asy Syams 8). Di sini dijelaskan bagaimana cara kerja pikiran bisa menjadi perbuatan, kemudian jadi kebiasaan dan bahkan jadi karakter.

Mari kita simak penjelasan Imam Ibnul Qayyim Al Jauzy (691 H – 751 H) tentang tahapan manusia dalam berpikir sebelum berbuat dan akhirnya menjadi kebiasaan. Kita sedikit ulas cara kerja pikiran bisa menjadi perbuatan kemudian jadi kebiasaan. Berikut ulasan singkatnya (dari berbagai sumber):

1. Lintasan hati

Semua keinginan dan kehendak bermula dari sini. Maka ada istilah: terbersit dalam hati. Jika tidak kita kendalikan atau jika lintasan-lintasan hati yang buruk dibiarkan atau justru kita pupuk, maka ia akan menguat menjadi keinginan.

Ibnul Qayyim membagi lintasan hati (khatirah) menjadi tiga kategori: khatirah rahmaniyah, syaithaniyah dan nafsaniyah. Khatirah rahmaniyah adalah seluruh lintasan pikiran yang berisi kebaikan dan hal-hal utama. Seperti menimba ilmu, amar ma’ruf dan nahi mungkar, shadaqah dan lainnya. Khatirah syaithaniyah adalah lintasan hati syaitan yang isinya selalu kekejian dan kemungkaran belaka. Sedangkan nafsaniyah, adalah lintasan pikiran yang terjadi saat seseorang bermimpi.

2. Gagasan

Perbuatan manusia akan melalui gagasan terlebih dahulu. Manusia akan berpikir bagaimana keinginan bisa terwujud. Ibnul Qayyim mengatakan, “Buanglah lintasan pikiran syaithaniyah. Jika tidak engkau buang, ia akan menjadi fikrah/gagasan. Buanglah gagasan itu. Jika tidak engkau buang, ia menjadi himmah (tekad). Buanglah himmah itu, jika tidak engkau buang ia akan menjadi amal perilaku. Buanglah perilaku itu, jika engkau tidak melakukannya ia akan menjadi kebiasaan.”

3. Tekad dan niat

Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Perbuatan

Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Dia tidak menghukum seseorang jika hanya punya niat buruk. Jika sudah menjadi perbuatan, maka pena melaikat segera mencatatnya. Sebaliknya, jika seseorang baru berniat berbuat baik namun belum diamalkan, Allah sudah mencatat satu kebaikan.

Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Siapa saja berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Siapa saja berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan siapa saja berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Kebiasaan & Karakter

Menurut Ibnul Qayyim kita bisa menelusuri alur munculnya sebuah kemaksiatan dari urut-urutan berikut. Bermula dari lintasan pikiran atau lintasan hati; jika tidak kita kendalikan atau jika lintasan-lintasan pikiran yang buruk kita biarkan atau justru kita pupuk maka ia akan menguat menjadi keinginan. Keinginan buruk yang tidak kita patahkan bisa menguat menjadi azam (tekad, kemauan kuat). Tekad yang terus terpupuk akan memunculkan perbuatan; dan pada puncaknya perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan.

Ibnul Qayyim menyatakan mengubah karakter lebih sulit daripada mengubah perbuatan awal, perbuatan lebih sulit diubah dibanding tekad. Sehingga titik awal perubahan adalah pada pengendalian lintasan pikiran. Beginilah basis psikologis sebuah kemaksiatan muncul. Skema ini juga bisa diberlakukan pada konteks memupuk kebiasaan baik atau mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.

6. Refleks

Jika sudah menjadi karakter, maka perbuatan itu menjadi refleks. Sang pelaku tidak lagi berpikir dua kali untuk melakukannya. Bahkan tindakan menjadi refleks tanpa sadar. Seperti orang yang mengetik komputer tanpa perlu memandang keyboard karena kebiasaan yang panjang dan berkembang menjadi refleks. Ini berlaku juga pada perbuatan baik maupun buruk. Akan lebih sulit mengubahnya jika demikian.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment