Beginilah Cara Nabi Menutup Hari

Beginilah Cara Nabi Menutup Hari

Beginilah Cara Rasulullah Menutup Hari

Suaramuslim.net – Shalat Ashar sudah selesai. Nabi dan para sahabat terkadang masih berbincang sebentar di Masjid Nabawi setelah itu. Tidak sepanjang pembicaraan selepas Zuhur memang. Para sahabat pun segera bubar. Mereka meneruskan aktifitas siang yang belum selesai. Untuk selanjutnya kembali ke peraduan masing-masing. Melepas penat. Bertemu dengan keluarga.

Bagaimana dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Apa yang dilakukannya untuk menutup sepanjang satu hari dan untuk menyambut malam?

Perlahan matahari semakin rendah. Sinar semakin memerah. Waktu Ashar sudah bergeser beberapa saat yang lalu. Pertanda Maghrib akan menggantikan posisi Ashar. Kita semua dianjurkan dan pasti dicontohkan langsung oleh Nabi agar membaca dzikir-dzikir sore. Agar siang kita akhiri dengan kalimat-kalimat thayyibah. Dan agar malam hari kita masuki gulitanya dengan dzikir dan doa perlindungan.

Di antara hadits yang menyampaikan hal tersebut adalah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah jika memasuki waktu sore beliau membaca, “Kami masuki sore dan kerajaan milik Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada Ilah kecuali Allah, Maha Tunggal, tiada sekutu bagi Nya”. (H.R. Muslim)

Dalam Kitab Al Wabil Ash Shayyib, Ibnu Qoyyim menjelaskan kata “shobah” (pagi) dan “masa`” (sore) yang diperintahkan untuk berdzikir yaitu antara Shubuh sampai matahari terbit dan antara Ashar sampai terbenamnya matahari. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (QS. Al Ahzab: 41-42)

Al Jauhari berkata, kata “ashila” yaitu waktu yang ada antara Ashar sampai Maghrib. Maka Nabi akan menyibukkan diri menutup hari itu dengan berdzikir setelah shalat Ashar. Lisan beliau akan basah membaca ayat demi ayat, dzikir demi dzikir dan doa demi doa. Menutup siang. Mengawali malam. Menguatkan keimanan. Mengokohkan tawakkal. Memohon perlindungan. Meminta kesehatan.

Selanjutnya Nabi pergi menemui semua istrinya, satu per satu.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ فَكَانَ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ دَارَ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُو مِنْهُنَّ

Dari Aisyah berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suka dengan manisan (kue) dan madu. Jika beliau telah selesai shalat Ashar, beliau berkeliling menemui istri-istrinya dan mendekat ke mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Satu per satu rumah istri beliau diketuk. Pintu dibuka. Senyum ramah menyambut. Suami tercinta itu hadir. Masuk dengan penampilan terbaik seorang laki-laki. Beliau masuk. Diciumnya sang istri. Dipeluknya (lihat ‘Umdatul Qori, Badruddin al ‘Aini). Kemudian berbincang. Memang tidak terlalu lama pertemuan itu. Kemudian beliau pergi dan mengetuk pintu berikutnya. Begitulah hingga 9 istri itu ditemui satu per satu. Dan beliau berakhir di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ يَوْمٍ إِلَّا وَهُوَ يَطُوفُ عَلَيْنَا جَمِيعًا امْرَأَةً امْرَأَةً فَيَدْنُو وَيَلْمِسُ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ حَتَّى يُفْضِيَ إِلَى الَّتِي هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيتَ عِنْدَهَا

Dari Aisyah berkata: “Tidak ada hari yang dilalui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kecuali beliau berkelling kepada kami semua. Istri demi istri. Beliau mendekat, menyentuh tetapi tidak mencampuri. Hingga beliau berakhir pada istri yang mempunyai jatah malam itu”. (HR. Ahmad)

Dr. Abdul Wahhab Ath Thurairy menjelaskan dalam bukunya Al Yaum An Nabawi, “Terkadang mereka berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. Di mana waktu Ashar tidak cukup untuk beliau mengelilingi semua istrinya, maka mereka pun berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. Nabi dan para istri pun berbincang bersama dengan semua drama terindah dalam rumah terindah di dunia itu. Para sahabat terkadang mengirimkan hadiah bagi keluarga Nabi pada saat-saat seperti itu”.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعُ نِسْوَةٍ فَكَانَ إِذَا قَسَمَ بَيْنَهُنَّ لَا يَنْتَهِي إِلَى الْمَرْأَةِ الْأُولَى إِلَّا فِي تِسْعٍ فَكُنَّ يَجْتَمِعْنَ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي بَيْتِ الَّتِي يَأْتِيهَا

Dari Anas berkata: “Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mempunyai sembilan istri. Cara beliau membagi harinya adalah beliau tidak mendatangi istri urutan pertama kecuali setelah selesai yang kesembilan. Mereka berkumpul setiap malam di rumah istri yang mempunyai jatah malam”.

Perbincangan ringan antara Rasulullah dengan istrinya juga direkam dengan baik oleh hadits. Ini salah satu contoh perbincangan sore itu di rumah Hafshah radhiallahu anha.

أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ مُبَشِّرٍأَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عِنْدَ حَفْصَةَ لَا يَدْخُلُ النَّارَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ أَحَدٌ الَّذِينَ بَايَعُوا تَحْتَهَا قَالَتْ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَانْتَهَرَهَا فَقَالَتْ حَفْصَةُ وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

Jabir bin Abdillah berkata: Aku diberitahu oleh Ummu Mubasyir bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata saat sedang bersama Hafshah: “Insya Allah tidak akan masuk neraka mereka yang ikut baiat di bahwa pohon (Hudaibiyah).”
Hafshah berkata: “Tidak begitu ya Rasulullah”
Rasul pun menegurnya.
Hafshah membaca ayat: “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan” (Q.S. Maryam: 71)
Nabi pun menjawab: “Allah azza wajalla berfirman: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. (QS. Maryam: 72) (HR. Muslim).

Perhatikanlah semua riwayat di atas. Nabi menutup harinya dengan berdzikir dan berdoa. Dan doa adalah inti dari ibadah. Agar selalu berhubungan dengan Allah. Baik saat mengawali siang ataupun mengawali malam.

Dan lihatlah selanjutnya. Satu per satu rumah istri beliau diketuk. Didatangi dengan sebaik suami yang membawa sebongkah kebahagiaan. Dari senyuman, ciuman, pelukan bahkan hadiah yang terkadang dibawa oleh para sahabat untuk Nabi dan istri-istrinya.

Kemudian perbincangan sepasang suami istri yang disaksikan oleh sore itu begitu bermakna. Bukan saja keakraban dan kemesraan yang terbangun. Perbincangan pun begitu berisi. Membahas ayat, kebaikan, dan kemuliaan.

Dan begitulah sore yang khusyu’ dan syahdu berpadu dengan cinta dan kemesraan. Untuk menutup hari itu. Menyambut gelapnya malam. Dan kemudian merebahkan punggung setelah penat seharian dalam perjuangan dan dakwah.

Dan selimut malam pun hadir. Dengan keridhoan dan kebahagiaan yang merasuki jiwa istri. Sebagai hadiah dari suami terbaik. Shalawat dan salam selalu terkirim untukmu, wahai suami terbaik, ya Rasulullah.

Penulis: Ustadz Budi Ashari*
Editor: Muhammad Nashir

*Pembina Kuttab Al Fatih dan Pakar Parenting Nabawiyah

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment