Mesir Bantu Tiongkok Tahan dan Interogasi Para Siswa Uighur

Mesir Bantu Tiongkok Tahan dan Interogasi Para Siswa Uighur

Mesir Bantu Tiongkok Tahan dan Interogasi Para Siswa Uighur
Banyak orang Uighur melarikan diri ke Turki dari Mesir untuk menghindari kemungkinan deportasi ke China (Foto: AFP)

KAIRO (Suaramuslim.net) – Polisi Mesir membantu pejabat Tiongkok menahan dan menginterogasi siswa Uighur di Kairo selama penumpasan tahun 2017 terhadap anggota minoritas Muslim.

Mantan mahasiswa Uighur, yang dikutip dari Middle East Eye, yang berbicara kepada AFP mengatakan, mereka telah ditangkap oleh pejabat keamanan Mesir dengan van yang tidak bertanda dan dibawa ke penjara Tora yang terkenal.

Mahasiswa Uighur yang berbicara dengan Middle East Eye pada 2017 mengatakan bahwa pihak berwenang Mesir telah menangkap mahasiswa Uighur selama tiga bulan. Abdulmalik Abdulaziz, seorang mahasiswa Uighur yang ditangkap dan diborgol oleh polisi Mesir, mengatakan tiga pejabat Tiongkok telah menanyainya.

“Mereka tidak pernah menyebut nama mereka atau menyebut siapa mereka sebenarnya,” Abdulaziz, seorang mantan mahasiswa di universitas bergengsi Al-Azhar mengatakan kepada AFP seperti yang dilansir Middle East Eye, Ahad (18/8).

“Polisi Mesir mengatakan ‘pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa Anda adalah teroris’. Tetapi kami menjawab bahwa kami hanya pelajar Al-Azhar.” Tambahnya.

Abdulaziz menghabiskan 60 hari di dalam penjara Tora. Setelah pembebasannya, Abdulaziz, seperti banyak orang Uighur lain yang pernah tinggal di Kairo, melarikan diri ke Turki.

Penangkapan ini terjadi tiga bulan setelah Mesir dan Tiongkok menandatangani nota keamanan 2017 yang bertujuan “memerangi terorisme.”

Pengodean Warna

Para siswa yang terjebak dalam penumpasan itu mengatakan kepada AFP bahwa para pejabat Tiongkok menggunakan taktik yang sama di Mesir yang telah dipraktikkan di kamp-kamp “re-edukasi” di Tiongkok untuk memecah belah para siswa yang ditahan.

Warga Uighur yang ditahan dibagi menjadi tiga kelompok dan diberi kode warna; merah, hijau, atau kuning, untuk menentukan apakah mereka akan dideportasi, dibebaskan, atau ditanyai lebih lanjut.

Shams Eddin Ahmed, 26, ditangkap di luar masjid Moussa Ibn Nasser pada Juli 2017 di kota Nasr.

Ayahnya di Xinjiang, sebuah wilayah di barat laut Tiongkok, juga menghilang pada bulan itu.

“Aku masih tidak tahu apakah dia sudah mati atau masih hidup,” kenangnya.

Selama 11 hari dalam tahanan polisi, katanya, tiga pejabat Tiongkok menanyainya secara khusus tentang ayahnya.

“Di mana dia, dan bagaimana dia mengirimimu uang?” Katanya kepada AFP.

Ahmed berada di kelompok hijau, artinya dia akhirnya dibebaskan. Dia melarikan diri ke Istanbul pada awal Oktober 2017.

Kementerian Dalam Negeri Mesir dan kedutaan besar Tiongkok di Kairo tidak menanggapi permintaan komentar berulang kali dari AFP.

“Mereka yang ditemukan melanggar hukum, termasuk warga negara Tiongkok di antara negara-negara lain, diusir,” kata Ahmed Hafez, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, ketika ditanya tentang deportasi warga Uighur pada 2017.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment