Inilah Etika Jika Kamu Ikut Rapat dan Dalam Majelis

Inilah Etika Jika Kamu Ikut Rapat dan Dalam Majelis

Inilah Etika Jika Kamu Ikut Rapat dan Dalam Majelis
Ilustrasi beberapa orang mengerjakan sesuatu bersama-sama.

Suaramuslim.net – Di dalam majelis selain ada yang berbicara tentu saja harus ada yang menjadi pendengar. Karena itu selain adaabul hadits (adab berbicara), maka dibutuhkan pula adaabul istima’ (etika menyimak). Inilah etika jika kamu ikut rapat dan dalam majelis.

Dalam tubuh manusia boleh dibilang telingalah organ yang paling awal berfungsi. Dan kelak organ ini pula yang paling terakhir berhenti berfungsi. Dan kegagalan kita memanfaatkan indera pendengaran ini bisa menjerumuskan manusia pada kehancuran.

Sahabat Nabi SAW, Abu Darda r.a pernah mengeluarkan kata-kata bijak, “Hendaknya kita belajar dari organ-organ tubuh yang diberikan Allah kepada kita. Mengapa Dia memberi kita dua telinga dan satu mulut? Itu artinya kita harus lebih banyak mendengar ketimbang berbicara.”

Dan memang ternyata jauh lebih sulit menjadi pendengar yang baik daripada pembicara yang baik. Bahkan kadang-kadang kita menemui bahwa dalam satu majelis, ada orang-orang yang berbicara pada saat yang bersamaan dan tidak mau saling mendengar satu sama lain. Maka butuh adab agar tertib. Ada etika dalam sebuah rapat atau dalam majelis.

Karena itu penting bagi kita belajar mendengar. Ada saat-saat berbicara, tetapi ada juga saat-saat mendengar, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk adab mendengar dalam perspektif Islam. Inilah etika jika kamu ikut rapat dan dalam majelis:

1. Diam dan mendengarkan dengan baik dan seksama.

Maksudnya, kita harus tahu kapan saat berbicara dan kapan saat diam dan mendengarkan. Bila sedang terjadi pembicaraan hendaknya kita berlaku santun, mendengarkan dan menyimak dengan baik dan seksama. Hendaknya kita tidak mengobrol dengan sesama peserta lainnya.

2. Tidak boleh memotong pembicaraan.

Bila memang penting bagi kita karena ada hal yang penting yang harus diinformasikan atau dikoreksi, hendaknya kita meminta izin dengan mengacungkan jari lebih dulu dan meminta maaf. Bila tidak diizinkan, hendaknya kita catat untuk kita tanyakan atau sampaikan setelah pembicara menyelesaikan uraiannya.

3. Menerima dan menghargai pembicaraan orang lain

Hargai penjelasan pembicara serta tidak meninggalkannya selama isinya dalam rangka kemanfaatan dan ketaatan pada Allah SWT, walaupun ada yang membosankan.

4. Tidak menepiskan pembicaraan orang lain walaupun kita sudah mengetahuinya selama tidak ada yang salah dalam kata-kata tersebut.

Atha bin Abi Rabah (ulama zaman Tabiin, lahir 115 H) pernah diberitahu informasi oleh seseorang sementara hal itu sebenarnya sudah diketahui oleh Atha’ sejak sebelum orang itu lahir. Namun Atha’ tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Inilah akhlak mulia, etika dalam majelis.

5. Tidak menunjukkan pada hadirin bahwa kita yang paling atau lebih banyak tahu.

Sehingga misalnya kita malah sering berceletuk, berkomentar yang mengganggu, kecuali bila memang ditanya atau dirasakan sangat perlu.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment