Suaramuslim.net – Tiap insan akan merasakan cinta, karena ia adalah fitrahnya rasa. Namun apakah setiap insan akan menikmati cinta? Karena merasakan dan menikmati adalah diksi yang berbeda.
Saat cinta niscaya termiliki, pertanyaan lanjutannya, bagaimana cara memilikinya? Apakah ia pasti akan datang tanpa diminta, menyeruak tanpa dipaksa, atau ia tetap diusahakan atas kepemilikannya?
Tiap kita, kadang memiliki pilihan yang berbeda saat menjawabnya.
Namun, secara fitrah yang suci, tentunya kita sepakat ingin memiliki dan menikmati cinta yang baik bukan?
Benar… Cinta itu bernama cinta yang halal. Cinta yang berlogokan syariat, dengan warna taat bukan maksiat.
Mengejar halal, teredaksikan dengan mengejar. Sinonim mengejar, katanya memiliki makna sebuah ikhtiar tanpa kata akhir, perlu usaha dengan kata maha, dan doa tanpa putus harap dan asa. Maka begitu indah saat kita mengusahakan sebuah kehalalan cinta.
Jika berbicara usaha maka perlu persiapan. Karena persiapan cinta bukan sebatas untuk dimiliki, ia perlu dipahami dan dihargai.
Misi mengerjar cinta halal perlu banyak yang disiapkan, di antaranya:
1. Jodoh tak hanya dipercayai, namun diyakini
Teruslah meningkatkan voltase keimanan terhadap masalah takdir kita, terkhusus jodoh. Karena iman adalah al yaqin. Keyakinan akan menghasilkan kebaikan. Persiapan iman terikat erat dengan pesiapan mental.
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan.” (Riwayat Muslim).
2. Nikah tak selalu indah, namun yang diharap adalah nikah berkah
Kita harus mengusahakan pernikahan dengan mengikuti jalur Islam yang bermuara pada keselamatan. Aktivitas riil dari Islam adalah kalimatu at taqwa. Sehingga dengan itu muncul keberkahan sebuah kehidupan pernikahan.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al A’raf: 96).
3. Nikah pun memerlukan ilmu
Di antaranya ilmu tentang cinta, ilmu tentang arti kriteria, ilmu pemahaman fitrah lelaki yang berbeda dengan perempuan, ilmu kewajiban dan manajemen finansial, ilmu nilai-nilai sosial, bahkan perlunya sejak awal memahami ilmu parenting.
Ini karena pernikahan tidak hanya mengubah status dari jomlo menjadi suami atau istri, namun sebuah harapan menjadi ayah ataupun ibu.
Para pengejar jodoh…
Mari, mengejar cinta yang halal, dengan usaha yang tak terikuti kata lelah, namun Lillah. Mari mengejar dengan keringat taat. Jangan mengejar dengan maksiat, karena ia akan menutup nilai mudah berkah pernikahan dengan hitam pekat.