Suaramuslim.net – Akhir-akhir ini terasa kian gencar upaya-upaya untuk menghancurkan nilai-nilai agama Islam oleh kalangan internal Islam sendiri.
Sinisme terhadap partai Islam, tokoh Islam, dan simbol-simbol Islam harus secepatnya distop, diakhiri, khususnya yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tergolong intelektual Islam.
Contoh misalnya karena ada seorang pengurus partai Islam berbuat khilaf, katakanlah terjebak aduan korupsi atau sedikit salah ucap maka keseluruhan sistem partai Islam dilecehkan, lalu dinilai tidak ada arti dari keberadaannya dalam perjuangan Islam di kancah politik.
Padahal keberadaan partai Islam itu mutlak harus ada untuk melawan Sekularisme-Kapitalisme yang menggurita melalui sistem partai sekulernya dan merusak bangsa serta mengeksploitasi sumber daya alam dunia melalui jalur kekuasaan formal, membuat agama Islam hanya tersisa ritual dan amal sosial belaka sedang kepemimpinan formal tetap di tangan mereka.
Umat harus waspada agar tidak termakan hasutan agen-agen musuh Islam yang bergerak di arena ini.
Yaitu menafikkan signifikansi, terbentuknya, dan eksistensi partai Islam sebagai alternatif wadah politik bagi umat untuk mengatasi cara berpolitik sekuler yang salah dan merusak dalam mengelola negeri dan dunia.
Pemeluk Islam harus teguh berkatakter Islam sesuai ayat-ayat Al Quran yg muhkam, hadits shahih mutawatir dan sains-teknologi yang valid obyektif. Isi ajaran Islam dengan ketiga acuan spesifik tersebut menjadi eksak.
Tokoh/intelektual Islam tidak layak mengumbar wacana multitafsir seolah tidak ada yang pasti dalam Islam, semua benar tergantung dalil yang dipakai dan mau bayar berapa.
Katakanlah mewacanakan kafiriin dan munafiqiin boleh saja dipilih umat menjadi pemimpin formal masyarakat plural, LGBT tidak apa, riba itu tergantung persentasinya, tidak ada yang namanya partai sekuler karena semua partai itu sama saja, sama-sama haus berkuasa (tanpa menjelaskan bedanya Islam vs Sekuler jika berkuasa), Islam tidak perlu dibela karena ada Allah yang membelanya, perempuan boleh saja menjadi imam sholat, dll.
Ingatlah Islam itu khas, beda dengan yang non Islam karena Tuhannya dan tuntunan Tuhannya beda.
Islam itu eksak, tegas-jelas dan khas dalam konsep dan prinsip-prinsip pengelolaan tatanan sosial-politik manusia.
Seperti hukum yang harus ditegakkan, pejabat yang harus ditunjuk, sistem kekeluargaan yang dianut, partai yang harus diikuti, aurat yang harus dijaga, akhlak yang harus dikembangkan, dll.
Ajaran Islam tidak ambivalen mencair kemana-mana, semua sama baiknya asal adil, tidak korup, membela rakyat. Bahasa-bahasa yang generik, tidak spesifik, tidak bermakna teknis, hati-hati, itu semua jebakan musuh Islam.
Oleh: Fuad Amsyari, Ph
(Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat)
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net