Menghidupkan Jiwa dengan Menjaga Pendengaran dan Penglihatan

Menghidupkan Jiwa dengan Menjaga Pendengaran dan Penglihatan

Menghidupkan Jiwa dengan Menjaga Pendengaran dan Penglihatan

Suaramuslim.net – Allah menganugerahkan tiga hal dalam diri manusia sebagai potensi membentuk pribadi unggul, yaitu pribadi yang selalu bersyukur. Hal ini terinspirasi dan termotivasi dari firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nahl: 78.

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa tiga hal tersebut harus dijaga, sebab jika tidak tejaga, menjadi liar, jiwanya mati dan jauh dari Allah. Kalau jiwa sudah mati, maka jiwa tersebut bisa lebih rendah dari binatang ternak.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al A’raf: 179).

Karena itu penjagaan 3 hal tersebut harus dilakukan, dimulai dari yang paling bawah;

Pendengaran dan Penglihatan

Perlu diketahui bahwa pendengaran (as sam’ah) dan penglihatan (al bashar/abshar) dalam Al Quran diulang sebanyak 22 kali, dan selalu;

– Bentuk tunggal/mufrad
– Berbarengan dengan penglihatan (al bashar/al abshar)
– Kalimat as sam’ah (pendengaran) didahulukan dari kalimat bashar/abshar.

Kenapa begitu?

Sesungguhnya organ pendengaran (as sam’ah) adalah yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia bahkan menurut jamaah pengajian saya, dr. Maya, Sp. Og, ketika masih di rahim pun sudah bekerja pada usia 5 bulan dalam kandungan.

As Sam’ah (pendengaran) adalah organ yang tidak pernah tidur atau pun istirahat. Berbeda dengan penglihatan. Karena itu ketika seseorang mulai istirahat mata terpejam, pendengaran masih bekerja. Karena itu orang akan susah tidur jika dia banyak mendengar suara. Itulah kenapa setan berusaha menutup pendengaran manusia yang lagi tidur dengan dikencingi.

Dari Ibnu Mas’ud ia pernah berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ

“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua telinganya – dalam riwayat lain: di telinganya-” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari No. 3270 dan Muslim No. 774).

Alasan ketiga, pendengaran tidak membutuhkan cahaya, berbeda dengan mata yang membutuhkan cahaya. Dalam kondisi gelap pun pendengaran masih bisa bekerja.

Berikutnya, pendengaran adalah penghubung dengan dunia. Seorang yang tuli, tidak akan bisa mengambarkan apa yang dilihatnya di dunia nyata. Itulah Ashabul Kahfi terputus hubungan dengan dunia luar bukan karena hanya mata yang terpejam, tapi karena pendengarannya pun tidak difungsikan oleh Allah.

فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عددا

“Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun).” (Al-Kahfi: 11).

Pendengaran/as sam’ah meski ia berdiri dalam satu posisi, dia bisa mendengar banyak suara. Inilah kenapa ia disebut tunggal oleh Allah. Berbeda dengan penglihatan, ia bisa melihat banyak hal dengan banyak posisi.

So, dari penjelasan di atas, jika pendengaran dan penglihatan, terutama pendengaran ini terjaga pada hal yang diridhai Allah, maka akan melahirkan fuad yaitu jiwa yang hidup. Fuad itu lebih dalam daripada akal, ia gabungan antara daya pikir dan daya kalbu yang diikat dengan pendengaran dan penglihatan yang baik.

Tanda-Tanda Jiwa yang Sudah Mati

Jiwa yang rusak, tentu saja kalbu yang mati. Mendeteksi jiwa yang mati tidaklah sulit, berikut beberapa tandanya;

  1. Adzdzanbu bil farhi” tenang dan senang dalam berbuat dosa. Ringan banget menghina syariat.
  2. Karhul Qur’an” pendengaran risih kalau Al Quran dibacakan.
  3. Asikhru” sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci.
  4. Ghodbul Ulama’i” sangat benci dengan nasehat baik dan ulama.
  5. Qillah tadzakkuril maut” tidak ingat kalau akan mati, ya karena jiwanya sudah mati.

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).

  1. Himmatuhul bathni” gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya.
  2. Anaaniyyun” tidak mau tau, cuek atau masa bodoh keadaan orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri sekalipun menderita.
  3. Asy syirku” syirik dan percaya sekali kepada dukun dan prakteknya.

Jiwa yang mati dimulai dari pendengaran dan penglihatan yang sudah tuli dan buta. Yuk, hidupkan pendengaran kita dengan selalu mendengar nasehat Ilahi lewat kalam-Nya, maka jiwa akan hidup di dunia dan akhirat. Wallahu A’lam

*Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya dalam program Dialog Motivasi Alquran, Kamis 5 April 2018

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment