Masjid Pemberi

Masjid Pemberi

Masjid Sebagai Hub Sumber Daya
Remaja membersihkan piring sahur di Masjid Kurir Langit, Barru, Sulsel.

Suaramuslim.net – Masjid sebuah bangunan tempat untuk bersujud. Nampak di sana bangunan tersebut hanya untuk hablum minallah. Namun bagaimana dengan hablum minannas-nya?

Dampak secara sosial perlu dikembangkan jika ingin menjadi masjid yang berkemajuan. Masjid dengan keberadaan tidak berhenti dalam urusan ibadah. Pemuliaan kepada manusia juga penting.

Seberapa penting? Sepenting kewajiban zakat. Zakat ada, salah satu hikmahnya punya fungsi untuk sosial. Sehingga adanya masjid berdampak positif bagi warga yang ada disekitarnya. Bisa menyambung hubungan antara si kaya dan si miskin.

Masjid pemberi itu bisa bermanfaat bagi sekitar. Keberadaan menjadi saluran berkat. Dan itu dimulai dari pengurusnya. Mengingat masjid sebuah benda. Dan yang menggerakkan tentu orang-orang yang ada di dalamnya. Mampukah masjid berfungsi secara sosial tergantung dari orang-orang yang ada di dalamnya.

Jiwa pengurusnya itu yang harus berubah. Masjid boleh itu-itu saja bentuknya. Ini yang membuat masjid bisa berubah.

Beberapa waktu yang lalu ada sebuah masjid yang ketua takmirnya tidak mau disebutkan jatidirinya mengatakan jika masjid yang dipimpinnya tidak pernah mengajukan proposal dan semua jemaah yang kehilangan akan diganti sesuai barang yang hilang dengan merek yang sama.

Sekilas akan merasa takjub. Betapa hebat ketua takmir tersebut. Dan tentu saja dengan masjid yang bisa seperti itu. Dan itu menjadi masjid ideal. Di mana orang yang berkunjung ke masjid tersebut merasa betul ternaungi. Tentu saja dengan masjid seperti itu orang tidak perlu was-was ketika berada di masjid. Dia merasa aman.

Apakah semua masjid harus seperti itu? Tentu harapannya ke arah sana. Ada niat, minimal. Sehingga adanya masjid begitu tenang orang yang ada di dalamnya. Bisa dikata menjadi masjid mandiri. Bisa memberi dan menjadikan saldo tetap nol. Berapa pun uangnya saldo bisa menjadi nol. Itu sebuah target masjid yang bagus. Namun bagi masjid yang tidak bisa bisa tentu tidak bisa dipaksakan. Sehingga masjid tetap berdaya. Bukankah tiap kondisi lapangan di masjid berbeda-beda? Mungkin dengan keadaan masjid yang sama tapi lapangan atau masyarakat yang berbeda bahkan pengurus takmir yang berbeda akan menjadi berbeda juga.

Allah SWT berfirman, ”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS At Taubah: 18)

Imam Nawawi berkata, ”Tempat-tempatnya yang paling Allah cintai dari sebuah negeri adalah masjid-masjidnya karena masjid merupakan tempat-tempat ketaatan, terbangun atas dasar takwa. Sementara tempat yang paing Allah benci dari suatu dari sebuah negeri adalah pasar-pasarnya. Karena pasar menjadi tempat perbuatan menipu, riba, sumpah-sumpah dusta, melanggar janji, berpaling dari dzikrullah dan tindakan-tindakan lain yang semakna.”

Masjid yang dengan keterbatasan bisa memberi adalah kemanfaatan yang nyata. Sebuah kehebatan yang tersendiri. Sehingga masjid itu keberadaan bisa terasa. Minimal nyaman buat salat. Bagi mereka yang rutin berjemaah nyaman berada dalam masjid tersebut.*

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment