Mimpi Sapi Kurus dan Smart Finance

Mimpi Sapi Kurus dan Smart Finance

Mimpi Sapi Kurus dan Smart Finance

Suaramuslim.net – Suatu hari, Raja bermimpi aneh. Ia begitu penasaran dengan makna mimpinya; 7 sapi kurus makan dari 7 sapi gemuk. 7 tangkai hijau dan 7 tangkai lainnya kering. Begitulah kiranya isi mimpi yang terlihat. Tak pernah sang Raja mengalami mimpi seasing itu.

Dipanggillah seluruh petinggi kerajaan dan para ahli takwil mimpi di seluruh penjuru negeri, namun tak ada satupun yang mampu mengungkap makna di balik mimpi yang tak biasa itu. Sebagian mereka berkata, “Barangkali itu hanya bunga tidur. Kami tak mampu menafsirkannya”.

Namun raja belum puas dengan jawaban mereka, hingga hebohlah kabar di masyarakat luas perihal mimpi kerajaan. Akhirnya datanglah seorang pembantu yang pernah dipenjara dan mengabarkan ada ahli mimpi muda yang pasti akan tau jawabannya.

“Kirimkan aku ke penjara, aku akan membawa jawabnya kepada kalian.” Seru sang pembantu.

Singkat cerita, Yusuf si pemuda penjara pun mengabarkan takwil mimpi sang Raja. “Tujuh tahun sejahtera, pertanian akan berlimpah ruah hasilnya, maka kalian sisakan sebagian hasil yang berlimpah itu pada tangkainya untuk tujuh tahun masa kekeringan setelahnya. Lalu saat tujuh tahun itu tiba, sisakan pula persediaan untuk satu tahun masa paceklik setelahnya”, begitu jelas sang Nabi.

Tafsir mimpi itu pun benar – benar terjadi, maka diangkatlah Yusuf as. sebagai menteri urusan perekonomian. Kisah ini barangkali sudah sering kita dengar, namun kemungkinan besar masih ada satu hal yang terlewatkan saat kita merenungkannya. Padahal, jika kita renungkan baik – baik, justru pelajaran ini adalah salah satu point penting dari kisah yang begitu fenomenal dan mengharukan itu.

Apakah pelajaran yang dimaksud? Pelajaran pengelolaan keuangan. Yusuf as. adalah Nabi yang terkenal dengan ketampanan dan ilmunya dalam menakwil mimpi. Namun, di balik itu semua, Yusuf as. juga merupakan ahli ekonomi yang cemerlang jika kita lihat dari satu potongan kisah di atas.

Terbukti dengan tangan dinginnya, bangsa Mesir dapat melewati masa – masa krisis yang saat itu belum tentu ada satu pun ahli ekonomi yang mampu melakukannya. Jangankan melewatinya, memikirkan solusinya pun kemungkinan besar tidak akan ada yang mampu.

Bayangkan, 7 tahun sejahtera, 7 tahun paceklik!!

Di masa – masa seperti sekarang ini pun ilmu Nabiullah Yusuf as. sepertinya dapat kita amalkan. Ketika harga – harga barang naik, biaya hidup semakin mencekik, tahun ke tahun tak juga kunjung membaik, maka barangkali sekaranglah saatnya kita kembali ke sistem pengelolaan lama ini. Saatnya kita kembali “aware” dengan menyisihkan harta yang kita peroleh demi hari – hari berat yang mungkin akan datang.

Rizki memang sudah dijamin Allah SWT, dan seseorang tidak akan mati sampai ia mengambil semua rizkinya di dunia. Namun kita juga harus sadar bahwa cobaan “kurang harta” merupakan salah satu cobaan atau ujian yang harus mampu kita lewati juga.

Ketika kita dilancarkan rizki, baiknya ingat dengan pesan Rasulullah saw, “Manfaatkan masa kaya sebelum miskin.” Manfaatkan kekayaan itu sebaik – baiknya. Bahkan setingkat kekayaan negara pun akan habis jika tidak terkelola dengan baik, apa lagi kekayaan keluarga yang bergantung pada gaji bulanan kepala rumah tangga?

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda;

“كلوا وادخروا وتصدقوا” رواه مسلم”

Artinya: :Makanlah, simpanlah, dan bersedekahlah”. (HR. Muslim)

Hadits ini berbicara tentang pengelolaan daging kurban, namun dalam kehidupan kontemporer dan cakupan yang lebih luas dapat kita terjemahkan dengan “Belanjakanlah, investasilah, dan bersedekahlah.”

Membelanjakan harta haruslah dengan takaran dan pemikiran yang benar – benar bijaksana. Selalulah kita pakai skala prioritas seberlebih apa pun harta kita. Saat kita kaya, ada uang, habis gajian, menang tender, closing transaksi, saat itulah kesempatan kita untuk menguji kecerdasan finansia kita. Bukan lantas “kalap” dengan harta yang kita dapat dengan “menyalurkannya” ke mall – mall dan membeli apa pun yang kita inginkan. Bukan. Sebab hari akan berganti, waktu akan bergulir. Kadang kita di atas, kadang kita dibawah. Ada awal bulan, ada akhir bulan. Begitulah sunnatullah.

Ada pepatah Arab terkenal yang mengatakan “Jangan boros air, meskipun kau berada di sungai yang mengalir.” atau dalam bahasa yang kita pakai “Hemat pangkal kaya”.

Suatu ketika Umar bin Al Khatab ra. melihat Jabir bin Abdillah memegang sepotong daging, maka ia bertanya, “Apa ini wahai Jabir?”, “Aku lagi ingin daging, jadi aku beli.” Jawab Jabir. Maka Umar pun berkata, “Apakah setiap kau ingin sesuatu duhai Jabir, kau akan membelinya?”

Umar bin Al Khatab bukannya melarang membeli apa yang Jabir inginkan, akan tetapi seakan beliau ingin mengajarkan pada Jabir bahwa tidak semua yang dia inginkan harus dibeli. Bahwa dalam mengelola harta, harus dibedakan antara “Must have / need to have” dengan “good / nice to have / just want to have”, antara kebutuhan primer dengan kebutuhan sekunder. Atau dengan kalimat yang lebih sederhana lagi, kebutuhan yang bermanfaat atau keinginan yang akan berakhir sia – sia.

Inilah rahasia pelajaran “lama” yang dalam praktek kehidupan modern, oleh para ahli finansial masa kini banyak “dijual” dalam seminar – seminar dan pelatihan – pelatihan “smart finance” mereka. Ternyata, umat islam lebih dulu menemukan dan mempraktekkanya.

Semoga kita dapat lebih cerdas lagi dalam mengelola keuangan dan harta kita, sehingga ia menjadi kebaikan bagi kita dunia dan akhirat. Amin.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. وأدخلنا الجنة مع الأبرار يا عزيز يا غفار.

 

Oleh: Imam Gazali.
*Makkah, 12 Februari 2018 M/ 25 Jumadil Awal 1439 H

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment