Agar Bahagia Lebih Lama

Agar Bahagia Lebih Lama

Bunda Asteria Ratnawati Saroinsong – Psikolog Layanan Psikologi Bijaksana, Wakil Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme, Narasumber di Bidang Psikologi Perkembangan dan Pengembangan Diri. Foto: Suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Allah mengajarkan kita untuk selalu optimis. Bahkan ada ayat yang berbunyi “Allah mengabulkan apa yang diyakini hamba-Nya.” Sehingga kita juga harus lebih sering melakukan self talk. Ketika kita selalu mempunyai pemikiran yang positif, itu semua akan tercermin pada apa yang kita keluarkan. Bagaimana perilaku dan ucapan-ucapan kita.

Selalu ucapkan alhamdulillah. Belajar mensugesti positif pada diri kita sendiri. Karena bagaimana pun dalam hidup pasti ada masalah. Dan menurut saya semua ini adalah hal yang diberikan Allah kepada kita. Selama kita terus bernafas, masalah akan selalu ada. Dan bagaimana kita berproses untuk menghadapi setiap permasalahan yang ada, itu yang terpenting.

Misalnya saja, ketika ada bayi yang baru lahir, dia spontan menangis karena haus. Nah di sini bayi yang masih kecil saja sebenarnya sudah belajar menyelesaikan permasalahannya dengan mengkomunikasikan tangisannya.

Dan semakin besar pasti ada masalah-masalah dalam hidup, itu semua wajar. Semuanya pasti berproses. Dalam menyikapinya harus selalu positif, mensugesti pikiran kita untuk selalu positif, insyaAllah itu semua akan membantu menguatkan kita untuk menghadapi permasalahan-permasalahan dalam hidup.

Tentang bahagia, setiap orang mempunyai pandangan bahagia, standar bahagianya masing-masing. Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca di media sosial seorang nenek yang usianya hampir 100 tahun masih jualan di daerah Jawa Tengah dan beliau selalu happy.

Ketika ditanya kenapa masih saja bahagia, beliau menjawab “yo wis urip iki dilakoni” hidup itu dijalani, selalu berpikir positif. Ternyata kebahagiaan beliau itu ketika beliau merasa berarti. Dan ini di ajaran agama kita yaitu Islam sudah diajarkan, meaningful life.

Psikologi positif adalah di mana prespektif seseorang memandang sesuatu yang positif. Jadi, mereka akan mempunyai pemikiran, mempunyai keinginan-keinginan selalu bersikap positif seperti halnya meaningful life.

Meaningful life itu saat seseorang merasa hidup, ia berarti. Ketika seseorang merasa hidupnya berarti sesuai kemampuannya, itu adalah salah satu faktor yang bisa membuat orang merasa punya eksistensi, merasa bahagia.

Dengan nenek tadi berkegiatan meskipun secara usia sudah tua, beliau merasa berarti. Ketika beliau merasa berarti, beliau akan merasakan kepuasan, tidak melakukan dengan berat hati, itulah yang sering kita sebut dengan meaningful life.

Bunda Asteria Ratnawati Saroinsong – Psikolog Layanan Psikologi Bijaksana, Wakil Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme, Narasumber di Bidang Psikologi Perkembangan dan Pengembangan Diri.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment