Life is choice, belajar dari perang Badar

Life is choice, belajar dari perang Badar

Artikel ini disarikan dari program Motivasi Al-Qur'an yang mengudara setiap Kamis 05.00-06.00 WIB di Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan info yang valid bahwa ada 40 kafilah dipimpin Abu Sufyan datang dari Syam melewati Madinah, maka Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menghadang kafilah itu agar bisa mengambil harta mereka sebagai pengganti harta muhajirin yang dijarah di Mekkah ketika mereka hijrah ke Madinah.

Tentu hal ini membahagiakan para sahabat, karena mereka berharap sekali hartanya kembali dan inilah saatnya untuk mengambil hak mereka.

Namun hal itu sudah diketahui pihak Abu Sufyan, dia meminta bantuan orang Mekkah untuk menghadapi kelompok Nabi Muhammad.

Abu Jahal memimpin pasukan untuk menghadapi kelompok Nabi Muhammad dengan mengerahkan 1.000 pasukan lengkap yang dipimpin oleh pemuka Quraisy di antaranya Utbah dan Syaibah, keduanya anak Rabi’ah, Abul Bakhtari bin Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwailid, al-Harits bin Amir, Thaimah bin Adi, an-Nadhr bin Harits, Zam’ah bin al-Aswad, Umayah bin Khalaf dan lainnya.

Quraisy dengan kekuatan penuh yaitu disokong dengan persenjataan lengkap, 700 ekor onta dan 300 kuda. Sedangkan kelompok Nabi Muhammad hanya 313 sahabat dengan 70 onta dan 2 kuda, tanpa persenjataan lengkap (karena memang tidak niat perang).

Galaulah para sahabat berhadapan dengan pasukan Abu Jahal itu, karena;

  1. Tidak siap perang dan belum pengalaman perang terbuka
  2. Tiada niat awal berperang, hanya ingin mengambil hak mereka saja

Di saat bimbang, ragu dan galau itulah para sahabat sempat mendebat Nabi Muhammad untuk mengurungkan niatnya seperti Allah sebut dalam Surat Al Anfal ayat 5-6.

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.”

“Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).”

Namun, setelah Allah memilihkan pilihan untuk mereka agar berperang maka mereka memutuskan berperang, inilah luar biasanya iman para sahabat. Pilihan Allah ada di ayat berikutnya, Surat Al Anfal ayat 7.

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.”

Inilah pilihan yang berat bagi mereka, namun mereka tetap memilih perang sebagai pilihan Allah, life is choice.

Ketika akhirnya memilih pilihan Allah, tetap harus berdoa kepada-Nya. Malam harinya Rasulullah memohon pertolongan dengan doa yang menggetarkan jiwa. Lihat di Surat Al Anfal ayat 9.

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Dalam sebuah riwayat, Nabi berdoa dengan sungguh-sungguh, hingga imamah beliau terjatuh, yang kemudian diletakkan kembali oleh Abu Bakar.

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ

“Ya Allah Azza wa Jalla, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (Riwayat Muslim 3/1384 hadis nomor 1763).

Pilihan yang berat itu jika disertai kekuatan doa maka Allah memberikan ganjaran yang luar biasa.

Allah langsung mengabulkan doa Nabi dengan mengirim seribu pasukan malaikat.

Ini adalah berita yang membuat sahabat menjadi tenang. Namun Allah tetap mengingatkan bahwa kemenangan bukan dari bantuan para malaikat itu, tapi semata karena pertolongan Allah.

Ketika sudah tenang dengan kabar bantuan malaikat, saat malam harinya sebelum berperang, Allah memberikan ketenangan kepada mereka dengan membuatnya tidur hingga mereka bermimpi basah.

Nah, paginya mereka kebingungan karena harus mandi jinabat, namun lagi-lagi Allah memberikan bantuan dengan menurunkan hujan yang lebat sehingga mereka dapat mandi wajib dari air hujan itu.

Dua reward ini diabadikan Allah dalam Surat Al Anfal 9-11.

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ

“Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ وَلِتَطۡمَئِنَّ بِهِۦ قُلُوبُكُمۡۚ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan tidaklah Allah menjadikannya sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ

“Ingatlah ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).”

Sudah tentu reward yang terakhir adalah kemenangan dan kemuliaan bagi mereka para sahabat, setelah memilih pilihan Allah.

Meski nanti diuji lagi saat pembagian rampasan perang, dan lagi-lagi mereka memilih pembagian Allah dan Rasul-Nya. Lihatlah di Al Anfal ayat 1.

So, life is choice, hidup itu harus memilih. Setiap pilihan pasti akan ada akibatnya. Terkadang bahkan seringkali pilihan itu tidak sesuai harapan. Namun jika itu bagian dari koridor ridha Allah dan akhirnya kita pilih, maka tawakkallah kepada Allah, Dzat yang karena-Nya harus memilih.

Allah tidak akan menyiakan pilihan kita. Baik pilihan itu sesuai dengan Allah atau tidak dan semua akibat itu kembali kepada yang memilih.

Nabi Muhammad bersabda;

البِر لا يَبلى, والذنب لا يُنسى, والديان لا يموت, فكُن كما شئت, فكما تَدين تُدان

“Kebajikan tidak akan usang, dosa tidak akan dilupakan, dan Allah Yang Maha Membalas tidak akan mati, lakukanlah pilihan sesukamu karena apa yang kamu pilih, kamu akan dibalas (sesuai pilihannya).”

Percayalah bahwa mengikuti pilihan Allah, pasti akan dijamin kebahagiaan di sisi-Nya.

Bagaimana menentukan pilihan kita sudah sesuai dengan pilihan Allah?

Mudah saja indikatornya;

  1. Harus ada kesesuain dengan syariat.
  2. Jika sudah sesuai, maka pilihan harus ditimbang dengan Fiqh Aulawiyat (Fiqh Prioritas) yaitu dengan memprioritaskan pada hukum yang lebih tinggi atau manfaat. Misal mendahulukan kewajiban jika berhadapan dengan sunnah. Jika sama wajibnya maka mendahulukan kewajiban ‘aini jika berhadapan dengan kewajiban kolektif (kifayah). Jika sama-sama sunnah maka dahulukan mana yang secara waktu lebih mendesak, dan sebagainya.

So, life is choice, hidup adalah memilih dan setiap pilihan pasti ada risiko serta efeknya. Selama itu berkesesuaian dengan pilihan Allah maka yakinlah bahwa efeknya akan positif, dan risikonya akan selalu bahagia di akhirat. Wallahu A’lam.

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
20 Januari 2022-17 Jumadil Akhir 1443

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment