Ironi Muslim di Politik Indonesia

Ironi Muslim di Politik Indonesia

Ironi Muslim di Politik Indonesia
Misbahul Huda (Dok. Pribadi)

Suaramuslim.net – Bung Karno pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945 berpidato panjang yang menjadi catatan penting sejarah. Satu potongan pidatonya itu menyebutkan, jika ingin tuntutan Islam terpenuhi maka bekerja sehebat-hebatnya agar mayoritas kursi DPR diduduki utusan Islam.

”Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam di sini agama yang hidup berkobar-kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini.”

Artinya sah-sah saja kita sebagai orang Islam ingin merebut kursi legislatif. Sebagaimana kelompok sekuler juga ingin menguasai mayoritas kursi. Namun ironi, kalau kaum muslim memperjuangkan hak politiknya muncul tuduhan sebagai kelompok sektarian, intoleran, anti bhineka. Bahkan dituduh mau mengubah dasar Pancasila.

Kaos #2019GantiPresiden pun dituduh makar. Padahal kaum muslim ingin mengawal Pancasila sesuai dengan cita-cita yang dicetuskan para founding father. Bukan tafsiran untuk melanggengkan kekuasaan. Tapi menciptakan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran.

Perkembangan kekuatan politik Islam di Turki patut menjadi kajian. Di negeri itu, Islam makin Islam, makin lama hidup berkobar-kobar di hati rakyat yang bosan dengan sekulerisasi. Puncaknya ketika kepemimpinan politik Islam di tangan Erdogan. Banyak membuat orang takjub. Tapi kemenangan ini bukan ujug-ujug. Ada proses perjuangan panjang. Kelompok Islam membuat partai. Mendekati rakyat. Ikut pemilu, dipilih dan menang. Sekarang warna keislaman di Turki dominan. Banyak masjid menggema azan, anak-anak muda bermobil berjemaah di masjid.

Muslim Indonesia jika ingin seperti itu, tidak bisa hanya sebatas memuji, silau, takjub, tapi apolitik. Golput. Kita harus melewati prosesnya. Memilih itu penting, sangat penting.

Peran serta kita terhadap bangsa Indonesia yang paling mendasar adalah memilih pemimpin yang baik. Memilih wakil rakyat yang amanah. Kalau kita mendambakan seperti Turki, tapi tidak mau memilih, pada akhirnya kita hanya mendapatkan ironi. Mengumpat pemimpin, tapi tidak mau memilih pemimpin. Padahal bisa jadi, selisih suara yang tipis menyebabkan kemenangan pemimpin yang buruk akibat sikap golput pemilih muslim sendiri.

Ayo kita bangkit. Ingat pesan Bung Karno yang saya kutip di atas. Tidak harus memilih saya. Pilih pimpinan di masing-masing daerah pemilihan orang yang tidak memusuhi Islam. Apalagi jika dia jelas-jelas membela Islam. Kita bukan radikal. Kita sedang menjalankan pesan pendiri bangsa, Bung Karno. Kita harus buktikan bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang memang berkobar-kobar di hati penganutnya.*

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment