Membentuk Anak Cinta Belajar

Membentuk Anak Cinta Belajar

Bunda Irawati Sumedi, Psikolog, C. NNLP Psikolog di Lembaga Pendidikan Attaqwa, Lembaga Nurul Hikmah Sidoarjo, Praktisi Perkembangan Anak & Neuro Parenting.Foto: suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Kalau kita melihat anak-anak dengan segala keterbatasan mereka dan kemampuan mereka, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah bahwa anak terlahir dengan bakatnya masing-masing.

Jadi setiap anak adalah unik dan setiap anak mempunyai potensi masing-masing. Dan yang harus juga dipahami, kecerdasan itu dibagi menjadi kecerdasan akademik dan non akademik.

Nah, dalam bahasan ini akan lebih banyak tentang anak-anak yang tidak suka belajar karena memang dia tidak memiliki bakat untuk belajar skolastik. Tetapi sebenarnya mereka adalah anak-anak yang cerdas tapi di bidang yang bukan skolastik.

Jadi anak saya yang nomor satu dan nomor tiga adalah anak yang skolastik. Tetapi yang nomor dua dia bukan anak yang skolastik, dia mikirnya yang penting aku sekolah dan di sana bisa main-main, bisa bertemu teman-teman.

Jadi semangat sekolahnya itu karena dia ingin bertemu teman-temannya dan bermain. Tetapi untuk meraih prestasi di bidang skolastiknya dia tidak ada niat di situ. Skolastik itu hal-hal yang sifatnya memang seperti pelajaran di sekolah. Kalau berbicara kognitif juga tidak. Dia sebenarnya anak yang cerdas.

Dia mempunyai bakat-bakat lain yang menurut saya luar biasa. Dan akhirnya saya tidak memaksakan karena prestasi dia bukan di bidang akademik. Saya akan mengupgrade bakat dia di hal-hal yang bukan skolastik.

Saya tetap harus memberi pengertian dan pemahaman bahwa di dunia ini masih berlaku hukum perihal nilai sekolah masih penting dan diperlukan. Jadi dia masih harus tetap belajar. Masih harus memahami hal-hal ini yang suatu saat mungkin akan dibutuhkan. Dan semua itu saya tanamkan perlahan-lahan.

Dan akhirnya perubahannya hampir 180 derajat sampai saya bahagia dan saya bilang “Masyaallah. Alhamdulillah Ya Allah. Jazakallah ya dek akhirnya kamu punya kesadaran ini.” Dan dengan kesadaran itu yang saya rasakan benar-benar suka cita dengan apa yang dia lakukan.

Jadi memang harus dipahami benar-benar bahwa otak anak butuh proses untuk berkembang, untuk dia mengerti. Kita butuh proses panjang, bukan instan. Kalau proses panjang sudah dilalui dengan baik akhirnya si anak mendapatkan pemaknaan dengan baik. Dia belajar bukan seperti robot, tapi karena memang dia butuh.

Artikel ini dikutip dari siaran Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM pada hari Rabu, 12 Februari 2020 pukul 13.00-14.00 bersama Bunda Irawati Sumedi, Psikolog, C. NNLP Psikolog di Lembaga Pendidikan Attaqwa, Lembaga Nurul Hikmah Sidoarjo, Praktisi Perkembangan Anak & Neuro Parenting.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment