Mencermati Budaya Perayaan Tahun Baru

Mencermati Budaya Perayaan Tahun Baru

Mencermati Budaya Perayaan Tahun Baru
Ilustrasi pesta kembang api

Suaramuslim.net – Pada momen tahun baru Masehi, sebagian umat Islam masih ada saja yang ikut merayakannya. Padahal, setiap budaya atau tradisi umat lain tidak bisa diikuti begitu saja; karena tradisi berbeda, mangandung nilai dan pandangan hidup berbeda. Bila ini tidak diperhatikan, maka umat Islam akan kehilangan atau bisa acuh terhadap identitas dirinya. Ketika identitas hilang, ia akan terwarnai dengan budaya asing, pada gilirannya akan kehilangan parameter kebenaran.

Terkait hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ؟

“Sesungguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya mereka masuk lubang Dhab (sejenis kadal) niscaya akan kalian ikuti, para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah (maksudmu) orang-orang Yahudi dan Nasrani?’ (jawab Rasulullah), ‘Siapa lagi.’” (HR Bukhari, Muslim).

Dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan pada umatnya, bahwa suatu saat kita pasti akan mengikuti tradisi jahiliyah yang dilakukan oleh orang-orang sebelum Islam, khususnya: Yahudi dan Nasrani.  Umat Islam diprediksikan akan melakukan dan mengikuti apa saja yang mereka lakukan meskipun pada hakikatnya sangat merugikan. Ini merupakan gambaran jelas dan nyata ketika mereka sudah kehilangan jati dirinya serta luntur sikap kritisnya terhadap budaya asing.

Budaya perayaan tahun baru, tidak bisa dilepas dari sisi historisnya. Banyak kalangan umat Islam yang mengabaikan atau tidak tahu fakta sejarah dimulainya penanggalan Masehi. Penanggalan masehi yang dibuat Dionisius (yang dimulai sejak lahirnya Yesus) sebenarnya ada kekeliruan hitungan (Kanisius, 2007: 23-24). Jika umat Islam ikut merayakan tahun baru Masehi, padahal sudah tahu keliru, apalagi tidak bisa dilepas dari mitologi dan tradisi orang Kristen yang menuhankan Yesus, maka umat baik sadar maupun tidak, akan masuk dalam tradisi yang sudah diperingatkan nabi tadi.

Bukankah umat Islam sudah punya hari raya tahunan sendiri, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha? Di samping itu, bukankah umat Islam sudah memiliki penanggalan sendiri? Ironisnya, banyak yang lebih hafal penanggalan Masehi daripada Hijriah. Padahal, ritual-ritual keagamaan Islam semuanya didasarkan kalender Hijriah.

Sisi lain yang tidak kalah penting, pada momen ini (khususnya malam tahun baru), tak jarang pemuda dan pemudi melakukan maksiat di mana-mana. Bahkan yang sangat ironis dan memilukan adalah ada juga yang merayakannya dengan pesta seks dan sabu. Tindakan kriminal juga acapkali tak terelakkan pada suasana tahun baru, seperti: tauran; tindak kekerasan; pencurian dan tindakan anarkis lainnya. Bahkan angka kecelakaan bila diprosentasikan, juga meningkat tajam.

Persoalan lain yang bisa dicermati terkait tradisi tahun baru, jika Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa hidup hemat, maka sebaliknya, yang terlihat dari perayaan tahun baru mengajarkan agar manusia hidup boros. Berjuta-juta bahkan milyaran rupiah, dihabiskan untuk membeli petasan atau kembang api. Padahal, dalam Surah Al-Isra [17] ayat 27, jelas-jelas dikatakan bahwa perilaku boros adalah salah satu indikator persaudaraan hamba dengan setan.

Akhirnya, semoga umat Islam lebih kritis dan selektif dalam menerima setiap tradisi asing yang masuk ke dalam umat Islam. Sifat kritis dan selektif dalam menerima setiap budaya asing semestinya terus digalakkan agar tidak terbawa arus. Karenanya, sejak dini, umat disadarkan untuk selalu mengantisipasi setiap hal yang di luar budaya umat Islam.  Yang baik, diambil, sedangkan yang rusak dibuang jauh-jauh agar tidak merusak umat Islam.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment