Merendahkan Hati Mencerdaskan Akal

Merendahkan Hati Mencerdaskan Akal

Merendahkan Hati Mencerdaskan Akal

Suaramuslim.net – Menarik apa yang disampaikan oleh Sandiaga Uno dalam dialog ILC beberapa waktu yang lalu, yaitu “saya yakin pilpres tahun 2019 akan berlangsung dengan sejuk karena di sana ada calon-calon yang semuanya saya hormati. Kalau saya ketemu Pak Kyai Makruf Amin, akan saya cium tangannya lima kali, karena beliau adalah guru dan ulama. Begitu juga dengan Pak Prabowo, beliau orang yang santun dan lembut hati, sebagaimana juga dengan Pak Jokowi, beliau adalah presiden kita, beliau adalah orang baik juga” begitu kata Sandi.

Mengapa orang bisa lebih mudah berperspektif positif terhadap orang lain? Tentu saja ini dipengaruhi pengalaman yang didapat. Bukankah dalam persepektif psikoanalisa, Freud pernah mengatakan bahwa perilaku dan cara berpikir seseorang banyak dipengaruhi oleh masa lalunya.

Pengalaman seseorang yang selalu positif akan membentuk perilakunya selalu positif dalam memperlakukan orang lain, begitu juga sebaliknya, pengalaman masa lalu seseorang yang cenderung negatif, akan mempengaruhi cara pandangnya dalam memperlakukan orang lain. Oleh karena itulah seringkali orang baik itu mudah diperdaya oleh orang berperilaku negatif, karena dia selalu melihat semua orang itu adalah baik, sebagaimana dirinya memperlakukan orang lain.

Sebagai mahluk yang selalu berusaha untuk melakukan kebaikan, maka sejatinya kita harus selalu waspada terhadap apa saja yang ada di sekitar kita, waspada tidak bisa disamakan dengan curiga, karena di dalam kata waspada ada pengertian kita berhati-hati dalam bersikap dan bergaul dengan orang lain, berbeda dengan curiga, karena di dalam perilaku curiga kita akan menutup diri terhadap keterlibatan orang lain dan kemudian muncul kecenderungan untuk bertahan untuk menutup sinergi dengan orang lain.

Manusia adalah mahluk sosial, sehingga dia butuh terhadap keterlibatan orang lain. Sikap membuka diri dan positif merupakan cara bagaimana mengajak orang lain untuk bersama-sama dalam mencapai tujuan dan mewujudkan harapan. Sikap merendahkan hati dan mencerdasakan akal merupakan sebuah keniscayaan untuk kemajuan.

Merendahkan hati adalah sikap santun yang menempatkan semua orang yang ada merupakan bagian penting dalam mencapai tujuan. Sikap ini tidak bisa dipaksakan, sikap ini adalah sikap alami yang akan terjadi pada setiap orang bila dia dibesarkan dalam lingkungan yang suka menghargai dan menghormati.

Pentingnya pengaruh lingkungan ini pernah diingatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa setiap bayi yang dilahirkan, mereka dalam keadaan fitrah, dalam keadaan suci, hanya orang tuanyalah (lingkungan) yang dapat menjadikan dirinya nasrani, yahudi dan majusi. Sehingga memilih lingkungan yang baik bagi anak-anak kita, akan menjadi sebuah investasi menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang baik, rendah hati.

Mencerdaskan akal merupakan sebuah proses bagaimana menjadikan kita paham dan sadar akan sesuatu yang kita pelajari. Cerdas merupakan sikap yang mampu melihat sesuatu dibalik apa yang terlihat. Cerdas merupakan kemampuan melihat sesuatu jauh ke depan melampaui penglihatan kebanyakan orang.

Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat “given”, cerdas merupakan sebuah proses yang didapat melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah kemampuan melatih pikiran untuk mampu merangkai berbagai peristiwa yang ada lalu diambillah sebuah simpulan berupa sikap. Orang cerdas akan lebih mudah beradaptasi dengan orang lain, lebih lebih kalau disertai dengan kerendahan hati. Sehingga yang tampak adalah kesahajaan dan kesantunan.

Menghadapi semakin mengerasnya konstetasi dukungan yang terjadi pada para pendukung dalam perhelatan politik menghadapi kepemimpinan nasional 2019, kita semua berharap bahwa mereka para pendukung untuk berlatih merendahkan hati dan mencerdaskan akal. Sehingga kita akan membangun politik yang sehat dan menyenangkan.

Sikap emosi, merendahkan orang lain, tak mau menghargai, menangnya sendiri merupakan wujud ketidak mampuan mengelola diri menjadi matang dan dewasa. Ericson menyebutnya sebagai fase anak-anak. Nah, jangan-jangan kita ini kelihatan usianya saja semakin tua tapi kita tak pernah menjadi dewasa.

Akhirnya kita semua harus berupaya mematangkan diri dalam membangun lingkungan yang sehat bagi kesehatan jiwa kita. Dalam hal membangun lingkungan yang sehat ini, Rasul mengingatkan pilihlan pemimpin diantara kamu yang Shiddiq (benar dalam bersikap dan bertutur kata), Amanah (kalau berbicara benar dan bisa dipercaya), Tabligh (dia seorang yang mau belajar, terbuka dan mau menerima pendapat orang lain) serta dia Fathonah (Jujur dalam bersikap dan berbicara, apa adanya, ada keseuaian antara ucapan dengan yang dilakukan).

Semoga saja kelak kita mendapatkan pemimpin yang rendah hati dan cerdas akal, sehingga mampu mengayomi kita sebagai rakyat.

*Ditulis di Surabaya, 20 Agustus 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment