Kenali Kompetensi Anak

Kenali Kompetensi Anak

Kenali dan Gali Kompetensi Anak
Ilustrasi anak menulis.

Suaramuslim.net – Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa windows of opportunity. Di sinilah letak peranan orang tua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.

Jika sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak intens diajak berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik.

Hasil penelitian tentang perkembangan intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah mencapai separuh dari kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan mencapai 80 persen. Setelah umur 8 tahun, kemampuan intelektualnya hanya dapat diubah tinggal 20 persen.

Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikutnya. Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi ananda sejak dini menjadi sangat penting dan signifikan.

Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang terbentuk dalam usia dini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada masa depan. Orang dewasa yang tetap bisa belajar dengan mudah umumnya adalah mereka yang dari sejak kecil terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar. Mereka yang cabang- cabang otaknya lebih banyak karena sering dipakai belajar sewaktu kecil, ternyata punya respons yang lebih bagus, inisiatif yang lebih cepat, daya tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju juga luar biasa.

Gali Potensi Raih Prestasi

Wahai orang tua, bagi dunia, kau hanyalah orang biasa, tapi bagi seorang anak, kau adalah dunianya.

Semua orang tua tentu mengenal anaknya. Yang paling utama bagi orang tua adalah mengenal kompetensi anak dan mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki agar bisa optimal (sukses). Pengertian sukses kompetensi di sini adalah, berhasil belajar dan memperoleh pekerjaan yang dia senangi karena sesuai dengan minat dan bakatnya.

Cirinya adalah: punya integritas, tidak stress (enjoy) dan karena itu anak akan mudah dan mau berkembang. Hal ini menegaskan bahwa sukses kompetensi anak bukan persoalan berapa gaji atau rezekinya? Karena itu menjadi ‘hak prerogratif’ Allah. Tugas sekolah dan orang tua hanyalah menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara optimal.

Menurut Abdul Kadir Baraja, Ketua Yayasan Pendidikan Al Hikmah, prasyarat anak agar sukses secara kompetensi adalah.

  1. Mempunyai kompetensi dasar yang baik, yaitu akhlak dan komunikasi (baik baca-tulis, mendengar, oral).
  1. Kompetensi khusus (sesuai dengan minat, bakat atau bidang keahlian yang dikembangkan).
  1. Logika yang sistematis.

Apapun program studi yang ditekuninya, jika memenuhi ketiga prasyarat di atas pastilah menjadi anak sukses yang kontributif di mana pun dia berada.

Kesesuaian dan keselarasan antara minat dan bakat anak dengan keinginan orang tua, menjadi variabel penentu sukses perkembangan kompetensi anak. Itulah salah satu alasan mengapa kami mengembangkan pendidikan keluarga yang demokratis, “mau kuliah di mana saja, mau jadi apa saja, terserah yang penting serius, fokus dan profesional, pasti cita-citamu akan tembus,” demikian kami selalu berpesan.

Pengalaman kami menemukan bakat (potensi) anak-anak memang tidak mudah, rata-rata baru ketemu setelah kelas dua SMA. Tidak jelas di mana salahnya? Bisa jadi karena beban kurikulum sekolah yang terlalu banyak dan ‘melebar.’ Tapi itulah kenyataannya. Temuan bakat di sini agak terlambat dibanding di negara-negara maju yang mampu menemukan bakat anak-anaknya saat usia SMP. Sehingga dengan tepat orang tua mereka bisa mengarahkan anak-anaknya.

Penelusuran minat dan bakat tidak sepenuhnya kami serahkan pada guru atau lembaga konsultan psikologi (atau psikotes), tetapi kami terlibat dengan pelbagai kiat. Antara lain misalnya:

  1. Kami gali potensinya dengan memperhatikan mainan kegemarannya sedari kecil, gemar melukis, menyanyi, menjahit, membaca, atau bongkar pasang puzzle dan sejenisnya.
  1. Saya mengajak anak-anak gemar membaca dan bercerita, untuk merangsang minat dan bakatny Setiap bulan, ada tradisi belanja ke toko buku rame-rame sekeluarga, mereka langsung menyebar dan bebas memilih buku kesukaannya. Kami hanya membatasi, masing-masing anak tiga eksemplar buku. Sambil membayar di kasir, kami mencermati jenis buku-buku atau majalah yang dibelinya, juga yang dipinjamnya dari pustaka sekolah. Di saat santai baca koran atau nonton berita televisi bersama-sama, kami mengajaknya diskusi tentang beberapa topik/tema yang menarik perhatiannya, untuk mengenali concern-nya.
  1. Setiap kali penerimaan rapor, kami melihat dan memetakan nilai rapor bidang studi apa yang terbaik, sambil bertanya pelajaran apa yang kamu sukai dan tak lupa memujinya, sambil memberikan hadiah sekadarnya.
  1. Ketika liburan kami sering mengajak anak-anak visit ke pabrik untuk mengenalkan dunia k Sembari berdiskusi mengarahkan pada mereka bahwa semua bidang studi atau keahlian ada ‘pasarnya’. Yang penting sesuaikan dengan potensi dan bakatmu, agar prestasimu optimal.

Kebetulan hampir semua bidang studi ada di pabrik yang saya pimpin, mulai power plant, pabrik kertas, percetakan modern, penerbitan koran dan buku, laboratorium kimia, keuangan dan HRD sebagai support system, semuanya ada. Setelah itu, baru menunggu dan mendengar komentarnya, apa dan di mana yang menjadi concern-nya?

Irisan (intersection) dari kesemuanya tadi itulah kira-kira concern-nya, tentu saja dengan   tetap mendiskusikannya secara khusus dan mengarahkan anak tentang mimpi dan cita-citanya, minat dan bakatnya, kuliahnya dan masa depannya agar semua menjadi in-line.

Kami terbiasa bertanya dan menguji tentang visi dan minatnya, lalu menilai kesesuaian visi dengan potensinya, kesesuaian minat dan bakatnya. Jika sudah sesuai maka kami tinggal merestui dan mendorongnya, bukan mendikte apalagi memaksa.

Suasana demokratis dan tut wuri handayani dalam memilih sekolah/pendidikan demi masa depan anak-anak ini ternyata sangat disukainya. Mereka merasa aman, nyaman untuk memilih, do and think something, meski tetap diawasi orang tua. Mereka merasa bangga punya orang tua yang mempercayai kiprahnya, minat dan pilihannya. Paling tidak itulah pengakuan Fatin, Wafi dan Fahmi, meski kami tanya secara terpisah, jawabannya nyaris sama.

Alhamdulillah, ketika Mutik kami tanya, mau nerusin kuliah di mana? Dengan tegas dan mantab Mutik menjawab pertanyaan kami tanpa tersimpan keraguan di dalamnya. Mau ke arsitek Abah, ikut tes SMPTN ke ITB, ITS dan UGM semua jurusan arsitektur. Ketika saya cek kesesuaian dengan minat-bakatnya sejak kecil dan ternyata OK, maka kami tinggal meng-iya-kan dan mengamini saja. Hasil seleksinya ternyata Mutik diterima di tiga perguruan tiggi ternama: ITB, UGM dan ITS semua jurusan Arsitektur.

Pengalaman mengawal perkembangan Mutik ini bisa mengantarkan Mutik menemukan minatnya dengan tepat sesuai dengan bakatnya, yaitu Teknik Arsitektur. Dia sangat menekuni dan menikmati bidang perancangan itu, meskipun harus sering lembur dan tidak tidur semalaman untuk mengerjakan tugas desain dari kampusnya. Padahal tugas perancangan yang memaksa lembur dan tidak tidur itu bisa sepekan dua kali. Namun tidak pernah terdengar keluhan capek atau bête, karena Mutik enjoy dan menikmatinya.

Alhamdulillah hasilnya cukup membanggakan, Mutik lulus tepat waktu dengan nilai terbaik saat S1 Arsitektur ITS, dan lulus dengan predikat cumlaude ketika S2 di ITS dengan jurusan yang sama.

Mutik ternyata juga mempunyai talenta bahasa, ia memenangkan lomba story telling bahasa Perancis padahal kursusnya belum lulus intermediate. Ia menjadi satu-satunya pemenang yang mewakili Indonesia camping dua pekan di Perancis, negara impiannya sebagai arsitek, dan dia genapi keliling Eropa sebulan. Bahasa Inggrisnya juga lumayan dan mendapatkan beasiswa penelitian di Kumamoto Jepang, selama enam bulan. Bahasa Arabnya juga lumayan, ketika ikut kursus Muyassaroh ‘dilamar’ pembimbingnya untuk menjadi ustazah di lembaga kursus bahasa Arab Muyassaroh tersebut yang memang langka guru buat ibu-ibu.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment