Memayu Hayuning Bawono

Memayu Hayuning Bawono

Inilah Arti dari Memayu Hayuning Bawono

Suaramuslim.net – Memayu hayuning bawono adalah filosofi atau nilai luhur tentang kehidupan dari kebudayaan Jawa. Memayu hanuning bawana jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi memperindah keindahan dunia.

Memperindah dunia adalah tugas setiap orang untuk melakukannya. Ukuran keindahan dunia tidak hanya dari standar fisik saja tapi diatas itu adalah standar etik yang merupakan tugas sebagai manusia berbudaya.

Dan inilah yang merupakan tugas Nabi diutus ke dunia yaitu untuk memperbaiki akhlak manusia. Sehingga tugas memperindah dunia dengan standar etika merupakan penjabaran dari tugas kenabian. Darimana Memulainya?

Memayu Hayuning Diri

Misi kenabian tidak akan bisa diselesaikan kalau kita masih mengalami persoalan diri. Ketidaktuntasan diri akan menjadi laku penghambat misi menjalankan tugas kenabian.

Ketika Allah mengutus Musa untuk menjalankan misi kenabiannya terhadap Fir’aun, Allah memerintahkan Musa untuk datang ke bukit Thursina. Sesampainya di bukit Thursina, Musa diperintahkan melepaskan terompahnya dan tongkatnya. Serta menjadikan Syu’aib sebagai patner pelaksanaan misinya.

Makna yang terkandung dalam filosofi pemanggilan itu, Musa harus sudah selesai dengan atribut keduniaannya. Sehingga dengan selesainya Musa terhadap atribut keduniaannya, maka tugas memperindah dunia dengan laku akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Syu’aib merupakan potensi lain yang bisa disinergikan menjalankan tugas kenabian dalam memperindah laku dunia.

Hal yang sama juga terjadi kepada Nabi Muhammad saw, dalam tugas menjalankan misinya di lingkungan masyaarakat Arab jahiliyah, maka kekuatan untuk menyampaikan keindahan perilaku, kemudian Allah mengasah Muhammad menjadi pribadi yang agung “Sesungguhnya di dalam diri Muhammad terdapat akhlak yang agung”.

Filosofi proses pengagungan jiwa Muhammad digambarkan oleh Allah dengan proses Isra’ dan Mi’raj. Muhammad dicuci habis hatinya dari ketergantungannya terhadap dunia, sehingga ketika dia bisa melepaskan ketergantungan itu maka misi membangun laku baik dunia akan dapat dengan mudah dijalankan.

Sehingga memulai perbaikan dunia yang pertama dilakukan oleh jiwa kita agar mampu melepaskan diri dari atribut-atribut keduniaan.

Atribut-atribut keduniaan itu seperti apa? Diantaranya masih menganggap diri lebih dari orang lain, suka mencari kesalahan, gemar memfitnah dan laku sejenisnya yang menjadikan diri susah bersinergi dan banyak dijauhi oleh kawan dan sahabat.

Memayu Hayuning Kulawargo

Nilai laku kedua ini menggambarkan sebuah perjalanan hidup bahwa tanggung jawab diri terhadap keluarga adalah sebuah hal yang penting sebagai penegas bahwa jiwa kita betul-betul bisa bertanggung jawab.

Laku diri yang kedua ini lebih memotret seperti apa kita peduli terhadap keluarga, terhadap anak, istri ataupun suami, terhadap saudara dan kerabat yang masih terikat tali persaudaraan.

Sehingga penuntasan pada tanggung jawab kedua ini akan memberikan nilai kepercayaan lebih kepada kita kelak bila kita menjadi pemimpin.

Nilai pesan yang terkandung di dalam laku kedua ini, bahwa kita tak bisa hidup sendiri, menganggap diri paling hebat, paling benar, paling suci dan paling sempurna.

Karena menganggap diri seperti itu akan menggambarkan sisi kelemahan kita. Kalau sudah begini kita akan cenderung selalu menutupi kesalahan dengan laku sikap tak baik terhadap orang lain.

Laku yang kedua dalam rangka menjalankan misi kenabian menciptakan suasana dunia yang nyaman adalah dengan kemampuan menjadikan indahnya keluarga kita.

Sebuah keluarga akan terlihat indah bila harmoni yang menjadi tugas kepala keluarga bisa berjalan baik dan saling melengkapi.

Seorang kepala keluarga akan terlihat berwibawa di hadapan keluarganya kalau laku yang ditampilkan laku yang melindungi sebagaimana laku di luaran yang mendapatkan penghormatan dari sesama.

Memayu Hayuning Sasomo

Memperindah laku hidup dengan berbuat baik terhadap sesama. Nilai perilaku ketiga ini menggambarkan potret diri selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Bukankah kata Nabi “Sebaik-baik manusia adalah yang bisa berbuat baik bagi manusia yang lainnya”.

Bagaimana kita bisa memimpin orang lain kalau watak kita selalu merasa baik, merasa benar, menganggap orang lain musuh dan mencari-cari kesalahannya. Bangsa ini dibangun dengan kemampuan bersinergi diantara perbedaan yang ada, bukan memperuncing perbedaan menjadi permusuhan.

Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah) yang mana yang kita anut kalau kita kerjanya mencari musuh dan memperuncing perbedaan? Contoh perilaku founding fathers bangsa yang mana yang kita anut?

Bangsa ini butuh manusia baik, manusia yang bisa memperindah dirinya, memperindah keluarganya dan memperindah lingkungannya.

Memayu Hayuning Bawono

Sebagai bagian penegas dari apa yang sudah ditulis di atas, nilai laku yang keempat ini memperindah dunia adalah sebuah kerja mencipta manusia dalam tugas khilafah. Mengharmoni dunia dengan perilaku jiwa dan menebar energi kebaikan.

Memayu Hayuning Bawono adalah energi kebaikan yang terpancar dari diri yang memegang etika. Disinilah fungsi agung kenabian terejawantah. “Tidaklah AKU utus seorang rasul, kecuali dia akan membangun suasana damai dan kasih sayang di seluruh isi alam ini”.

Dimulai dari sikap diri terhadap diri sendiri, sikap diri terhadap keluarga, sikap diri terhadap sesama dan sikap diri terhadap dunia.

Nah kawan bahwasanya sebuah kebaikan akan bisa berjalan dengan baik bila dijalankan oleh mereka yang mempunyai kebesaran jiwa, yaitu mereka yang menjunjung etika keindahan hidup berbudaya sebagai mahluk dunia. Jiwa yang suka menganggap diri hebat, sempurna, paling baik sesungguhnya menunjukkan rapuhya diri.

Mau jadi apa bangsa ini kalau pemimpinnya rapuh rakyatnya rapuh…

Kita masih ada harapan menjadikan bangsa ini besar, tengoklah bagaimana Nabi Muhammad menjadikan Islam sebagai agama besar dan disegani oleh kawan maupun lawannya.

Yang dikatakan oleh Nabi ketika umat Islam mampu menaklukkan kota Mekkah ketika peristiwa Fathul Mekkah “Tetaplah kalian di tempatmu, bila kalian nyaman bersama kami tetaplah kalian di tempatmu. Kami akan menjamin keselamatan dan melindungi hartamu”.

Betapa agungnya jiwa nabi dan mereka yang di bawahnya. Sehingga mereka yang tadinya menjadi musuh berubah menjadi kawan dan sahabat dalam membesarkan misi kenabian.

Hanya dengan penegasan bahwa Indonesia Rumah Kita, maka masih akan ada harapan bagi terbangunnya harmoni Indonesia yang indah, Indonesia adil dan sejahtera dan Indonesia yang saling menghargai dan saling sapa.

“Hanya mereka yang berjiwa besarlah yang bisa membawa amanah besar membangun negeri ini”.

Tetaplah berkibar Merah Putihku…. Percayalah bahwa masih ada anak cucumu yang memegang teguh etika dalam membangun rumahmu, rumah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bebas dari prasangka dan menghindarkan diri dari menista sesama anak bangsa.

*Ditulis di Surabaya, 23 Maret 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment