Hamba Terbaik, Hamba Terburuk

Hamba Terbaik, Hamba Terburuk

Hamba Terbaik, Hamba Terburuk
Ilustrasi Ummat Muslim Beribadah dan Bersilaturahmi. (Ils: puguh akbar/dribbble)

Hamba Allah Terburuk

Ada dua perilaku jahat yang selalu dilakukan oleh hamba Allah yang paling buruk. Pertama, suka menyebarkan fitnah. Kedua, suka mendatangkan kesulitan bagi orang yang tidak bersalah.

Fitnah merupakan perkataan bohong tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang, dan lainnya. Fitnah bersumber dari rasa dengki dan benci terhadap seseorang. Fitnah lahir sebagai akumulasi dari ghibah dan buhtan. Fitnah merupakan kejahatan tertinggi yang diproduksi oleh lisan. Tujuan utamanya bagaimana agar orang-orang yang saling mencintai bisa berpisah.

Fitnah ada di mana-mana dan bisa menimpa siapa pun tanpa pandang status. Seorang tetangga misalnya, tega memfitnah tetangga lainnya dengan tujuan agar kehidupan keluarga tetangga tersebut berantakan dan berakhir dengan perceraian. Atau, karena ambisi untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi orang tega memfitnah atasannya sehingga karirnya hancur. Taktik busuk menebarkan fitnah untuk kepentingan pribadi atau golongan ini seringkali terjadi di tengah-tengah kehidupan kita. Terhadap fitnah ini, orang Islam harus selalu waspada. Waspada untuk tidak berbuat fitnah dan waspada untuk menghadapi fitnah pihak lain dengan cara-cara yang arif, bijaksana, dan tegas.

Begitu besarnya bahaya dan dosa fitnah, hingga Islam mengkategorikannya sebagai perbuatan yang lebih kejam dari pembunuhan (QS Al-Baqarah [2]: 191). Bahkan, Nabi Muhammad saw menyebutkan orang yang suka menebar fitnah sebagai calon penghuni neraka, ”Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebarkan fitnah.” (HR Bukhari & Muslim).

Fitnah itu ibarat menyulut ranting kering. Ia akan cepat merebak ke mana-mana dan membakar apa pun yang dilaluinya. Lalu, menjadi abu. Cara terbaik untuk terhindar dari fitnah adalah jangan pernah sedikit pun terbesit di hati kita untuk memfitnah. Ketika ada dorongan kuat dari nafsu kita memfitnah, beristighfarlah dan mohonlah ampun kepada Allah. Insya-Allah kita selamat dari api fitnah.

Perilaku jahat seorang hamba Allah terburuk lainnya adalah suka mendatangkan kesulitan bagi orang yang tidak bersalah. Sikap ini biasanya bersumber dari rasa dengki atau hasad. Dengki merupakan sifat tercela. Ia adalah perasaan tidak senang dengan kebahagiaan orang lain, disertai keinginan agar kebahagiaan itu hilang darinya. Karena itu, segala cara dan taktik jahat akan dilakukan bahkan menghalalkan sesuatu yang haram sekalipun.

Betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah menggambarkan sikap dengki ini dalam firman-Nya, “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS Ali Imran [3]: 120)

Sifat dengki tidak bisa dianggap remeh. Jika virus ini terus mengendap dalam hati seseorang, cepat atau lambat akan merusak keimanan dan kepribadian seseorang. Ia akan menjelma menjadi usaha-usaha negatif yang merugikan. Seperti tutur kata yang kasar dan menyakiti hati, atau perbuatan dan tindakan yang kerap bermotif menjatuhkan, menghina dan menyudutkan. Bahkan, tidak jarang kedengkian yang terpelihara dalam hati seseorang kemudian berbuntut tragedi pembunuhan mengenaskan. Seperti yang pernah terjadi pada kedua putra Nabi Adam, Qabil dan Habil.

Untuk itulah, Rasulullah saw mengajak umatnya untuk senantiasa menjauhi sikap dengki sesuai sabdanya, “Jauhilah dengki, karena dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api makan kayu bakar.” (HR Abu Daud).

Memang, manusia diciptakan dengan kecenderungan untuk mendengki. Tetapi, orang yang beriman akan selalu berusaha menghilangkan sifat jelek ini. Mereka tidak tertawan oleh perasaan buruk yang jelas-jelas sangat tidak produktif dan menyengsarakan ini. Hal itu disebabkan karena orang-orang beriman menyadari bahwa sifat dengki akan semakin menjauhkan mereka dari Allah. Seperti halnya mereka menyadari bahwa sikap dengki hanya akan menyebabkan pelakukanya dimasukkan api neraka. Masihkah kita akan bersikap dengki?

 

Wallâhu a’lam bish-showâb.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment