Menuju Pemilu 2019: Menimbang Pilihan Presiden bagi Umat Islam Indonesia

Menuju Pemilu 2019: Menimbang Pilihan Presiden bagi Umat Islam Indonesia

Menuju Pemilu 2019 Menimbang Pilihan Presiden bagi Umat Islam Indonesia
Ilustrasi calon presiden Indonesia 2019 (Ils: Tandaseru.id)

Suaramuslim.net – Pilpres 17 April 2019 konteksnya bukan lagi memilih antara personal Jokowi-Ma’ruf atau Prabowo-Sandi. Dilihat dari kacamata Islam kedua paslon sama-sama muslim. Sehingga sangat subjektif dan tidak layak lagi membandingkan keduanya dari aspek kualitas iman dan Islam kedua paslon.

Tulisan ini mencoba menganalisis beberapa risiko secara komparatif keuntungan dan kerugian bagi umat Islam Indonesia jika salah satu paslon terpilih berdasarkan fakta dan realita track record kedua paslon dilihat dari aspek affirmative yang selama ini terjadi dan berlangsung di Indonesia.

1) Paslon 01 Jokowi-Ma’ruf didukung oleh partai-partai merah dan partai yang kebanyakan anti Islam dan tidak berpihak terhadap umat Islam. Sudah pasti para partai pendukung tersebut akan minta balasan jasa politik jika sang jago menang.

2) Bentuk balasan jasa politik bagi partai pengusung porsinya berbeda-beda tergantung jumlah kursi dan suara partai masing-masing. Semakin banyak suara pendukung partai untuk capres dianggap mempunyai kontribusi besar dalam memenangkan pilpres. Sehingga tuntutan jasa politiknya makin besar pula yang harus dituruti sang capres jika sudah dilantik.

3) Bentuk imbalan jasa politik bisa berupa antara lain; meminta jabatan di departemen-departemen kementerian, jabatan di lembaga-lembaga strategis negara (seperti: KPK, BI dan lain-lain), meminta jabatan di BUMN (direktur bank pemerintah, kontraktor BUMN, Telkom, PLN dll) dan permintaan di bidang lainnya.

4) Jabatan-jabatan tersebut pasti akan diambilkan dari kader-kader partai pendukung yang mayoritas anti Islam (baca; non Muslim) secara proporsional berdasarkan jumlah suara. Walaupun Jokowi berjanji tidak akan bagi-bagi jabatan (pemilu 2014) tetapi fakta dan realita banyak jabatan strategis yang sekarang dijabat dari partai merah. Banyak pejabat non Muslim di era Jokowi; KPK, BUMN dll). Inilah salah satu risiko besar bagi umat Islam Indonesia jika pilih Jokowi-Ma’ruf.

5) Umat Islam (terutama sebagian warga Nahdliyyin) tertipu politik pilih Jokowi-Ma’ruf, karena sosok KH Ma’ruf sebagai ulama dan Kader NU tulen. Jika Paslon 01 menang maka KH Ma’ruf sangat mungkin akan terkotak tidak berdaya seperti nasibnya JK (realita wapres di Indonesia selama ini). Seperti nasibnya Anies Baswedan 2014 yang dijadikan sebagai Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK (2014) harus gigit jari karena cuma dijadikan Menteri Pendidikan sebentar kemudian dipecat. KH Ma’ruf hanya dijadikan sebagai vote getter tapi banyak umat Islam yang tidak paham politik.

6) Jika Jokowi menjabat lagi, pasti permintaan-permintaan partai pendukung akan lebih meluas terutama terkait dengan hal-hal yang selama ini mereka perjuangkan dan didukung oleh kelompok Kapitalisme, Liberalisme, Nasrani, Yahudi, Syi’ah, Komunis pasti akan tumbuh subur. Walaupun di sana ada PKB dan PPP tetapi dua partai ini pasti kalah jika voting dengan partai-partai lainnya pendukung Jokowi.

7) Sebagai umat Islam yang mayoritas pemilih presiden 17 April 2019 nanti, mestinya sadar dan paham apa yang sudah dilakukan Jokowi dan antek-anteknya selama menjabat 5 tahun belakangan ini. Non Muslim diberi leluasa menguasai aspek-aspek ekonomi, sosial budaya, keamanan, hukum, lembaga-lembaga strategis dll. Sedangkan umat Islam yang mayoritas hanya diberi bagian kecil saja.

8) Jika Jokowi 2019 menang lagi, maka cengkeraman partai-partai anti Islam semakin kuat dan masif di pemerintahan. Perkembangan partai-partai pro Islam seperti PKS dan PAN akan dihambat dengan berbagai macam cara dan kelicikan termasuk dalam aspek akses finansial, akan diadu domba, dikambinghitamkan sebagai partai radikal, sumber teroris. Hal ini sudah menjadi fakta dan realita dan diprediksi akan semakin parah.

9) Umat Islam banyak tertipu gaya politik Jokowi yang selalu dibranding oleh konsultan politiknya, misal: pribadi sederhana, pribadi dekat pesantren dan dekat umat Islam dan personal branding lainnya.

Kesimpulannya pilpres 2019 bukan lagi membandingkan pilih Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi tetapi secara tidak langsung merupakan jihad besar mempertahankan eksistensi Islam dan Muslim serta partai-partai pro Islam di Indonesia. Merupakan ibadah dan amal jariyah positif jika tidak memilih Jokowi-Ma’ruf.

Demikian sekadar risk analysis jika Jokowi menang 2019 dilihat dari aspek keberpihakan kepada Islam dan umat Islam Indonesia. Sudah barang tentu tulisan ini bersifat probabilistik dilihat track record dan realita gaya politik Jokowi selama ini.*

Penulis: Dr Miftahul Huda

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment