Suaramuslim.net – Hari-hari penuh keberkahan yang dilalui Rasulullah sepanjang hidupnya menjadi pelajaran mahal bagi kita. Kali ini, kita akan mengetahui bagaimana beliau mengawali hari-harinya. Seperti apa beliau membuka siang harinya.
Menarik sekali memperhatikan pembukaan hari. Karena pembukaan bisa menentukan aktivitas sepanjang harinya. Lihatlah umpamanya hadits berikut,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Tidaklah tiba pagi hari bagi para hamba kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu di antara mereka berdua berkata: Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak. Yang lain berkata: Ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang pelit”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan hadits itu, kita pahami bahwa membuka hari tidak boleh dengan kesalahan. Bukankah jika ada seseorang yang salah membuka harinya, ia akan hidup sepanjang hari dalam kutukan doa malaikat. Sebaliknya, bagi yang benar memulainya maka ia akan mendapatkan cahaya doa malaikat. Jadi, mengawali hari sangatlah penting untuk keberlangsungan hari-hari yang baik dan penuh berkah.
Nah, bagaimana Nabi mengawali harinya sebelum matahari pagi menebarkan sinar terangnya. Dr. Abdul Wahhab bin Nashir Ath Thurairy dalam bukunya al Yaum an Nabawi mencoba mengumpulkan dari berbagai riwayat dalam kitab-kitab hadits mu’tabaroh (yang diakui para ulama). Kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan, hingga jelas seperti apa hari-hari yang dilalui Nabi pada siang dan malam harinya. Dan berikut rangkaian aktifitas Nabi yang dilakukan untuk mengawali hari.
Nabi shalat Sunnah Qobliyyah Shubuh 2 Rokaat
Shalat dengan cepat. Hingga ada yang berkata: Apakah Nabi membaca Al Fatihah dalam shalatnya? Karena begitu cepatnya. Di rakaat pertama setelah Al Fatihah, beliau membaca Al Kafirun. Pada rakaat kedua membaca Al Ikhlas. Terkadang di rakaat pertama membaca Al Baqarah: 136 dan di rakaat kedua membaca Ali Imron: 64.
Jika telah selesai dari shalat tersebut dan istrinya sudah bangun, beliau berbincang dengannya dengan perbincangan penuh kenyamanan dan kebahagiaan. Tapi jika istrinya masih tidur, beliau tiduran miring ke kanan (untuk istirahat) sampai tiba waktu shalat Shubuh.
Jika Bilal radhiallahu anhu melihat para sahabat telah berkumpul di masjid, dia mendatangi Rasulullah dan berkata: Shalat ya Rasulullah. Rasul pun keluar (dari rumahnya) menuju masjid. (al Yaum an Nabawi h. 8-10).
Di Ramadhan 1433 H lalu, buku al Yaum an Nabawi dijadikan acara televisi besar di Timur Tengah Al Risalah. Langsung disampaikan oleh penulisnya Dr. Abdul Wahhab Ath Thurairy.
Ya, sebuah teladan yang sangat menarik. Agar hari ini berkah. Adzan Fajar (Shubuh) yang dikumandangkan, pertanda siang hari dimulai. Saat itulah Nabi melakukan dua amal mulia untuk siang harinya. Bahkan matahari belum lagi menampakkan dirinya. Sinarnya belum lagi menyapa bumi dan penghuninya.
Nabi mengawali hablum minallah (hubungan dengan Allah), dengan melakukan shalat ringan dua rakaat (Qobliyyah Shubuh). Shalat sunnah yang satu ini sangat istimewa di bandingkan shalat-shalat rawatib (pengiring shalat wajib) lainnya. Sehingga ia merupakan shalat sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Nabi saat semua shalat rawatib ditinggalkan ketika sedang safar (dalam perjalanan). Karena keutamaannya yang luar biasa,
عن عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dari Aisyah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, “Dua rakaat (sebelum) Shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. (HR. Muslim)
Semulia itulah shalat ringan yang mengawali hari-hari Nabi dan orang-orang beriman. Dan untuk mengawali hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia), beliau mendatangi orang terdekat dan terkasih dalam hidupnya. Yaitu istrinya. Beliau menyambut pagi dengan merekahkan senyum bagi istrinya. Kalimat lembut yang hadir dari hati menyapa penuh makna.
Bayangkan seorang istri yang membuka cahaya harinya dengan perbincangan penuh kasih sayang dari suaminya! (Dr. Abdul Wahhab Ath Thurairy).
Pasti sangat indah dan merekah hari keluarga itu. Saat suami terkasih menebar bunga-bunga dari hati yang terpancar dari lisan. Pasti hari yang penuh semangat. Saat sang pemimpin dan pendidik itu menyapa lembut untuk bekal sang istri melaksanakan tugas berat sepanjang siang ini.
Nabi menyejajarkan dua amal mulia itu. Shalat dua rakaat yang lebih mulia dari dunia dan seisinya. Seutama itulah setidaknya, amal yang beliau sejajarkan; berbincang ringan dengan istri di pagi hari.
Jadi inilah kebiasaan ringan dan mudah yang dicontohkan oleh Nabi untuk membuka dan mengawali hari-hari penuh keindahan dan semangat.
Para suami, mari kita sapa para istri sebelum mentari pagi datang menyapa. Semoga hari-hari keluarga kita seberkah hari-hari keluarga Rasulullah.
Penulis: Ustadz Budi Ashari