Indonesia di Ambang Kehancuran (2)

Indonesia di Ambang Kehancuran (2)

Indonesia di Ambang Kehancuran
Ilustrasi beberapa orang mengibarkan bendera Indonesia.

Lanjutan berita dari Indonesia di Ambang Kehancuran (1)

Upaya Preventif

Adanya berbagai gejala negatif di ranah sosial dan politik di negeri ini harus segera diselesaikan. Jika masyarakat bangsa ini terlena dengan buaian sanjungan dan pujian negara lain atas sistem demokrasi di negeri ini, kita akan hancur dengan sendirinya.

Kita tidak boleh terlena dengan sanjungan yang semu tersebut. Sebaliknya kita harus berhati-hati terhadap setiap nilai dan ideologi yang masuk. Penyaringan terhadap nilai-nilai itu perlu dilakukan karena serangan ideologis lebih berbahaya dibandingkan dengan invasi militer sekalipun. Itu sebabnya kewaspadaan dan kehati-hatian atas pengambilan kebijakan perlu dilakukan.

Pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga keberadaan bangsa ini. Pemerintah selaku penentu arah pembangunan harus mengambil langkah-langkah strategis agar kejayaan bangsa ini tetap diakui oleh bangsa lain.

Tidak ada musuh terberat di dunia ini kecuali musuh terhadap diri sendiri. Jaman penjajahan kita telah terbukti berjaya karena berhasil mengusir penjajah. Namun sekarang ancamannya bukan penjajahan fisik, tetapi penjajahan ideologis, politis dan ekonomis akan menjadi tantangan terberat.

Itu sebabnya perlu diambil langkah-langkah strategis untuk menjaga eksistensi bangsa ini:
Pertama, perlu dilakukan pengambilalihan aset-aset bangsa dari tangan asing. Gagasan Soekarno untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di negeri ini nampaknya perlu digalakan kembali. Pengambilalihan perusahaan asing akan mampu mengembalikan kekayaan sekaligus kejayaan bangsa untuk menjadi negara yang makmur. Bangsa ini tidak akan pernah bisa berjaya sepanjang masih dalam kekangan dan intervensi negara lain. Salah satu hal yang memegang peranan penting adalah kekayaan alam yang terdapat di bumi tercinta ini.

Kedua, pemerintah harus menggalakan produk dalam negeri. Pemerintah memiliki kewenangan mengatur segala produk yang beredar. Itu sebabnya pengaturan terhadap persebaran produk perlu dikendalikan agar masyarakat tidak terjajah dengan produk-produk luar negeri. Produk dalam negeri harusnya lebih diutamakan agar memberikan kesejahteraan rakyat banyak. Membanjirnya produk-produk luar negeri hanya akan memberi keuntungan pada segelintir orang. Padahal banyaknya produk luar negeri nyata-nyata telah menjadi ancaman vital atas eksistensi negara ini.

Ketiga, masyarakat bangsa ini telah kehilangan identitas. Nilai-nilai luhur Pancasila yang ditanamkan oleh para Founding Fathers negeri ini telah luntur seiring dengan membanjirnya arus informasi yang sedemikian terbuka. Globalisasi telah menjadikan rakyat bangsa ini kehilangan arah, bahkan lupa terhadap identitas diri sendiri. Pancasila dianggap barang aneh dan asing bagi generasi muda di negeri ini.

Generasi penerus kita lebih bangga dengan produk budaya luar negeri dibandingkan dengan budaya sendiri. Faham ini telah membawa perilaku yang menyimpang bagi sebagian besar generasi muda. Walhasil, negeri ini seolah negeri tidak bertuan, yang menjadi bancaan bagi banyak kekuasaan asing. Itu sebabnya pemerintah harus mengembalikan orientasi budaya masyarakat kepada ideologi bangsa, Pancasila.

Pembatasan terhadap faham-faham sekuler dan faham apapun yang dapat mengancam identitas bangsa perlu dikendalikan. Pengendalian ini penting dilakukan mengingat derasnya arus informasi telah menjadikan masyarakat kehilangan arah. Ideologi pancasila seolah tidak berdaya, bahkan dianggap sudah hilang ditelan bumi.

Terbukti banyak masyarakat kita yang tidak faham falsafah negara ini. Negara-negera kuat adalah mereka yang dengan sagala daya upaya mempertahankan identitas bangsanya. Negara-negara seperti Cina, Jepang, Korea dan Amerika adalah negara-negara yang komit terhadap identitas bangsanya. Tidak jarang negara-negara tersebut tidak malu-malu menunjukan lambang negaranya dimana pun mereka berada. Tetapi bagaimana dengan kasus masyarakat kita. Lambang negara hanya keluar setahun sekali, itupun dengan pemahaman nilai yang sangat kering.

Keempat, munculnya ormas-ormas gadungan yang saat ini menjamur akibat lemahnya penerapan hukum. Pemerintah harus mengatur dan mengendalikan organisasi-organisasi yang bisa melemahkan persatuan dan kesatuan. Setiap organisasi yang lahir akan membawa faham, pemikiran dan ideologi yang berbeda. Hal ini akan melahirkan kondisi mudahnya masyarakat dipecah belah dan diadu domba. Rakyat akan berperang melawan saudaranya sendiri, masing-masing saling tikam dengan teman sendiri. Walhasil, negeri ini lemah dan rentan terhadap serangan dari negara lain.

Kelima, sudah saatnya bangsa ini mengevaluasi diri akan orientasi demokrasi yang diimplementasikan selama ini. Demokrasi yang kita anut sekarang ini sepertinya telah kebablasan. Kita menganut sistem demokrasi yang digaungkan oleh Amerika Serikat secara membabi buta. Kita sering bangga dicap sebagai negara yang paling demokratis, padahal sesungguhnya kita telah dipecah belah. Barat memuji kita karena mereka telah berhasil memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat bangsa kita.

Siapapun yang memimpin negara ini kiranya perlu mempertimbangkan kembali sistem demokrasi kita yang telah salah arah ini. Lahirnya banyak partai yang begitu menjamur nyata-nyata telah menyulitkan kita sendiri. Kondisi ini semakin melemahkan ikatan emosional sesama masyarakat. Bukan hanya itu, lahirnya multi partai juga semakin memboroskan anggaran di pemerintahan kita. Sistem kepemimpinan kita semakin lemah dimana komando dari atas ke bawah semakin lemah. Walhasil, budaya korupsi merajalela dari Sabang sampai Merauke. Kondisi ini juga semakin mempersulit penyelesaian masalah di negeri ini.

Kita hanya berharap mudah-mudahan pertolongan Tuhan hadir kembali pada rakyat bangsa ini. Di jaman penjajahan, kekuatan persatuan dan kesatuan umat telah mampu mengobarkan semangat mengusir penjajah.

Anugerah Tuhan telah menyatukan umat manusia yang ada di negeri ini bersatu padu membentuk sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan oleh senjata-senjata super canggih. Itu sebabnya kita berharap uluran tangan Tuhan datang kembali kepada bangsa ini, sebelum bangsa ini benar-benar berada dalam kehancuran. Semoga!

Oleh: Wajiran, S.S., M.A.
Dosen Ilmu Budaya Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment