SURABAYA (Suaramuslim.net) – Gempa yang berpusat di Banten dan berdampak pada daerah Jakarta dan sekitarnya kemarin, Selasa (23/1) ditanggapi beragam oleh warganet. Di antaranya beredarnya meme atau gambar akibat gempa kekuatan 6,1 Skala Richter tersebut. Banyak di antaranya gambar modifikasi Monas yang bergoyang atau Tugu Pancoran dengan patung yang sedang melompat dan kebanyakan gambar-gambar itu bernada candaan.
Menurut Abdul Hamid, peneliti di Pusat Studi Bencana Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, guyon seperti ini tidak pada tempatnya. Apalagi kejadian bencana merupakan musibah yang seharusnya menyikapinya dengan bentuk keprihatinan.
“Ini kan guyonan yang memunculkan informasi kebohongan,” ujar pengajar mata kuliah Studi Lingkungan dan Bencana Unitomo ini kepada Suaramuslim.net .
Abdul Hamid menambahkan, suatu kejadian yang dimuat di media sosial yang dibaca banyak orang, lanjutnya, pasti beragam karakternya, apalagi khususnya anak yang belum bisa mencerna informasi secara baik.
“Secara tidak langsung kita mengajari anak untuk suatu kebohongan dengan melihat gambar gambar tersebut. Secara nyata Monas tidak bengkok-bengkok setelah gempa” kata Abdul Hamid.
Abdul Hamid mengajak warganet khususnya yang hobi memodifikasi foto untuk membuat konten media daring yang berkaitan dengan bencana yang sifatnya edukatif, bukan justru mencandai bencana.
“Misalnya bagaimana masyarakat bisa memahami untuk menghadapi ancaman bencana minimal bisa menyelamatkan diri dan keluarganya maupun lingkungannya dengan mengenalkan karakteristik ancaman bencana. Karena tiap ancaman bencana ada tanda-tanda alam sebelum terjadinya. Kita buat untuk lebih tanggap,” pungkas sosok yang menjabat Supervisor Pusdalops Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Jawa Timur periode 2011-2017 ini.
Reporter: Oki Aryono
Editor: Ahmad Jilul QF , Muhammad Nashir