Mengapa Nabi Syuaib AS Mengambil Musa Sebagai Menantu?

Mengapa Nabi Syuaib AS Mengambil Musa Sebagai Menantu?

Mengapa Nabi Syuaib AS Mengambil Musa Sebagai Menantu?

Suaramuslim.net – Membuka mushaf Al Quran secara acak. Tidak menyangka ketemu surah Al Qashas ayat 22-28. Setelah memahami rangkaian ayat-ayat tersebut, ada kisah bagaimana Nabi Musa bertemu jodohnya. Dalam ayat itu Nabi Musa ‘alaihissalam tidak memilih sendiri jodohnya apalagi dijodohkan sebagaimana menimpa sebagian perempuan Indonesia. Jodoh Nabi Musa datang sendiri. Yang ditakdirkan menjadi bapak mertuanya adalah Nabi Syuaib ‘alaihissalam. Orang tua tak perlu malu mencarikan jodoh terbaik bagi putrinya, lihat kisah Nabi Musa ‘alaihissalam saat di negeri Madyan.

Mengapa Nabi Syuaib ‘alaihissalam mengambil Musa sebagai menantu? Prof. Dr. Quraish Shihab dalam kajian Tafsir al-Misbah (bulan juni 2017), berpendapat Nabi Musa adalah sosok kuat dan terpercaya. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya“. (Al Qashas 26)

Dari mana putri Nabi Syuaib tahu bahwa Musa kuat dan terpercaya? Musa ‘alaihissalam sosok kuat, ia mampu membantu putri Nabi Syuaib saat kesulitan memberi air minum bagi hewan ternaknya. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami” (Al Qashas: 25).

Nabi Musa adalah pemuda yang bisa dipercaya saat ia dalam perjalanan menuju ke rumah Nabi Syuaib ‘alaihissalam. Ia tidak berbuat genit, asusila dan cabul terhadap putri Nabi Syuaib. Ingat Musa ‘alaihissalam dalam perjalanan itu, meminta di depan daripada harus dibelakang putri Nabi Syuaib yang bertindak sebagai penunjuk jalan. Terpercaya adalah syarat setelah aspek “kuat”, bagaimana mungkin orang tua menyerahkan putrinya kepada orang tak terpercaya? Bisa celaka di dunia maupun akherat nanti.

Bukan ketampanan, justru ciri pria yang memenuhi syarat diambil mantu adalah seperti kisah Nabi Musa di atas. Pejabat pun harus kuat dan terpercaya agar ia bisa memimpin rakyatnya. Seorang suami harus kuat fisiknya, kuat kepribadiannya agar bisa melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Berkatalah dia (Syuaib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insyaallah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” (QS Al Qashas: 27).

Perlu diketahui pembaca setia laman Suaramuslimdotnet, kondisi Nabi Musa ‘alaihissalam tidak memiliki pekerjaan, namun Nabi Syuaib ‘alaihissalam jatuh hati kepadanya. Diberilah ia pekerjaan, yang pekerjaan selama 8 tahun itu dianggap Nabi syuaib sebagai maharnya Musa ‘alaihissalam. Prof Quraish Shihab mengingatkan, ini wujud terkabulnya doa Nabi Musa ‘alaihissalam, doa dapat keselamatan, pekerjaan, istri dan perlindungan dari kejaran bala tentara Fir’aun.

Beralih kepada Mahar. “Mahar itu adalah sesuatu yang bermanfaat, bisa dalam bentuk pekerjaan,” kata Quraish Shihab. Mahar itu hak perempuan, bukan hak orang tuanya. Di Indonesia terjadi salah kaprah, mahar perempuan, kadang disangkutpautkan dengan orang tuanya.

Masih menurut Quraish Shihab, “Mahar itu bukan harga perempuan, mahar itu lambang kesediaan untuk hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan pasangan“. Kepada calon mertua, tidak harus berupa emas 1 Kg, mobil asal Italia. Apalagi tanah 1000 hektar. Bisa dengan hafalan Al Quran seperti yang dipraktikkan salah satu menantu dai kondang AA Gym. Wallahu’allam

Kontributor: Fadh Ahmad Arifan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment