Ketika Umat Islam Memimpin Dunia 800 Tahun Lamanya

Ketika Umat Islam Memimpin Dunia 800 Tahun Lamanya

Ketika Umat Islam Memimpin Dunia 800 Tahun Lamanya

Penulis: Syaiful Arifin

Suaramuslim.net – Kaum muslimin berhasil memimpin Andalusia (sekarang Spanyol) sejak tahun 92 H/711 M. Keberhasilan ini merupakan salah satu yang terpenting bagi umat Islam. Sebab peristiwa ini membuka gerbang bagi umat Islam untuk masuk dan memimpin Benua Eropa. Sejak itu, kekuasaaan Islam terbentang di tiga benua: Asia, Eropa dan Afrika.

Masuknya Islam ke Andalusia tidak semata-mata dilatarbelakangi oleh keinginan untuk melebarkan wilayah kekuasaan. Pendorong yang juga sangat penting adalah fakta bahwa rakyat Andalusia (khususnya) dan Eropa (umumnya) harus ditolong dari keganasan imperium Romawi. Seperti diketahui dalam sejarah, Imperium Romawi menguasai Andalusia sejak tahun 133 M. Di bawah kekuasaan Imperium Romawi rakyat Andalusia hidup terlunta-lunta, miskin, tertindas dan diperbudak.

Setelah itu umat Islam berhasil menguasai dan memimpin Andalusia sejak tahun 92 Hijriyah/711 M hingga 1492 M atau sekitar 800 tahun. Masa di saat umat Islam menguasai Andalusia itu dikenal dengan Spanyol Islam (Islamic Spain).

Setelah umat Islam menguasai Andalusia terjadi kemajuan peradaban yang luar biasa. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Islam di Andalusia menjelma jadi sebuah peradaban yang besar di tanah Eropa. Di antara yang sangat menonjol adalah pembangunan fisik dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pembangunan Fisik

Di antara bukti pembangunan fisik itu, pertama, pembangunan masjid. Selama Dinasti Umayah II menguasai Andalusia telah berdiri sekitar 3800 masjid di Cordoba. Belum lagi masjid yang dibangun di daerah-daerah lainnya. Salah satu masjid yang terkenal yaitu Masjid Agung Cordoba (Masjid Agung Al Hamra). Masjid ini memiliki 544 tiang kolom dan 44 pilar interior yang ditunjang dengan 606 tiang pilar, 1000 lampu dan 113 buah kandil besar.

Kedua, Madinat az-Zahra, istana super megah yang dibangun oleh Abdurrahman III pada tahun 936 M. Istana ini memiliki 400 kamar mewah yang lantainya terbuat dari marmer. Dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya), taman air yang mengalir di tengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan indah, taman hewan, pabrik senjata dan pabrik perhiasan.

Ketiga, kota Al-Qashr Kabir, kota yang unik dan mewah. Di dalamnya terdapat gedung-gedung istana yang megah.

Keempat, pemandian umum, yang dikhususkan bagi para musafir, saudagar dan lainnya. Di Cordoba saja terdapat sekitar 900 pemandian umum. Belum lagi di daerah-daerah lainnya.

Kelima, Tembok Toledo. Kota Toledo merupakan sebuah kota yang terletak di tengah-tengah Andalusia, 70 km di sebelah selatan Madrid. Kota ini menjadi ibukota Andalusia hingga pertengahan 1500-an ketika istana raja Kristen dipindah ke Madrid. Masih banyak lagi bukti pembangunan fisik di masa Spanyol Islam.

Bidang Ilmu Pengetahuan

Ilmu yang berkembang pesat di zaman Spanyol Islam sungguh banyak. Antara lain: Sains dan Teknologi, Astronomi dan Geografi, Matematika, Filsafat, Fikih, Tafsir, Hadis, dan Tasawuf, Kedokteran, Bahasa dan Sastra, Sejarah dan Sosiologi, Musik dan Kesenian.

Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu Kimia dan Astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu Astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Al-Naqqash, juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hisan bint Abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dan masih banyak lagi lainnya.

Dalam catatan sejarah Islam, kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah, Eropa banyak menimba ilmu, karena pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di Spanyol Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa, karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

Namun demikian, eksistensi peradaban Spanyol Islam yang begitu besar, tidak mampu bertahan lama di bumi Spanyol. Kondisi ini disebabkan karena penguasaan Islam yang memerintah Spanyol Islam bersikap lunak kepada umat non Islam dalam menentukan agama mereka.

Rakyat Spanyol Islam masih bersifat heterogen, baik ras bahkan agama yang mereka anut yang kebanyakan beragama Nasrani. Mereka tetap menerima kebudayaan yang dibawa Islam di bumi Spanyol, seperti menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara, dan berbusana seperti layaknya yang dipakai oleh umat Islam waktu itu, namun dihati mereka tetap melekat rasa “benci” pada eksistensi Islam sebagi ajaran agama.

Kondisi ini mendapat dukungan dengan kedatangan Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella dari Castille untuk menguasai Spanyol Islam pada tahun 1492 M. Berhasilnya penyerangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella sangat merugikan kelangsungan Islam di Spanyol. Mereka memberikan pilihan kepada umat Islam, yaitu, pertama, memeluk agama Kristen. Kedua, keluar dari bumi Spanyol. Ketiga, jika dua alternatif tersebut tidak dilakukan oleh umat Islam, maka mereka akan dibunuh.

Kondisi inilah yang menyebabkan umat Islam yang imannya teguh harus menemui ajalnya dan yang imannya kurang beralih ke agama Nasrani. Dengan demikian, hilanglah nama besar kejayaan Islam dengan peradabannya yang tinggi dan megah selama kurang lebih delapan abad (711 – 1492 M). Bahkan pada tahun 1609 M umat Islam tidak terdapat lagi di Spanyol. Mengapa tragedi itu bisa terjadi?

Menurut ahli sejarah kemunduran Spanyol Islam disebabkan karena beberapa hal. Pertama, konflik Islam dengan Kristen. Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

Kedua, tidak adanya ideologi pemersatu. Kalau di tempat-tempat lain para mualaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mualaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

Ketiga, kesulitan ekonomi. Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

Keempat, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.

Kelima, keterpencilan. Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Pemerintahan Spanyol jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah daerah yang dikuasai kaum Nasrani yang salalu iri dan merasa direndahkan oleh etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.

Demikianlah, umat Islam pernah memimpin dunia selama kurang lebih 800 tahun. Dalam kepemimpinan itu kebaikan Islam dirasakan tidak saja oleh umat Islam tapi semua manusia. Semoga kita tidak lelah belajar sejarah dan mampu mendapatkan hikmah dari setiap peristiwa sejarah sebagai bekal menggapai kesalehan sosial bagi bangsa dan ummah.

Wallahu a’lam bish shawab.

*Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ath-Thoyyibah Sidoarjo (Penyelenggara KB, TK-IT dan SDIT Nurul Fikri Sidoarjo), Direktur PPTQ Darul Fikri Anggaswangi Sidoarjo.
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment