MDMC minta relawan tahan diri ke Semeru, ini alasannya

MDMC minta relawan tahan diri ke Semeru, ini alasannya

Emergency Medical Team (EMT) Nasional Muhammadiyah dengan tenaga medis dari 4 rumah sakit di Jawa Timur dan 1 dari Jawa Tengah sudah tiba di Kab. Lumajang hari Ahad (5/12) dan Senin (6/12). Foto: MDMC.

YOGYAKARTA (Suaramuslim.net) – Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur yang besar dan menimbulkan korban jiwa cukup banyak telah memantik empati para relawan di berbagai daerah di Indonesia.

Antusiasme penggalangan bantuan sampai kesiapan menjadi relawan untuk membantu warga di kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru sangat tinggi.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Divisi Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Indrayanto dalam keterangan persnya, Rabu (8/12/21) meminta para relawan Muhammadiyah menahan diri untuk tidak ke kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru.

“Kemampuan MDMC Jatim dalam menyediakan sumber daya tidak diragukan dan sangat mencukupi. Poskor (pos koordinasi) sudah didirikan di kantor PDM lumajang dan pos pelayanan sudah berdiri di Pronojiwo. EMT Nasional Muhammadiyah juga sudah aktivasi layanan kesehatan masyarakat, dan logistik saat ini melimpah,” katanya.

Indrayanto juga meminta para relawan Muhammadiyah di luar Jawa Timur untuk siaga di wilayah masing-masing.

“Kami meminta teman-teman relawan Muhammadiyah melakukan aktivitas pemantauan di wilayah masing-masing dan berkoordinasi dengan pemangku kebijakan dalam menghadapi hidrometeorologi atau ancaman bencana lainnya, jangan sampai kewaspadaan berkurang sehingga fase siaga darurat terlewatkan,” tambahnya.

Menurut Indrayanto, dalam Perka BNPB No. 3 tahun 2016, tahapan penanganan darurat bencana adalah siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan. Pada kasus erupsi Semeru, siaga darurat terlewati dan saat ini memasuki tahapan tanggap darurat.

“MDMC sampai saat ini mengambil peran dukungan bantuan untuk warga terdampak dan membantu pemerintah pada layanan kesehatan, operasi SAR, layanan bantuan logistik makanan non-makanan serta pengolahan data,” lanjut Indrayanto.

Pergerakan MDMC itu didukung sepenuhnya oleh Lazismu sampai pada fase rehabilitasi rekonstruksi ataupun untuk memperkuat kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan lokal yang bisa dilakukan jangka menengah dan jangka panjang 6 sampai 12 bulan kedepan.

Pemetaan kebutuhan jangka pendek dan panjang pasca erupsi

Selanjutnya terkait penanganan dampak erupsi Gunung Semeru yang saat ini tengah dilakukan, Indrayanto memandang perlu pemetaan kebutuhan rencana operasi erupsi Gunung Semeru untuk jangka pendek (1-3 bulan), menengah (3-6 bulan) dan jangka panjang.

Jangka pendek meliputi sektor kesehatan, logistik makanan non-makanan, psikososial, shelter dan pemetaan. Jangka menengah meliputi kesehatan (promosi kesehatan), hunian sementara, psikososial (pendampingan kelompok rentan), logistik (peralatan masak, kelengkapan hunian alas tidur, family kit, covid kit, hygiene kit, dan lainnya) serta air bersih.

Sedangkan untuk jangka panjang adalah penguatan kapasitas masyarakat, jamaah dan kepemimpinan lokal yang bisa diwujudkan dengan program Desa Tangguh Bencana (Destana) serta penguatan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan.

Indrayanto juga menekankan pentingnya peta potensi ancaman susulan dan pemetaan zonasi. Ada zona bahaya yang perlu dikosongkan dan zona aman untuk mengungsi masyarakat.

“Sosialisasi jalur evakuasi menjadi penting, keselamatan dan keamanan menjadi faktor utama untuk mengurangi korban jiwa. Salah satu pembelajaran dari aktivitas Gunung Semeru adalah bahwa fase siaga darurat sangat penting diperhatikan sehingga kesiapsiagaan atas potensi bencana bisa diperhitungkan,” pungkas Indrayanto.

Sumber: Tim Media MDMC
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment