Mengapa Kita Diharuskan Menikah?

Mengapa Kita Diharuskan Menikah?

Cup Cake dan dua cincin. Foto: pixabay.com

Suaramuslim.net – Salah satu diantara cara yang Allah gunakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini adalah melalui pernikahan. Pembentukan hubungan kasih sayang, rasa saling mencintai antara seorang laki-laki dan wanita. Dari hubungan cinta dan kasih sayang antara laki-laki dan wanita inilah yang kemudian Allah jadikan sebagai washilah untuk mengembangbiakkan manusia, sehingga dapat beranak-pinak menjadi generasi yang akan meneruskan “estafet” kehidupan manusia secara berkesinambungan.

Allah juga telah menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya jalan untuk menyalurkan hasrat seksual antara laki-laki dan wanita, mengingat kedua makhluk yang berlainan jenis kelamin itu memang telah dibekali dengan hawa nafsu dan syahwat. Dengan adanya jalan pernikahan ini, maka laki-laki dan wanita akan memperoleh rasa aman dan tenteram karena dapat menyalurkan nafsu instingnya pada jalan yang benar dan sesuai dengan petunjuk Allah.

Syekh Mohammad Yusuf Al-Qaradawi dalam kitabnya, Halal dan Haram dalam Islam memberikan penjelasan, bahwa dengan menempuh jalan pernikahan, maka manusia dapat meneruskan keberlangsungan hidupnya. Insting seksual yang Allah berikan, baik pada laki-laki maupun wanita merupakan nikmat yang harus disyukuri keberadaannya. Keberadaan insting seksual yang bersemayam dalam diri manusia, pasti membutuhkan tempat penyaluran yang dapat memenuhi fungsinya untuk memuaskan keinginannya. Sehubungan dengan sifat dasar manusia inilah kemudian akan membuat laki-laki dan wanita harus berhadapan dengan tiga perkara berikut ini.

Pertama, keberadaan insting seksual akan mendorong manusia untuk melepaskan kendali, sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk pergi ke tempat-tempat yang disukai dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak dan nafsu seksualnya tanpa memedulikan batas-batas moral, adat istiadat, dan agama. Jika manusia sampai melakukan perbuatan seperti ini, menyalurkan insting seksualnya tidak pada tempat yang diarahkan oleh Allah, maka hal ini dapat menjatuhkan manusia ke derajat yang serendah-rendahnya. Manusia akan jatuh dari kesucian fitrahnya ke derajat yang lebih rendah daripada binatang, yang kemudian akan membawa dampak kejatuhan peradaban manusia.

Kedua, manusia akan berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk menentang isnting seksualnya. Hal ini sebagaimana yang diyakini oleh beberapa aliran yang menyatakan bahwa hubungan seksual merupakan perbuatan kotor. Bahkan aliran Mano dan Kepasturan menganggap hubungan seksual sebagai sesuatu yang menjijikkan, sehingga mengeluarkan larangan bagi pengikutnya untuk menikah.

Hal ini tentu saja dapat kita maknai sebagai bentuk “mengubur” insting seksual yang pada dasarnya merupakan fitrah manusia. Tak heran jika Allah melaknat orang-orang yang menentang pernikahan, karena selain dia menolak aturan-Nya, dia juga secara langsung memutus perkembangbakan manusia dan tak menjalankan keberadaan insting seksual sebagaimana fungsinya.

Ketiga, manusia akan memiliki kecenderungan untuk membuat suatu batasan yang beroperasi ke arah dalam, menerima insting seksualnya sebagai fitrah pemberian Allah tanpa harus menjatuhkan kedudukannya sebagai hamba Allah dengan cara-cara penyaluran hasrat seksual yang salah. Langkah inilah yang kemudian akan menuntun manusia untuk mengontrol insting seksualnya, sehingga tak akan mudah tergoda oleh hawa nafsunya. Dia selalu berhati-hati dalam menyikapi insting seksualnya, berusaha menyalurkannya pada tempat-tempat yang dibenarkan, dan berusaha sekuat-kuatnya menghindari hal-hal yang menjurus ke arah tindakan maksiat dan dosa.

Itulah tiga hal yang biasanya digunakan oleh manusia untuk melampiaskan naluri insting seksualnya. Bagi siapa saja di antara mereka yang memperbudak dirinya dengan hawa nafsu, hal itu hanya akan membuat kedudukannya semakin rendah di sisi Allah, juga dihadapan manusia. Sementara bagi kalangan yang menganggap keberadaan insting seksual sebagai sesuatu yang kotor dan berusaha menghindarinya, hal itu menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk mengkufuri nikmat Allah. Bahkan secara tak langsung mereka sudah berusaha memutus generasi. Hal ini dikarenakan keberadaan generasi penerus lahir dari naluri insting seksual antara laki-laki dan wanita yang diikat dalam pernikahan suci.

Oleh karena itu, tak heran jika Allah dan rasul-Nya sangat membenci orang-orang yang menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Hal ini karena, barangsiapa yang menganggap menikah merupakan aib dan harus dihindari, maka dia secara terang-terangan telah menentang ketentuan Allah dan anjuran Rasulullah saw. Barangsiapa yang membenci pernikahan dan cenderung menganggap hubungan seksual sebagai sesuatu yang menjijikan, maka dia akan semakin jauh dari rahmat dan rida Allah, karena telah berusaha melawan hukum Allah yang sah.

Dikutip dari buku Agar Nikah Berlimpah Berkah karya Haidar Musyafa

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment