Suaramuslim.net – Seperti yang kita ketahui, bahasa Al Quran adalah bahasa Arab. Hadits Rasulullah dan banyak syariat ibadah dalam Islam menggunakan bahasa Arab. Sudah semestinya bahasa ini menjadi penting dan mendesak dipelajari umat muslim. Sejak kapan? Ya, sejak usia anak-anak semestinya. Tentu dengan tingkatan materi dan tahapan yang disesuaikan dengan usianya.
Maka wajib atas setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya. Sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca kitabullah.
Beberapa keunggulan mempelajari bahasa Arab selain untuk mendalami hal di atas, diantaranya adalah bahasa Arab merupakan bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas (kosakatanya), serta paling efektif menyampaikan sebuah gagasan. Benar, coba lihat dan bedah Kamus Bahasa Arab yang ditulis oleh Munawwir. Tebal dan banyak kosakatanya yang jika ditelusuri satu per satu akan tampak keindahan bahasa Arab.
Sayangnya, bahasa Arab tidak ada, jarang, atau porsinya sedikit diterapkan dalam kurikulum pendidikan terutama untuk anak SD. Sehingga mau tidak mau, orang tua semestinya mengenalkan dan mengajarkan bahasa arab ini kepada anak-anaknya.
Bagaimana agar anak bergairah belajar bahasa Arab? Orang tua atau guru yang akan menerapkannya bisa mengikuti cara-cara berikut ini.
Mulai dari yang Terdekat
Maksudnya adalah benda di sekitar anak atau aktivitas yang dilakukan anak sehari-hari. Apa saja? Manfaatkan saja anggota keluarga, anggota tubuh anak, dan benda di sekitar anak. Misalkan di meja ada buku, maka bisa dengan mudah anak diperkaya kosakatanya dengan disampaikan bahwa buku adalah kitaabun.
Ternyata yang membelikan buku itu adalah ibu. Maka dengan mudah bisa disampaikan bahwa ibu adalah ummun. Wah, ternyata anak suka membaca buku itu, maka seru sekali disampaikan bahwa membaca itu dalam bahasa Arab adalah qoro’a. Dan sebagainya.
Bagaimana cara mengajarkannya? Bisa secara langsung seperti contoh di atas alias disesuaikan dengan kenyataan kontekstualnya. Atau bisa juga dengan mendata berdasar kelompok katanya. Misalkan hari ini belajar tentang anggota keluarga, maka di data dan disebutkan dalam bahasa Arab siapa saja mereka.
Simulasi Asyik
Misalkan orang tua atau guru ingin mengajak anak-anak mengenal kata keterangan tempat seperti di atas, di bawah, di sekitar, di samping, dsb, maka meminta anak mensimulasikan langsung akan menjadi cara terasyik bagi mereka belajar bahasa Arab.
Kemarin malam datanglah seorang tamu. Setelah dipersilakan masuk, tamu tersebut duduk. Tahukah kalian dimana duduknya? Iya, sang tamu duduk di samping lemari. Ayo praktikkan dimana duduknya! Setelah anak-anak mempraktikkan, maka baru dinamai bahwa “di samping dalam bahasa Arab disebut jaaniba”.
Itulah cara pertama dengan pembuka cerita mini. Cara berikutnya bisa dengan yang berikut ini:
Siapkan meja kuat dan kosong tanpa isi. Minta anak mengikuti instruksi. Jika instruksinya meminta anak posisi di bawah meja, maka anak harus berada di sana. Selanjutnya namai “di bawah itu tahta”. Berkali-kali dilakukan untuk kata keterangan tempat yang berbeda. Setelah anak hafal kosakatanya dalam bahasa Arab, kegiatan bisa dilakukan kembali dengan instruksi sudah berbahasa Arab.
Membuat Kamus Mini
Caranya, buat kamus mini dari kertas yang akhirnya dibuat menjadi seperti buku. Isinya adalah kosakata-kosakata kata benda di sekitar anak dalam bahasa Arab disertai artinya. Kapan anak membuka kamus mini tersebut? Lakukan permainan ini. Ya, tebak-tebakan.
Siapakah aku? Aku panjang. Panjangku 30 cm, ada juga yang 15 cm. Aku dipakai untuk mengukur.
Anak menemukan jawabannya dengan menunjuk langsung ke kamus mini. Bagaimana jika anak belum bisa membaca? Berikan 2-3 kertas kecil bertuliskan bahasa Arab dari benda di sekitar anak dengan salah satunya adalah jawaban dari soal tebak-tebakan . Tentunya kertas tersebut juga dilengkap dengan gambar. Selanjutnya, minta anak menemukan tulisan bahasa Arab dari benda yang dimaksud dalam soal tebak-tebakan dengan mencocokkan yang ada di kertas. Setelah ketemu, orang tua atau guru membacakan dengan jelas “misthorotun”.
Asyik, bukan? Dengan kekreatifan orang tua atau guru dalam mengenalkan bahasa Arab kepada anak-anak, maka mereka akan tahu betapa nikmat dan bergairahnya belajar bahasa kalam Allah ini.
Kontributor: Henny Puspitarini*
Editor: Oki Aryono
*Ibu Rumah Tangga