Keluarga Ahli Tahajud

Keluarga Ahli Tahajud

Tugas Pokok Suami dan Istri (2)

Suaramuslim.net – Imam Ibnu Jauzy dalam buku “Shafwah al-Shafwah” (2000: II/501-502) menceritakan kisah menarik tentang keluarga yang ahli tahajud. Cerita itu diriwayatkan oleh ‘Amir bin Aslam al-Bāhily dari bapaknya.

Alkisah, di suatu kampung ada perempuan bernama Hunaidah. Setiap kali pada sepertiga malam atau pertengahannya ia bangun untuk menunaikan shalat tahajud. Pada momen itu, ia bangunkan anak, suami dan pelayannya. “Bangunlah kalian, lalu berwudhulah kemudian shalat malam. Kelak kalian akan bersenang hati dengan apa yang aku katakan ini.” Demikianlah kebiasaan setiap malam yang dilakukan oleh Hunaidah hingga wafatnya.

Suatu hari, suaminya bermimpi. Dalam mimipinya itu, ia melihat isterinya. Pada waktu itu, isterinya memberi nasihat, “Jika kamu ingin menikahinya –maksudnya dirinya– kelak (di surga) maka gantikanlah kebiasaan baiknya setiap malam dalam membangunkan keluarganya.” Setelah bangun, ia lanjutkan kebiasaan isterinya hingga meninggal dunia.

Hari berikutnya, bapak yang sudah meninggal itu datang dalam mimpi anak tertua sembari berkata, “Jika kamu ingin menyertai kedua orang tuamu dan sampai pada derajat keduanya di surga, maka lanjutkanlah kebiasaan baik keduanya pada keluarga (setiap malam).” Kakak tertua pun melanjutkan secara istiqomah amalan itu hingga meninggal dunia. Di tengah masyarakat mereka disebut sebagai “al-Qowwāmīn” yang bermakna keluarga yang ahli shalat malam atau tahajud.

Kisah tersebut memang patut diteladani. Shalat malam atau tahajud memang adalah salah satu sarana yang bisa mengantarkan seseorang menuju surga. Perhatikan nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat pertama kali ke Madinah kepada Abdullah bin Salam, “Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR Tirmidzi)

Pada hadits lain disebutkan bahwa waktu malam adalah waktu yang sangat istimewa karena di sepertiga malam Allah ‘turun ke langit dunia’ untuk memberi kesempatan bertaubat dan memberi ampunan kepada orang yang berbuat dosa di siang hari. Karenanya, keluarga yang mengerti betapa berharganya waktu malam itu, maka akan digunakan untuk shalat tahajud dan mengingat Allah sebagaimana yang dilakukan Hunaidah.

Keluarga yang terbiasa membangunkan shalat malam pernah disinggung oleh Nabi, “Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud)

Pada hadits itu dengan sangat jelas disebutkan bahwa suami-isteri yang bekerjasama untuk saling membangunkan di waktu malam untuk menunaikan shalat, akan mendapatkan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sampai-sampai, bila pasangan tidak bangun bila perlu diperciki air agar bangun. Ini menunjukkan komitmen yang luar biasa dari masing-masing pasangan untuk menjaga shalat malam.

Selain itu, orang yang terbiasa membangunkan keluarganya untuk shalat malam atau tahajud, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang mengingat Allah. Sabda Nabi,  “Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” (HR Abu Dawud)

Keluarga yang ingat Allah, utamanya yang terbiasa membangunkan keluarga setiap malam untuk shalat tahajud, pasti diingat oleh Allah. Ingat sabda Nabi, “Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Semua itu sudah diteladankan oleh Hunaidah beserta keluarganya yang ahli tahajud. Semoga kita semua masuk dalam golongan keluarga yang ahli tahajud.

Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment