Suaramuslim.net – Anda pasti tahu, salah satu kebiasaan Umar bin Khathab ra. ketika menjadi khalifah adalah berkeliling ke penjuru negeri. Semua dilakukan untuk memastikan rakyatnya puas dengan “pelayanan”-nya sebagai pemimpin.
Umar ra. sangat takut jika di akhirat nanti, amanah itu akan menyeretnya ke dalam api neraka. Untuk itu, ia selalu berikhtiar dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala setiap waktu.
Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat, dengan sanadnya dari jalan Abdullah bin Umar menuliskan, Aslam berkata, “Pernah datang ke Madinah satu rombongan saudagar, mereka segera turun di mushalla, maka Umar ra. berkata kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Bagaimana jika malam ini kita menjaga mereka?’
Abdurrahman berkata, ‘Ya, aku setuju!’ Maka keduanya menjaga para saudagar tersebut sepanjang malam sambil shalat. Namun tiba-tiba Umar ra. mendengar suara anak kecil menangis, segera Umar ra. menuju tempat anak itu dan bertanya kepada ibunya, ‘Takutlah engkau kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berbuat baiklah dalam merawat anakmu.’
Kemudian Umar ra. kembali ke tempatnya. Kemudian ia mendengar lagi suara bayi itu dan ia mendatangi tempat itu kembali dan bertanya kepada ibunya seperti pertanyaan ia tadi. Setelah itu Umar ra. kembali ke tempatnya semula.
Di akhir malam dia mendengar bayi tersebut menangis lagi. Umar ra. segera mendatangi bayi itu dan berkata kepada ibunya, ‘Celakalah engkau, sesungguhnya engkau adalah ibu yang buruk, kenapa aku mendengar anakmu menangis sepanjang malam?’
Wanita itu menjawab, ‘Hai tuan, sesungguhnya aku berusaha menyapihnya dan memalingkan perhatiannya untuk menyusu tetapi dia masih tetap ingin menyusu.’
Umar ra. bertanya, ‘Kenapa engkau akan menyapihnya?’
Wanita itu menjawab, ‘Karena Umar ra. hanya memberikan jatah makan terhadap anak-anak yang telah disapih saja.’
Umar ra. bertanya kepadanya, ‘Berapa usia anakmu?’
Dia menjawab, ‘Baru beberapa bulan saja.’
Maka Umar ra. berkata, ‘Celakalah engkau kenapa terlalu cepat engkau menyapihnya?
Maka ketika shalat subuh bacaan ia nyaris tidak terdengar jelas oleh para makmum disebabkan tangisnya. Ia berkata, ‘Celakalah engkau wahai Umar berapa banyak anak-anak bayi kaum muslimin yang telah engkau bunuh.’
Setelah itu ia menyuruh salah seorang pegawainya untuk mengumumkan kepada seluruh orang, Janganlah kalian terlalu cepat menyapih anak-anak kalian, sebab kami akan memberikan jatah bagi setiap anak yang lahir dalam Islam.’
Umar ra. segera menyebarkan berita ini ke seluruh daerah kekuasaannya.
Menjadi pemimpin bukanlah prestasi, bukan pula sesuatu yang patut dibanggakan atau disombongkan. Ini adalah amanah besar untuk melayani yang dipimpinnya, merelakan dan mengikhlaskan kepentingan pribadinya dibawah kepentingan rakyatnya. Dan yang lebih penting lagi, semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala nanti. Sungguh sangat jelas teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabat, jangan sampai kita tidak mengikutinya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Kontributor: Siti Aisy
Editor: Oki Aryono