Inilah Tanda Jika Allah Memilih Kita untuk Mendapat Hidayah

Inilah Tanda Jika Allah Memilih Kita untuk Mendapat Hidayah

Inilah Tanda Jika Allah Memilih Kita untuk Mendapat Hidayah
Siluet 2 laki-laki.

Suaramuslim.net – Sahabat yang dirahmati Allah. Sadarilah bahwa peringatan-peringatan Tuhan itu bukanlah satu kalimat yang mengubah diri kita. Tetapi ia sekadar mengingatkan diri kita agar kita sadar dan membuat keputusan untuk berubah. Itulah hidayah. Di artikel pendek inilah dipaparkan tanda jika Allah memilih kita untuk mendapat hidayah.

Hidayah Allah ini juga merupakan lintasan-lintasan atau tanda-tanda yang berseliweran pada di hadapan kita. Jika kita mampu menggunakan akal sebaiknya untuk menilai dan memberi ruang kepada diri untuk muhasabah maka Allah akan bukakan jalan kebaikan. Di sinilah tanda jika Allah memilih kita untuk mendapat hidayah.

Apakah tanda Allah SWT telah memilih kita? Apakah tanda bahwa mencerahkan kita dengan hidayahNya? Apa isyarat Allah mencintai kita dengan memberi petunjuk agar lebih baik? Inilah tanda jika Allah memilih kita untuk mendapat hidayah.

1. Meninggalkan hal yang tidak berguna

Lihatlah pada keadaan diri kita. Kita dapat merasakan satu per satu perkara yang tidak bermanfaat kita tinggalkan. Karena salah satu akhlak paling menonjol orang beriman adalah meninggalkan perbuatan tak bermanfaat.

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,” (QS Al Mu’minun 1-3).

Hal ini juga dijelaskan Imam An Nawawi ketika menulis Kitab Hadits Arbain pada hadits nomor 12. Rasulullah Muhammad saw bersabda, min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’niihi 

“Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” (HR Tirmidzi).

Abu Hurairah ra. sahabat Nabi SAW yang banyak menyertai Nabi SAW dan banyak mengadopsi perilaku beliau berkata, “Rasulullah menjelaskan hadits tersebut kepada kami dengan kalimat yang singkat dan penuh manfaat, di dalamnya terkumpul kebaikan dunia dan kebahagiaan akhirat.”

Para ulama sepakat bahwa hadis ini merupakan jawami’ul kalim (ucapan singkat padat penuh makna) yang menjadi keistimewaan Rasulullah SAW yang tidak dimiliki nabi-nabi sebelumnya. Bahkan di antara mereka ada yang mengatakan bahwa hadis ini merupakan separuh dari agama. Karena agama pada dasarnya adalah melakukan sesuatu [al fi’lu] dan menghindari sesuatu [at-tark]. Dan hadis ini merupakan dasar untuk menghindari suatu perbuatan, dengan demikian inilah separuh dari agama (dikutip dari https://alquranmulia.wordpress.com/2013/12/06/hadist-arbain-ke-12-menyibukkan-diri-dengan-sesuatu-yang-bermanfaat/).

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis ini menghimpun semua ajaran agama. Karena secara tekstual menyebutkan tentang at-tarku dan secara kontekstual mengisyaratkan al-fi’lu. Ibnu Rajab berkata, “Hadits ini dasar yang sangat penting berkaitan masalah akhlak.”

Abu Dawud berkata, “Siklus hadits-hadits ada pada empat hadits… salah satunya adalah hadits ini.” (syarah Ibnu Daqiq al-‘Id terhadap al-Arba’in)

 2. Mudah menerima nasihat

Kita mudah memahami dan mencerna nasihat Agama melalui ayat-ayat Al Quran dan hadis yang disampaikan orang lain. Bisa melalui media massa, media sosial maupun secara langsung kita dengar.

Karena sesungguhnya hakikat dari agama itu adalah nasihat. Rasulullah SAW bersabda: “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, ”Untuk siapa?” Beliau menjawab, ”Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.” (HR Muslim).

Nasihat secara bahasa berasal dari kata an-nushu yang berarti al-khulush (murni). Secara istilah, nasihat ialah suatu ungkapan untuk menyatakan keinginan berbuat baik kepada orang yang dinasihati.

Jika nasihat untuk Allah, maknanya Allah hanya menerima amal agama dan beriman secara murni atau ikhlas. Murni tidak tercampur kesyirikan dan tidak tercampur pamrih duniawi lainnya.

Kedua, nasihat untuk kitab-Nya. Maksudnya adalah beriman kepada semua kitab-kitab samawi (langit) yang diturunkan dari sisi Allah SWT secara global.

Ketiga, nasihat untuk Rasul-Nya (Muhammad). Maksudnya adalah membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi segala larangannya, menghidupkan sunahnya, memahami, mempraktikkan dan menyiarkannya, serta berakhlak sesuai dengan akhlak beliau yang mulia (dikutip dalam https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/19/08/05/pvrk5e458-agama-adalah-nasihat).

Keempat, nasihat untuk pemimpin kaum Muslimin. Maksudnya adalah membantu mereka atas kewajiban yang mereka emban, memberikan masukan, dan mengingatkan tatkala mereka lupa. Juga mencegah mereka dari perbuatan zalim dengan cara yang baik.

Dan terakhir, nasihat untuk manusia pada umumnya. Maksudnya adalah dengan mengajak pada kebaikan, menutup aib mereka, dan tidak berbuat ghibah (menggunjing) kepada sesama manusia.

Sekiranya dua perkara ini kita sendiri mengalaminya maka bersyukurlah karena Allah SWT telah memilih kita untuk kebaikan itu. Allah telah memilih kita untuk mendapat hidayahNya. Maka, hendakmya kita istiqomah/konsisten untuk menjaga diri dan seringlah mendengar peringatan agar ia dapat menyadarkan kita dari kekhilafan.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment