Jumbreg, Makanan Legit Khas Lamongan, Pantura

Jumbreg, Makanan Legit Khas Lamongan, Pantura

Jumbreg, Makanan Legit Khas Pantura

Suaramuslim.net – Apa yang Anda pikirkan jika mendengar nama Lamongan? Pasti tidak jauh dari 3 hal beribut ini: klub bola, tempat wisata, dan kulinernya. Persela telah menjadi ikon lamongan dalam branding olahraga di tanah air, sehingga nama Lamongan lebih dikenal masyarakat. Begitu juga dengan WBL, Mazoola, dan Sunan Drajat menjadi ikon wisata hiburan dan religi di bumi Joko Tingkir yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan untuk kulinernya, Lamongan dikenal memiliki makanan khas yang cukup populer dan dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, misalnya Sego Boranan, Soto Lamongan, Pecel Lele, Penyetan Lele, Wingko Babat, dan Tahu campur Lamongan.

Selain makanan yang disebutkan di atas, ada satu makanan khas, dari daerah pantura Lamongan. Tepatnya di Kecamatan Paciran, makanan tersebut belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, nama makanan tersebut adalah Jumbreg.

Jumbreg merupakan makanan khas Paciran yang tidak dimiliki daerah lain. Kata Jumbreg terdengar aneh memang ketika kita pertama kali mendengarnya. Kue Jumbreg belum terlalu famous di telinga kita. Padahal, jumbreg sering dijadikan masyarakat sekitar sebagai oleh-oleh khas saat berkunjung ke Paciran, Lamongan. Kue jumbreg hanya bertahan selama satu hari karena tidak menggunakan bahan pengawet.

Ciri khas yang sangat mencolok dari kue jumbreg ini adalah bungkusnya yang dibuat dari daun lontar (siwalan). Daun lontar atau daun siwalan (atau biasa orang paciran memanggilnya dengan daun “ental” / “tal”) sendiri dari pohon siwalan yang merupakan sejenis palem yang biasanya tumbuh kawasan Asia tenggara. Perpaduan dari tepung beras yang bercampur gula jawa membuat rasa dari kue jumbreg terasa manis dan ada aroma harum khas daun lontar. Teksturnya kenyal seperti dodol namun tentunya pembuatannya berbeda dari dodol karena kue jumbreg ini dikukus dan dibentuk mirip corong atau terompet.

Dahulu, di Paciran banyak pembuat makanan khas satu ini. Akan tetapi, sekarang hanya sebagian orang saja yang masih menekuninya, mungkin karena penerusnya atau regenerasinya kurang. Tidak sembarang bisa membuat jajanan ini, karena dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelatenan. Apalagi saat membuat bungkusnya butuh kesabaran karena bahannya terbuat dari daun lontar yang digulung-gulung hingga membentuk kerucut seperti wadah es krim. Harga jumbreg per buahnya sekarang yaitu Rp 3.500,-. Di sepanjang Jalan Raya Daendels di barat desa, banyak warung-warung kecil beratap daun rumbia yang menjual jumbreg ini. biasanya jumbreg dijual bareng dengan es dawet, siwalan, tahu dan tempe goreng, serta beberapa makanan lain lagi.

Berikut ini resep dan cara membuat Jumbreg

Bahan:

  • 125 gram tepung beras.
  • 30 gram tepung sagu.
  • 300 gram gula merah (gula aren, gula jawa) disisir halus.
  • 1000 ml santan dari ½ butir kelapa.
  • ½ sendok teh garam.
  • 2 lembar daur pandan.
  • Daun lontar/siwalan yang sudah dibentuk seperti terompet

Cara Membuat:

  • Didihkan 500 ml santan, gula merah, daun pandan dan garam.
  • Aduk perlahan hingga larut, saring lalu tiriskan (dinginkan).
  • Aduk rata sisa santan tadi bersama tepung beras dan tepung sagu. Kemudian tuangkan larutan gula merah dan masak hingga meletup-letup. (Untuk menambah aroma atau rasa yang bervariasi, Anda dapat menambahkan potongan nangka atau kelapa dalam adonan).
  • Segera tuangkan adonan ke dalam daun lontar/siwalan yang sudah dibentuk seperti kerucut menyerupai terompet dengan ukuran sekitar 25 sentimeter. Proses terakhir, kukus adonan dalam bungkus daun lontar itu sekurangnya 30 menit hingga betul-betul matang.
  • Jumbreg enak disantap selagi hangat atau dingin.

Selamat mecoba.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment