Era Post Truth dan Menguatnya Trend Pemilih Kaca Mata Kuda

Era Post Truth dan Menguatnya Trend Pemilih Kaca Mata Kuda

Era Post Truth dan Menguatnya Trend Pemilih Kaca Mata Kuda
(Foto: suarabekasi)

Penulis: Surochiem Abdussalam, S.Sos., M.Si*

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pemilu raya di Indonesia sudah di depan mata. Hajat lima tahunan ini akan menentukan pimpinan-pimpinan baru di lingkungannya masing-masing. Bagi pemilih, tren memilih dengan kaca mata kuda menguat di Indonesia hingga tak jarang adu debat kusir terjadi di media sosial.

Daya terima pendukung pilpres menyadari bahwa kandidat yang didukung tidak selalu sempurna cenderung terus melemah. Hal ini bisa kita cermati dengan tren caci maki yang semakin menguat hingga pembelaan yang membabi buta nir respek pada lawan. Para pendukung mulai defisit tenggang rasa dan defisit respek pada lawan dan hanya mengagung-agungkan tuan yang didukungnya.

Hingga yang terjadi adalah tren untuk terus mengagungkan kandidat didukung yang hanya mau menerima kelebihan tanpa mau menerima kelemahan. Pendukung para capres semakin cenderung berkaca mata kuda dan menjadi pendukung fanatis yang tidak bisa kritis bahwa calon yang didukung adalah tetap manusia yang punya kelemahan dan kelebihan dalam satu paket.

Daya acceptance untuk menerima kelemahan itu menjadikan para pendukung capres tidak mau menerima jika calonnya dikritik dan hanya mau menerima pujian belaka. Inilah yg menjadikan pendukung hanya menjadi hamba sahaya bagi tuan yang didukungnya. Jika hal ini tidak disadari maka kita semua bisa terjebak menjadi pemilih-pemilih mata kuda yang terjebak pada tabiat hanya mau menerima kelebihan kandidat yang didukung dan abai tidak mau menerima kelemahan kandidat yang didukung.

Kita sesungguhnya tengah memasuki situasi dimana pemilih-pemilih kita semakin fanatis dan tidak lagi mau menyediakan ruang kritis atas kandidat yang didukungnya dan hormat pada calon lawannya.

Sesunguhnya kita sedang memasuki era dukungan yangg berbahaya seolah kandidat selalu sempurna tanpa kelemahan. Hanya mau menerima kelebihan tanpa mau menerima kelemahan kandidat yang didukung.

*Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo Madura
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment